SEKILAS MENGENAI AHBABUL MUSTHOFA

Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf
adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami' Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama'ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .

KEGIATAN AHBABUL MUSTHOFA

Pengajian Rutin (zikir & sholawat)
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba'da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum'at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

BIOGRAPHY HABIB SYECH BIN ABDULKADIR ASSEGAF

Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf was born in Solo city, Indonesia. When he was young he was the ‘muazzin’ for the Assegaf Mosque in Solo. At times, he read the Qasidah at Masjid Riyadh with the late Habib Anis Al Habsyi. He regularly led the singing and reading of Qasidah and ‘Sholawat’ with Majlis of Ahbaabul Mushthofa with the various Wirid such as Ratib Al Attas, the Diwan and ‘Sholawat’ of Habib Ali Al-Habsyi and the Diwan and Qasidah of the famous Imam Abdullah Al Haddad

para tokoh ulama

para tokoh ulama
Foto bersama KH. Sya'roni Ahmadi dan Habib Alwi Ba'agil

CD QOSIDAH

CD QOSIDAH

NADA SAMBUNG QOSIDAH

NADA SAMBUNG QOSIDAH

ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS

ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS

07 Desember, 2009

Khotbah Habib Umar bin Hafidz

Segala madah bagi Allah SWT, penghimpun manusia di hari kiamat yang telah dipastikan. Aku bersaksi tiada tuhan selain Allah SWT, satu-satunya, yang tiada sekutu bagi-Nya. Dialah yang bakal meletakkan seluruh manusia di hadapan-Nya, guna diberi pahala atau siksa. Ketika itu, beruntunglah manusia-manusia beriman yang pandai memanfaatkan waktu hidupnya dengan menghadiri majelis kebajikan, ketaatan dan zikir, dan menyesallah mereka yang telah menghabiskan umurnya untuk berbuat maksiat. Aku bersaksi bahwa sang panutan, Nabi Muhammad SAW adalah rasul yang diutus oleh-Nya untuk menabur hidayah di muka bumi. Ya Allah limpahkanlah salawat dan salam kepada Baginda Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat dan orang-orang yang patuh kepada beliau hingga hari akhir nanti.

Wahai hamba Allah
Dalam majelis ini, aku berwasiat kepada kalian samua, sekaligus kepada diri sendiri agar senantiasa bertakwa kepada Allah SWT. Ketahuilah, barangsiapa bertakwa kepada Allah SWT, ia akan hidup penuh kekuatan dan berjalan di bumi-Nya dengan rasa aman dan tentram

Wahai hamba Allah
Ada dua perkara yang menyebabkan umat Rasulullah SAW ini kerap kali dilanda musibah dan bencana, dan sayang sekali, mereka tidak menyadari, atau bahkan tidak mempedulikanya sama sekali, sekalipun beliau SAW dan para ulama telah sering mengingatkan.

Dua perkara itu adalah, pertama, tiadanya penghargaan akan waktu, kesempatan dan umur yang telah dianugerahkan Allah Subhanahu Wata’ala. Sekarang ini, umumnya umat telah menyia-nyiakan waktu dan membuangnya untuk hal-hal yang kosong. Sebagian lagi menghabiskan waktu dalam perbuatan makruh, dan, bahkan kemaksiatan. Perbuatan ini setianya memancing amarah Allah SWT. Namun mereka abai serta tak mengindahkan. Maka tidaklah mengherankan apabila bencana demi bencana mulai merebak di negeri muslimin.

Kedua, pergaulan dan persaudaraan yang tidak lagi dilandasi itikad baik. Ketika umur dan waktu terbengkalai, ketika perkawanan tidak lagi dilandasi niat baik, maka kerusakan merajalela, fitnah dan cobaan bakal mendera umat, tak peduli di desa maupun di kota. Baginda Nabi SAW, dalam sabda-sabdanya, telah banyak mengingatkan umat agar memanfaatkan waktu dengan maksimal dan mendasari pergaulannya dengan niat soleh. Semua itu demi kebaikan umat sendiri. Akan tetapi sayang, orang-orang sudah tutup telinga dan mata. Mereka tak lagi berminat mendengarkan seruan beliau SAW.

Sadarlah wahai muslimin. Waktu adalah esensi kehidupanmu. Umur adalah peluang yang diberikan kepadamu. Berharga atau tidaknya hidupmu bergantung pada bagaimana kau memanfaatkan usiamu itu.

Rasulullah SAW bersabda, Di hari pembalasan nanti, dua telapak kaki seorang hamba akan tertahan dijembatan sirat. Takkan beranjak sampai ia ditanya mengenai empat hal. untuk apakah seluruh umur hidupnya? Dikemanakan usia mudanya? Dari mana ia mendapatkan harta dan digunakan untuk apakah harta itu? Sudahkah ilmunya diamalkan?

Wahai hamba Allah
Kita wajib kembali ke jalur yang telah digariskan Rasulullah SAW. Beliau adalah insan yang selalu berkata jujur. Beliau adalah sang petunjuk, penyeru kebenaran, suluh umat, dan pemberi kabar-kabar dari Ilahi. Beliau sangat cinta kepada umatnya. Kasih beliau kepada kita lebih besar dari kasih orang tua kita sendiri kepada kita. Allah SWT berfirman,

“Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang-orang mukmin dari diri mereka sendiri”

Kembali ke dua hal di atas. Beliau SAW pernah mengabarkan, “Di dalam surga, para penghuninya masih merasakan suatu kerugian besar, yakni mengenai waktu yang telah berlalu—di kehidupan dunia—yang tidak mereka gunakan untuk berzikir kepada Allah SWT.”

Beliau juga mewanti-wanti, “Ketika suatu kaum duduk bersama-sama, akan tetapi tidak mengingat Allah SWT sama sekali, maka mereka bakal merasakan penyesalan di hari kiamat nanti.”

Pergunakanlah waktu dengan aktifitas yang baik. Ikatlah persaudaraan dengan asas yang bagus serta tujuan yang penuh manfaat. “Ketika seseorang menjalin kawan, meskipun sejenak di siang hari, kelak ia akan ditanya mengenai perkawanan itu: telahkan ia melaksanakan hak-hak Allah SWT atau mengalpakannya?” begitulah yang dinarasikan Rasulullah SAW.

Wahai hamba Allah
Kita sudah sering membuang-buang waktu. Di antara kita bahkan ada yang lebih banyak mengisi waktu untuk maksiat. Marilah kita renung-kan bersama. Ke manakah malam-malam kita? Untuk apakah umur-umur kita? Apa yang kita kerjakan antara Maghrib dan Isyak? Bagaimana kabar majelis muslimin, pasar-pasar dan warung-warung? Tempat-tempat itu telah menjadi ajang melupakan Allah SWT dan Rasul-Nya.

Ingatlah, bagaimana Baginda Rasul senantiasa zikir kepada Allah di setiap waktunya. Dulu, kaum muslimin tak pernah lalai untuk berzikir, di mana saja, siang dan malam. Akan tetapi kini, umat Islam, baik yang muda maupun yang tua, sudah menganggap remeh zikir. Mereka malas mengingat Allah dan lebih suka membicarakan yang lain. Ketika di dalam masjid sekalipun, mereka menganggap membaca Al-Quran tidak lebih asyik daripada bicara omong kosong. Hingga kita kerap menyaksikan mereka bicara tak tentu arah di dalam rumah Allah. Bahkan tak segan mereka meletakkan Al-Quran yang tengah dibaca hanya demi bisa mengobrol bersama rekan-rekan mereka. Sungguh, Betapa genting keadaan muslimin.

Tak hanya itu, umat Islam sekarang cenderung menjauhi majelis taklim. Ketika majelis pengajian diadakan di suatu desa, pesertanya selalu tak banyak. Orang-orang enggan datang dan lebih memilih kumpulan-kumpulan yang kurang baik. Mereka adalah manusia yang rugi. Mereka bakal menyesal. Keberadaan mereka sudah dinubuatkan Rasulullah SAW, “Manusia yang paling besar penyesalannya di akhirat kelak adalah mereka yang punya kesempatan untuk mengaji akan tetapi mereka sia-siakan kesempatan itu.”

Masa keemasan telah berlalu, yakni masa sahabat, tabiin, dan tabiin-tabiin. Masa ketika zikir, baca Al-Quran dan hadis menjadi kebiasaan, baik ketika makan, minum, tidur, dan segala rutinitas.

Wahai hamba Allah
Ketahuilah, suatu majelis yang dilandasi niatan baik dan tujuan yang mulia, yakni ridha Allah dan Rasulullah, akan membuahkan kebajikan-kebajikan. Di antaranya menangguhkan musibah, meredam permusuhan, dan mencegah perbuatan munkar, Semua itu lantaran sikap saling membantu di antara anggota. Dan mereka semua pasti memperoleh pahala-pahala dan anugerah yang tak kecil nilainya dari Allah SWT. Sebab itulah Allah SWT dan Rasul-Nya memberikan perhatian yang agung kepada majelis zikir dan majelis tak-lim.

Ya Allah, bimbinglah kami kepada kebaikan. Tambahkanlah rahmat-Mu untuk kami. Siramkan anugerah-anugerah-Mu kepada kami. Elokkanlah dhahir dan bathin kami, serta niat dan tujuan kami. Sirnakan kesulitan dari kaum muslimin. Dengan kasih-Mu, wahai Yang Maha Kasih Sayang.

Rasulullah SAW, Uang 6 Dirham, dan Yahudi

Suatu hari Rasulullah SAW bermaksud berbelanja. Dengan bekal uang 6 dirham, beliau hendak membeli pakaian dan peralatan rumah tangga…Belum juga sampai di pasar, beliau mendapati seorang anak wanita yang sedang menangis.


Beliau sempatkan bertanya kenapa wanita yg menangis tersebut, “Apa yang menyebabkan anda menangis?”

Anak perempuan itu menjawab, “ Tadi pagi saya diberi uang 2 dirham oleh majikan untuk berbelanja keperluan rumah tangga, akan tetapi uang yang diberikan itu hilang. Saya takut majikan saya akan marah karena pulang tidak membawa apa-apa.” Terlintas dibenaknya akan deraan dari majikannya karena itulah dia menangis sampai Rasulullah SAW melihatnya. Seketika itu juga Rasulullah SAW mengeluarkan uang yang 6 dirham dan diberikannya kepada anak perempuan itu. “ Terimalah uang 2 dirham ini sebagai ganti uang majikanmu yang hilang, segeralah belanja keperluan yang diperlukan oleh majikanmu.” Kini uang yang dimiliki oleh Rasulullah SAW tinggal 4 dirham, beliau segera memasuki pasar. Beliau membeli beberapa keperluan rumah serta baju gamis dan pakaian kesukaannya. Semua itu dipanggul sendiri oleh beliau, sesampainya di luar terlihat seorang lelaki tua bertelanjang dada, bersarung kumal berteriak lantang, “ Barang siapa yang memberikku pakaian maka aku akan mendo’akannya agar Allah mendandaninya kelak.”


Rasulullah SAW mendekatinya dan memberikan gamis dan pakaian yang baru saja dibelinya, melihat orang yang menyambut dan memberikan apa yang dimintanya itu adalah Rasulullah SAW yang menjadi kekasihnya membuat lelaki itu terpana dan berusaha menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya dan dipakaikannya gamis dan baju baru tersebut sehingga matanya berkaca-kaca atas pelakuan yang diberikan oleh kekasih Allah tersebut.


Dengan langkah ringan beliau meneruskan langkah kakinya hendak segera pulang, akan tetapi lagi-lagi beliau harus bersabar. Didepannya terlihat anak perempuan yang diberi dua dirham tersebut sedang menunggunya, anak tersebut mengadukan persoalan, bahwa ia takut pulang. Ia khawatir akan dihukum oleh majikannya karena terlambat. Sebagai budak saat itu nilainya tidak lebih dari seekor binatang. Hukuman fisik sudah sangat lazim diterima. Maka dengan senang hati, beliau mengantarkan anak perempuan tersebut ke rumah majikannya.

Rasulullah berjalan di muka anak perempuan itu, beliau mengikuti setiap instruksi yang diberikan untuk menuju rumah majikannya. Bila anak itu bilang belok kiri, maka Rasulullah SAW pun belok kiri. Sesampainya di rumah majikan tersebut, beliau mengucapkan salam. Sekali, dua kali belum ada jawaban. Baru salam yang ketiga dijawab oleh penghuni rumah.

“ Mengapa kalian tidak menjawab salamku, baru yang ketiga baru dijawab?” Tanya Rasulullan SAW.

“ Ya Rasulullah, salam anda itu adalh do’a karena itu kami ingin dido’akan oleh kekasih Allah.” Jawab penghuni rumah.

Rasulullah SAW segera menyampaikan maksud kedatangnya, mendengar hal tersebut penghuni rumah segera berkata.” Ya Rasulullah, Kami tidak akan menghukum budak kami karena dia lebih mulia daripada kami. Dia telah berjalan dengan kekasih Allah sedangkan kami belum pernah sekalipun, sudah sejak tadipun kami telah memerdekan budak tersebut karena Allah.”

Betapa bahagianya Rasulullah mendengar hal tersebut, beliau bersyukur dengan uang 6 dirham mendapatkan keuntungan ribuan dirham yakni harga budak itu sendiri. Beliau berkata, “Tiadalah aku melihat 6 dirham demikian besar berkatnya dari pada 6 dirham yang ini. Allah telah memberi ketenteraman bagi orang yang ketakutan, memberi pakaian orang yang telanjang, dan membebaskan seorang budak belian.”

Akhirnya, rahmat dan kasih sayang, bantuan dan pertolongan kepada masyarakat bawah akan mendatangkan kesejahteraan dan kemajuan. Allah berfirman dalam sebuah hadits Qudsyi. “Bahwanya Allah menolong hamba-Nya, selama ia menolong saudaranya.”

Dari cerita tersebut dapat kita lihat semua, betapa mulia dan kasihnya Rasulullah SAW terhadap sesame. Beliau tidak memandang kedudukan dan derajat seseorang, lihatlah apa yang telah dilakukan terhadap seorang budak yang mungkin dimata kita tidak berharga sama sekali akan tetapi Rasulullah SAW tetap memperhatikannya. Karena itu sudah sepatutnya kita mencontoh Akhlak beliau, bila kita memiliki mobil dan kita mempekerjakan saudara kita untuk menyupirinya maka janganlah kita menyebutnya “ itu supir kita” akan tetapi katakanlah “ saudara saya yang membantu/menolong untuk mengantarkan saya bepergian”.

Selain itu juga, hikmah lainnya adalah setiap kita berbelanja di pasar, toko atau dimanapun janganlah kita meminta tolong orang lain untuk membawakan barang belanjaan kita. Contohlah Rasulullah SAW, beliau membawa sendiri barang belanjaannya begitu juga yang telah diikuti oleh para sahabat lainnya.

Setiap peri kehidupan Rasulullah SAW adalah contoh bagi kita semua, kita lihat bahwa hidup Rasulullah sangat sederhana padahal beliau adalah seorang pemimpin umat dan kekasih Allah SWT. Apapun yang dimintanya pasti Allah akan mengabulkannya.

Suatu hari ada seorang yahudi yang memiliki suatu persoalan, ia segera berjalan menuju rumah Rasulullah SAW. Di tengah jalan ia bertemu dengan Rasulullah, segera saja ia menyampaikan maksud dan tujuannya. Rasulullah segera kembali menuju rumah bersama yahudi tersebut akan tetapi ditengah jalan ada seorang wanita tua mencegat beliau untuk bertanya beberapa masalah, Rasulullah segera berhenti dan mendekati wanita tua itu sambil menundukan kepalanya mendengarkan setiap perkataan yang dikeluarkan oleh wanita tersebut. Yahudi itu melihat Rasulullah SAW begitu sabarnya melayani dan mendengarkan wanita tua itu walaupun pertanyaan itu hanya diulang-ulang, sampai puas barulah meneruskan kembali perjalannnya.

Sesampainya di rumah, Rasulullah SAW mempersilakan yahudi masuk. Ia tidak melihat ada apa-apa di rumah Rasulullah SAW yang ketika itu menjadi seorang pemimpin, hanya ada satu tikar kecil dari pelepah kurma tergeletak hanya cukup untuk satu orang.

Rasulullah SAW mempersilakan yahudi tersebut untuk duduk diatas tikar tersebut, yahudi itu menolaknya akan tetapi Rasulullah SAW tetap memaksanya karena ia adalah tamunya. Akhirnya orang yahudi itu, berkata, “ Ya Muhammad, tadinya saya akan menyangka kalau anda tidak akan memperlakukan saya dengan baik karena perbedaan keyakinan. Sungguh mulia akhlakmu, saksikanlah wahai kekasih Allah mulai saat ini saya akan mengikuti ajaranmu. “ Saat itu juga ia mengucapkan dua kalimat syahadat.

Kalimat Bijak dan Nasehat

“Hati itu bagaikan cermin, memantulkan bayangan dari semua yang ada dihadapannya. Karena itu manusia harus menjaga hatinya sebagaimana ia menjaga kedua bola matanya.” (Hb. Muhammad bin Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Syeik bin Abdullah Al-Aidarus)

22 Juni, 2009

" ZIARAH AHLI KUBUR "

BIASANYA setiap hari Jumat atau sebelum menjelang bulan Ramadan dan di Hari Raya , komplek pemakaman ramai tidak sedikit dikunjungi orang orang yang berziarah. Ada yang berziarah ke makam orang tuanya. Ada yang berziarah ke makam sanak familinya atau karabatnya. Ada pula yang berziarah ke makam para sesepuh dan ulama. Hal ini demi untuk mendoakan mereka yang telah mendahului kita agar Allah memberikan kepada mereka rahmah dan ampunan dan mengharamkan jasad-jasad mereka dari sentuhan api neraka.
Rasulallah, sebagimana diriwayatkan Abu Daud, pada awal sejarah Islam pernah melarang umat Islam untuk berziarah kubur. Beliau khawatir umat Islam mengkultuskan kuburan, berlaku syirik, atau bahkan menyembah kuburan. Tapi selelah keimanan umat Islam meningkat dan kuat. Maka Rasulallah saw tidak khawatir lagi. Nabi pun kemudian bersabda : "Aku dulu melarang kamu berziarah kubur. Sekarang, aku anjurkan melakukanya. Sebab bisa mengingatkan kita kepada akhirat". Maka tradisi berziarah ini sangat baik dan terpuji demi mengingatkan kita semua, termasuk orang kaya, pamong praja, dan berpangkat, bahwa satu hari hidup kita pasti akan berakhir di pekuburan. Semua kemegahan hudup, rela tak rela, harus ditinggalkan dan kita harus terima babak baru perjalanan menghuni liang kubur yang luasnya sekitar 1 x 2 meter saja.
Telah ditetapkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, bahwa Rasulallah saw telah menganjurkan kita, disaat memasuki kompleks pemakaman, agar mengucapkan salam kepada ahlil kubur seperti memberi salam kepada orang hidup: "Salam sejahtera bagimu penghuni kubur dari kaum Muminin dan Muminat. Dan kami Insya Allah akan betemu dengan kalian. Kamu adalah orang orang yang mendahului kami dan kami akan menyusul kalian. Kami bermohon kepada Allah keselamatan bagi kami dan kalian". Karna mereka (ahli kubur) mendengar, melihat, mengetahui dan membalas salam kita, akan tetapi kita tidak bisa mendengar mereka. Ucapan salam biasanya diberikan kepada orang yang mendengar dan berakal..Jika tidak, maka ucapan ini tidak mempunyai fungsi atau seolah-olah bersalam kepada benda jamad yang tidak mendengar dan berakal. Para salaf soleh, mereka semua bersepakat dengan apa yang telah ditetapkan Rasulallah saw dan dijadikan sesuatu yang mutawatir (diterima kebenarannya) yang mana ahli kubur (mayyit) mengetahui orang yang berziarah dan mendapatkan ketenangan dengan kedatangannya. Sesuai dengan hadisth yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa mayyit setelah dikubur mendengar suara sandal orang yang mengatarkannya ke kuburan. Dari A'isyah ra sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : " Tidak diantara kalian berziarah kuburan saudaranya dan duduk disisinya, kecuali ia (mayyit) telah mendapatkan ketenangan dan ia hadir (datang) untuk menjawab salamnya sampai yang berziarah berdiri (pulang) "
Diriwayatkan oleh Abi Hurairah ra.. bahwa Rasulallah saw berkata : " jika seseorang melewati kuburan saudaranya dan memberi salam kepadanya, maka ia (mayyit) akan mejawab salamnya dan mengetahui siapa yang menziarahinya. Dan apabila seseorang melewati kuburan seseorang yang tidak dikenal kemudian memberi salam, maka ia (mayyit) akan mejawab salamnya".
Dari Ibnu Abdulbar sesungguhnya Rasulallah saw bersabda : " Jika seorang Muslim melewati kuburan saudaranya yang pernah dikenal di dunia, kemudian memberi salam kepadanya, maka Allah akan mengembalikan ruhnya kepadanya untuk menjawab salamnya". Diriwatkan oleh Bukhari Muslim, pernah Rasulallah saw menyuruh mengubur orang orang kafir yang meninggal dalam peperangan Bader di kuburan Qulaib. Kemudian beliau berdiri di muka kuburan dan memanggil nama nama mereka satu persatu : " Wahai Fulan bin Fulan!! .. Wahai Fulan bin Fulan!!.. Apakan kamu mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada kamu? Sesungguhnya aku telah mendapatkan apa yang telah dijanjikan Allah kepada ku ". Sayyidina Umar bin Khattab yang berada disamping Nabi bertanya : " Ya Rasulallah sesungguhnya kamu telah berbicara dengan orang-orang yang sudah usang (mati)". Maka Rasulallah saw pun berkata : "Demi Yang telah mengutus aku dengan kebenaran, sesungguhnya kamu tidak lebih mendengar dari mereka dengan apa yang aku katakan". Ini semuanya merupakan nash-nash dan dalil-dalil yang menyatakan bahwa mayit itu mendengar, melihat , mengetahui dan membalas salam seseorang. Dan masih banyak lagi hadits-hadits yang menerangkan bahwa ahli kubur (mayyit) itu mendengar, melihat, mengetahui apa yang terjadi disekitarnya dan membalas salam kita seperti orang hidup. Karna mereka (ahli kubur) tidak mati. Akan tetapi mereka berpindah dari satu alam ke alam yang lain, dari alam dunia ke alam barzakh. Allah berfirman didalam Surat al Mu’minun ayat 100 yang berbunyi : “ Sekali lagi tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka (ahli kubur) ada barzakh sampai hari mereka dibangkitkan “.
Imam besar Muslim meriwayatkan bahwa Rasulallah dan sahabatnya pernah melewati salah satu kuburan Muslimin. Setelah memberi salam kepada ahli kubur, tiba-tiba Rasulallah berhenti di dua kuburan. Kemudian beliau berpaling kepada sahabatnya dan bersabda : "Kalian tahu bahwa kedua penghuni kuburan ini sedang diazab di dalam kubur? Mereka tidak diazab karna dosa-dosa dan kesalahan mereka yang besar. Akan tetapi mereka diazab karna dosa-dosa dan kesalahan mereka yang sepele dan kecil. Yang pertama diazab karna suka berbuat namimah (mengupat / ceritain orang) dan yang kedua diazab karna tidak beristinja' (tidak cebok setelah hadats kecil)". Kemudian Rasulallah saw memetik dua tangkai pohon dan ditancapkanya di kedua kuburan trsb. Sahabat bertanya apa maksud dari yang telah dilakukan Rasulallah saw itu. Beliau bersabda : "Allah memberi keringanan azab bagi kedua penghuni kubur trb semasih tangkai-tangkai pohon itu basah dan belum kering. Karna tangkai- tangkai pohon trb beristighfar untuk penghuni kubur yang sedang diazab".
Sekarang, jika Allah memberi keringanan azab kepada ahli kubur karna istighfar sebatang pohon, istighfar seekor binatang, istighfar sebuah batu, pasir dan krikil atau benda-benda jamad lainnya yang tidak berakal. Apalagi istighfar kita sebagai manusia yang berakal dan beriman kepada Nya . Dalam kitab Subulus Salam, Assona’ni telah menegaskan bahwa ziarah kubur merupakan hikmah bagi kita yang hidup, agar kita bisa mengambil i’tibar dan contoh yang baik dari saudara-saudara kita yang telah mendahului kita. Pula telah diterangkan dalam kitab trb bahwa ahli kubur (mayyit) mendengar, melihat, mengetahui dan membalas salam orang yang berziarah sama seperti menziarahi orang hidup. Cukup bagi yang datang ke pemakaman diberi nama “penziarah“. Maka pasti yang diziarahi (ahli kubur) mengetahui siapa yang menziarahinya. Tidak mungkin dinamakan “penziarah“ jika yang diziarahinya tidak mengetahui siapa yang menziarahinya. Pula memberi salam kepada ahli kubur. Jika ahli kubur tidak mendengar dan mengetahui siapa yang memberi salam, hal ini sama saja dengan memberi salam kepada benda jamad atau benda mati. Maka ucapan salam diberikan kepada yang hidup, berakal, dan mendengar salam yang diberikan kepadanya. Contohnya:, dalam kitab al-Ruh, Ibnu Qayyem al-Jauziyyah meriwayatkan bahwa al-Fadhel bin Muaffaq disaat ayahnya meninggal dunia, sangat sedih sekali dan menyesalkan kematiannya. Setelah dikubur, ia selalu menziarahinya hampir setiap hari. Kemudian setelah itu mulai berkurang dan malas karna kesibukannya. Pada suatu hari dia teringat kepada ayahnya dan segra menziarahinya. Disaat ia duduk disisi kuburan ayahnya, ia tertidur dan melihat seolah olah ayahnya bangun kembali dari kuburan dengan kafannya. Ia menangis disaat melihatnya. Ayahnya berkata : “wahai anakku kenapa kamu lalai tidak menziarahiku? Al-Fadhel berkata : “ Apakah kamu mengetahui kedatanganku? ” Ayahnya pun menjawab : “ Kamu pernah datang setelah aku dikubur dan aku mendapatkan ketenangan dan sangat gembira dengan kedatanganmu begitupula teman-temanku yang di sekitarku sangat gembira dengan kedatanganmu dan mendapatkan rahmah dengan doa-doamu”. Mulai saat itu ia tidak pernah lepas lagi untuk menziarahi ayahnya .
Pada zaman peceklik, Bisyir bin Mansur selalu datang kekuburan muslimin dan menghadiri solat janazah. Di sore harinya seperti biasa dia berdiri dimuka pintu kuburan dan berdoa : “Ya Allah berikan kepada mereka kegembiraan disaat mereka merasa kesepian. Ya Allah berikan kepada mereka rahmat disaat mereka merasa menyendiri. Ya Allah ampunilah dosa-dosa mereka dan terimalah amal-amal baik mereka “. Basyir berdoa di kuburan tidak lebih dari doa-doa yang tersebut diatas. Pernah satu hari, dia lupa tidak datang kekuburan karna kesibukannya dan tidak berdoa sebagaimna ia berdoa setiap hari untuk ahli kubur.. Pada malam harinya dia bermimpi bertemu dengan semua ahli kubur yang selalu di ziarahinya. Mereka berkata : “Kami terbiasa setiap hari diberikan hadiah darimu dengan doa-doa. maka janganlah kamu putuskan doa-doa itu“.
Jika dalam berdoa ada adab-adab dan waktu-waktu yang mustajab dan diterima. Begitu pula dalam berziarah ada adab-adab dan waktu-waktu yang baik untuk berziarah. Adapun waktu yang baik dan tepat untuk berziarah adalah hari Jumat. Sebagimana Sufian al-Tsauri telah diberitahukan oleh al-Dhohhak bahwa siapa yang berziarah kuburan pada hari Juma’t dan Sabtu sebelum terbit matahari maka ahli kubur mengetahui kedatangnya. Hal itu karna kebesaran dan kemuliaan hari Juma’t. Pernah Hasan al Qassab dan kawannya datang berziarah kekuburan muslimin. Setelah mereka memberi salam kepada ahli kubur dan mendoakannya, mereka kembali pulang. Di perjalanan ia bertemu dengan salah satu temannya dan berkata kepada Hasan al-Qassab : “Ini hari adalah hari Senen. Coba kamu bersabar, karena menurut Salaf bahwa ahli kubur mengetahui kedatangan kita di hari Jumat dan sehari sebelumnya atau sehari sesudahnya”. (lihat kitab al-Ruh) Disebut dalam kitab al-Ruh bahwa Ibunya Utsman al Tofawi disaat datang sakaratul maut, berwasiat kepada anaknya : “Wahai anakku yang menjadi simpananku disaat datang hajatku kepadamu. Wahai anakku yang menjadi senderanku disaat hidupku dan matiku. Wahai anakku janganlah kamu lupa padaku meziarahiku setelah wafatku“. Setelah ibunya meninggal dunia, ia selalu datang setiap hari Juma’t kekuburannya, berdoa dan beristighfar bagi arwahnya dan bagi arwah semua ahli kubur. Perna suatu hari Utsman al Tofawi bermimpi melihat ibunya dan berkata : “Wahai anakku sesunggunya kematian itu suatu bencana yang sangat besar. Akan tetapi, Alhamdulillah, aku bersyukur kepada Nya sesungguhnya aku sekarang berada di Barzakh yang penuh dengan kenikmatan. Aku duduk ditikar permadani yang penuh dengan rauhan dan raihanah dengan sandaran dipan-dipan yang dibuat dari sutera halus dan sutera tebal. Demikianlah keadaanku sampai datangnya hari kebangkitan”.. Utsman al Tofawi betanya : “ Ibu!.. Apakah kamu perlu sesuatu dari ku ? “ Ibunya pun menjawab : “Ya!..Kamu jangan putuskan apa yang kamu telah lakukan untuk menziarahiku dan berdoa bagiku. Sesunggunya aku selalu mendapat kegembiraan dengan kedatanganmu setiap hari Juma’t. Jika kamu datang ke kuburanku semua ahli kubur menyambut kedatanganmu dengan gembira“.
Di riwayatkan dalam kitab al Ruh, bahwa salah satu dari keluarga Asem al Jahdari pernah bermimpi melihatnya dan berkata kepadanya : “ Bukankan kamu telah meninggal dunia? Dan dimana kamu sekarang? “ Asem berkata : “ Saya berada diantara kebun-kebun sorga. Saya bersama teman-teman saya selalu berkumpul setiap malam Juma’t dan pagi hari Juma’t di tempat Abu Bakar bin Abdullah al Muzni. Disana kita mendapatkan berita-berita tentang kamu di dunia. Kemudian saudaranya yang bermimpi bertanya : “Apakan kalian berkumpul dengan jasad-jasad kalian atau dengan ruh-ruh kalian? “ Maka mayyit itu ( Asem al-Jahdari ) berkata : “ Tidak mungkin kami berkumpul dengan jasad-jasad kami karna jasad- jasad kami telah usang. Akan tetapi kami berkumpul dengan ruh-ruh kami “.. Kemudian ditanya : “Apakah kalian mengetahui kedatangan kami ? “. Maka dijawab : “ Ya!.. Kami mengetahui kedatangan kamu pada hari Juma’t dan pagi hari Saptu sampai terbit matahari “. Kemudan ditanya : “ Kenapa tidak semua hari-hari kamu mengetahui kedatangan kami? “. Ia (mayyit) pun menjawab : “ Ini adalah dari kebesaran dan keafdholan hari Juma’t “. Sebelum saya tutup ulasan ini, maka sekali lagi harus diingat bahwa tradisi berziarah adalah tradisi yang tetap hidup dengan segala warna warninya dan merupakan suatu hikmah dari Allah dan sunah Rasulallah yang baik, terpuji dan patut dingat maknanya se dalam-dalamnya agar bisa mengingatkan diri kita bahwa hidup ini akan berakhir dengan kematian..Wallahua’lam..

Nafkah Hidup

Abû Hurairah radhiallâhu ta‘âlâ ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, "Barang siapa mencari matapencaharian yang halal di dunia untuk menghindarkan diri dari meminta-minta(mengemis), untuk mencukupi kebutuhan keluarganya dan untuk berbuat baikterhadap tetangganya, Allâh akan membangkitkannya di hari Kiamat denganwajah seperti bulan purnama. Barang siapa mencari mata pencaharian yanghalal di dunia untuk berbanyak-banyak, berbangga-bangga dan berpamrih(pamer), ia akan menemui Allâh di hari Kiamat sedang Ia murka kepadanya. [Abû Nu‘aim meriwayatkan dengan matan hampir sama]
Nashr bin Yahyâ menceritakan bahwa suatu hari Nabi Dâwûd ‘alaihis salâmkeluar dari rumah menyamar. Ia menanyai setiap orang yang ia temui di jalan tentang sifat Dâwûd, yakni tentang dirinya sendiri. Jibril lalu menyamar sebagai manusia dan berjalan ke arahnya. “Hai pemuda, kata Nabi Dâwûd,“bagaimana pendapatmu tentang Dawud?” “Dia adalah hamba Allâh yang baik. Namun sayang, dia memiliki satu sifat yang kurang baik,” kata si pemuda. “Apa itu?” tanya Dâwûd penasaran. “Dia makan dari harta kaum Muslimin di Baitul Mal. Padahal tidak ada yang lebih dicintai oleh Allâh daripada orang yang makan hasil jerih payahnya sendiri.” Kembalilah Dâwûd ke mihrabnya menangis dan memohon, “Ya Rab, ajarkan kepadaku sesuatu yang dapat kubuat dengan tanganku sehingga aku tidak lagi membutuhkan harta kaum Muslimin.” Allâh lalu mengajarkan kepadanya cara membuat pakaian perang dan menjadikan besi lunak di tangannya selunak adonan tepung. Bila ia telah selesai dengan urusan rakyatnya, ia membuat pakaian perang lalu menjualnya. Hasil penjualan itu ia gunakan untuk menutup kebutuhan hidupnya sekeluarga. Inilah yang diceritakan dalam Qurân: "Dan Kami telah melunakkan besi untuknya.." (Saba`/34:10) "Dan telah Kami ajarkan kepada Dâwûd cara membuat baju besi untuk kalian agar dapat memelihara diri kalian (dalam peperangan)". (Al-Anbiyâ`/21:80) Tsâbit Al-Bunânî radhiallâhu ‘anhu berkata, “Telah disampaikan kepadaku bahwa ‘âfiah[1] itu terdiri dari 10 bagian: 9 bagian terdapat dalam diam dan1 bagian dalam mengasingkan diri dari masyarakat. Sedang pengabdian kepada Allâh terdiri dari 10 bagian, 9 bagian terletak dalam usaha mencari nafkahdan 1 bagian dalam ibadah. Jâbir bin ‘Abdullâh meriwayatkan bahwa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata, “Tidak seorang pun membukakan bagi dirinya pintu untuk meminta-minta (mengemis), kecuali Allâh pasti akan membukakan baginya pintu kemiskinan. Barang siapa menjaga kehormatan dirinya, Allâh akan menjaga kehormatannya. Barang siapa mencukupkan diri dengan pemberian Allâh, Allâhakan mencukupi kebutuhannya. Seseorang yang mengambil tali kemudian pergike lembah ini dan mengumpulkan kayu, lalu pergi ke pasar dan menjualnya untuk membeli satu mud kurma niscaya lebih baik daripada meminta-mintakepada masyarakat: baik mereka memberi atau menolaknya.” Nabi shallallâhu ‘alaihi wa sallam berkata, “Hendaknya kalian berdagang pakaian karena datuk kalian, Ibrâhîm ‘alaihis salâm, adalah pedagang pakaian.” Abû Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata, “Nabi Zakariâ adalah seorang tukang kayu.” ‘Aisyah berkata,“Nabi Sulaimân bin Dâwûd ‘alaihimas salâm konon menceramahi masyarakat diatas mimbar sambil menganyam daun kurma. Setelah selesai, ia menyuruh seseorang untuk menjualnya.”

Allâh mewahyukan: “Dan jikalau Allâh melapangkan rezeki hamba-hamba-Nya tentulah merekaakan berbuat melampaui batas di muka bumi.” (Asyûrâ/42:27) Sehubungan dengan ayat di atas, Syaqîq bin Ibrâhîm menjelaskan, “Allâh‘Azza wa Jalla jika memberi para hamba-Nya rezeki tanpa usaha, mereka niscaya akan berbuat kerusakan, tetapi Allâh menyibukkan mereka (dan menghabiskan waktu dan tenaga mereka) dalam mencari nafkah.” Sa‘îd bin Musayyib berkata, “Tidak ada kebaikan bagi orang yang tidak mencari harta dengan cara halal sehingga ia dapat mengeluarkan dari harta itu apa yang diwajibkan kepadanya dan sehingga dengan harta itu ia dapat menjaga kehormatannya.” ‘Umar bin Khattâb radhiallâhu ‘anhu berkata, “Wahai kaum fakir miskin, angkatlah kepala kalian, berdaganglah, telah jelas jalannya, janganlah kalian hidup bergantung pada manusia lain.” Ibnul Mubârak berkata, “Barang siapa mening-galkan pasar, hilanglah kehormatannya dan menjadi buruklah perilakunya.” Ibrâhîm bin Yûsuf rahimahullâh berkata kepada Muhammad bin Salâmah,“Berusahalah di pasar, karena perbuatan itu akan menjaga harga diri orang yang melakukannya.” Jâbir bin ‘Abdullâh meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu ‘alaihi wasallam berkata: "Barang siapa menanam sebuah tanaman lalu (hasilnya) dimakan manusia, hewan, burung atau binatang buas, maka itu menjadi sedekah darinya. [Muslim meriwayatkan hadis ini dengan kalimat berbeda. Ahmad dengan kalimat hampirsama]

Anas bin Mâlik radhiallâhu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallâhu‘alaihi wa sallam berkata: "Jika hari Kiamat tiba dan di tangan salah seorang dari kalian ada bibit kurma, maka kalau bisa, janganlah ia berdiri sebelum menanamnya". Al-A’masy meriwayatkan dari Abul Mukhâriq bahwa ketika Rasûlullâhshallallâhu ‘alaihi wa sallam sedang bersama para sahabatnya, lewat seorangpemuda yang kekar, maka berkatalah Abû Bakar dan ‘Umar radhiallâhu ‘anhuma, “Duh sayang…, kalau saja masa muda dan kekuatannya dipergunakan untuk berjihad di jalan Allâh tentu ia akan mendapat banyak pahala.” Rasûlullâhberkata, “Kalau ia berusaha untuk membantu kedua orang tuanya yang telah lanjut usia, maka ia telah berjihad di jalan Allâh. Kalau ia berusaha untuk anak-anaknya yang masih kecil, maka ia telah berjihad di jalan Allâh. Kalau ia berusaha agar tidak meminta-minta kepada orang lain, maka ia telahberjihad di jalan Allâh. Namun, kalau ia berusaha agar dapat pamer dan mendapat nama maka ia telah berjuang di jalan setan.” [Thabarânî dan Bazzârmeriwayatkan dengan matan hampir sama]


dikutip dari: "Sepercik Hikmah" PUSTAKA ZAWIYAH

Rezky / Rejeki

Rizqi adalah suatu ketetapan Allah yang telah ditetapkan kepada kita. Walaupun begitu, kita diharuskan berikhtiar. Makna IKHTIAR yang telah ditentukan para ulama, bukanlah ikhtiar untuk memperoleh rizqi DENGAN ZAT. Tetapi berikhtiar untuk mencari KEHALALAN RIZQI tersebut. Ulama berbeda pendapat tentang uang / harta yang diperoleh dengan jalan haram. Apakah itu termasuk rizqi..? Pendapat ulama paling kuat, baik halal atau haram tetaplah dinamakan rizqi.
Tak asing di telinga kita sabda Rasulullah, "...kemudian menjadi segumpal daging. Kemudian malaikat diperintahkan untuk meniupkan ruh dan menulis 4 hal : rizqi, ajal, amal, suul/khusnul khotimah." Habib Ali Alhabsyi di dalam qoshidahnya mengatakan, "...War riziq maqsum bainal kholq hattal hinasy." Artinya; "Dan rizqi telah dibagi Allah kepada semua makhluknya, sekalipun ular". Beberapa Habaib di Hadramaut mengatakan makna ular disiini adalah CACING TANAH (walaupun di dalam tanah, tetap diberi rizqi oleh Allah) Jadi ketentuan rizqi Allah adalah PASTI, tinggal bagaimana kita mencari yang halal.

Dikisahkan bahwa suatu hari Sayidina Ali bin Abi Tholib akan memasuki sebuahrumah. Ketika beliau akan masuk, beliau tak menemukan tiang untuk mengikat tali kudanya. Lalu beliau bertemu dengan seorang 'Arobi asing / tak dikenal dan menitipkan kudanya untuk dijaga sebentar. Setelah urusan beliau selesai, beliau berniat untuk menghadiahkan uang 2 dinar kepada 'Arobi. Ketika keluar, beliau tak melihat kuda dan 'Arobi tersebut di tempat semula. 'Arobi tersebut telah mencurinya! Maka Sayidina Ali bergegas mencari ke gurun pasir hingga didapati kuda beliau dalam keadaan tanpa tali kendali dan pelana. Lalu beliau menuju kepasar karena kemungkinan telah dijual si 'Arobi di situ. Ternyata benar apayang beliau pikirkan. Ketika si penjual ditanya, dia menjawab bahwa ia membelinya dari seorang Arobi asing. "Dengan harga berapa..? " tanya Sayidina Ali. "Dua dinar," jawab si penjual. Tersenyumlah Sayidina Ali seraya mengambil hikmah bahwa Allah telahmenentukan RIZQI kepada si 'Arobi sebesar 2 dinar di hari itu. Namun 'Arobi mengambil dengan cara yang HARAM. ANDAIKAN IA BERSABAR, IA AKANMENDAPATKANNYA DENGAN CARA YANG HALAL!

Allahummarzuqna rizqon halaalan toyyibanYasluh bihi jamii'il ikhwanAmin

11 Juni, 2009

Kunjungan Syeeh Hisyam Kabani Dikediaman H.Syech Bin Abdulkadir Assegaf



Kunjungan Syeeh Hisyam Kabani di kediaman Habib Syech - Solo beserta rombongan dalam rangka menghadiri acara Solo Bersholawat. Beliau disambut langsung oleh Habib Syech beserta keluarga dikediaman beliau.

07 Juni, 2009

Hati-Hati Kaligrafi Kristiani Dijual Bebas

Bisa dipastikan, hampir tak seorang pun umat Islam yang tidak menyukai kaligrafi Islam yang memuat ayat-ayat tertentu dari Al-Qur‘an. Misalnya, kaligrafi khat Arab bacaan Allah, Allahu Akbar, Muhammad, Basmalah, ayat Kursi, surat Al-Fatihah, dll. Ini adalah hal yang baik dan perlu dilestarikan. Sebab memajang ayat-ayat dengan tulisan indah di rumah adalah salah satu ekspresi kecintaan kepada Al-Qur‘an.

Tetapi, untuk kaligrafi model satu ini –dan kaligrafi lainnya yang sejenis– kaum Muslimin jangan tertipu oleh musang berbulu ayam. Sebab kaligrafi ini pun indah dan dijual bebas di berbagai toko buku. Kaligrafi melingkar ukuran setengah meter persegi ini bagian tengahnya bertuliskan “abana” yang berarti “bapa kami”. Dalam teologi Kristen, kata ini berarti Allah (Allah Bapak). Bila dibaca dengan teliti, maka bacaan yang lengkap adalah “abana alladzi fis-samawati….dst”.

Kaligrafi-Abana

Tanyakanlah kepada ustadz yang hafal Al-Qur‘an, ayat tersebut ada di surat apa dan ayat berapa? Pasti ustadz tersebut akan geleng-geleng kepala seraya menjawab bahwa itu bukan ayat Al-Qur‘an. Jawaban ini tepat sekali, karena kaligrafi ini bukan Al-Qur‘an, tapi ayat Bibel, tepatnya Injil Matius pasal 6 ayat 9-13 yang terjemah Indonesianya demikian:

“Karena itu berdoalah demikian: Bapak kami yang di sorga, dikuduskanlah nama-Mu, datanglah Kerajaan-Mu, jadilah kehendak-Mu di bumi seperti di sorga. Berikanlah kami pada hari ini makanan kami yang secukupnya dan ampunilah kami akan kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni orang yang bersalah kepada kami; dan jangan­lah membawa kami ke dalam pencobaan, tetapi lepaskanlah kami dari pada yang jahat. Karena Engkaulah yang empunya Kerajaan dan kuasa dan kemuliaan sampai selama-lamanya. Amin.”

Entah sudah berapa banyak kaum Muslimin yang menghiasi rumah­nya dengan ayat Bibel berupa kaligrafi kristiani tersebut, mengingat kaligrafi itu dijual di seluruh Indonesia. Padahal sebutan “Bapak Kami” kepada Allah adalah kesalahan besar yang bertentangan dengan Al-Qur`an surat Al-Ikhlash 1-4.

06 Juni, 2009

Kiat Sehat Ala Rasulullah SAW

Rasulullah bersabda: "Mu'min yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintaiAllah daripada mu'min yang lemah" (HR Muslim)
Bagaimana agar senantiasa sehat seperti Rasulullah? Ikuti resep berikut:
1. SELALU BANGUN SEBELUM SHUBUH. Rasul selalu mengajak ummatnya untuk bangun sebelumshubuh, melaksanakan sholat sunah dan sholat Fardhu,sholat shubuh berjamaah. Hal ini memberi hikmah ygmendalam antara lain : - Berlimpah pahala dari Allah - Kesegaran udara shubuh yg bagus u/ kesehatan misalu/ terapi penyakit TBC - Memperkuat pikiran dan menyehatkan perasaan
2. AKTIF MENJAGA KEBERSIHAN. Rasul selalu senantiasa rapi & bersih, tiap hari kamisatau Jumát beliau mencuci rambut2 halus di pipi,selalu memotong kuku, bersisir dan berminyak wangi. "Mandi pada hari Jumát adalah wajib bagi setiap orang2dewasa. Demikian pula menggosok gigi dan memakaiharum-haruman"(HR Muslim)
3. TIDAK PERNAH BANYAK MAKAN. Sabda Rasul : "Kami adalah sebuah kaum yang tidak makan sebelumlapar dan bila kami makan tidak terlalu banyak (tidaksampai kekenyangan)"(Muttafaq Alaih) Dalam tubuh manusia ada 3 ruang untuk 3 benda :Sepertiga untuk udara, sepertiga untuk air dansepertiga lainnya untuk makanan. Bahkan ada satutarbiyyah khusus bagi ummat Islam dg adanya PuasaRamadhan untuk menyeimbangkan kesehatan
4. GEMAR BERJALAN KAKI. Rasul selalu berjalan kaki ke Masjid, Pasar, medan jihad, mengunjungi rumah sahabat, dansebagainya. Dengan berjalan kaki, keringat akan mengalir, pori2terbuka dan peredaran darah akan berjalan lancar. Inipenting untuk mencegah penyakit jantung
5. TIDAK PEMARAH. Nasihat Rasulullah : "Jangan Marah" diulangi hingga 3kali. Ini menunjukkan hakikat kesehatan dan kekuatanMuslim bukanlah terletak pada jasadiyah belaka, tetapilebih jauh yaitu dilandasi oleh kebersihan dankesehatan jiwa. Ada terapi yang tepat untuk menahan marah: - Mengubah posisi ketika marah, bila berdiri makaduduk, dan bila duduk maka berbaring - Membaca Ta 'awwudz, karena marah itu dari Syaithon - Segeralah berwudhu - Sholat 2 Rokaat untuk meraih ketenangan danmenghilangkan kegundahan hati
6. OPTIMIS DAN TIDAK PUTUS ASA. Sikap optimis akan memberikan dampak psikologis yangmendalam bagi kelapangan jiwa sehingga tetap sabar,istiqomah dan bekerja keras, serta tawakal kepadaAllah SWT
7. TAK PERNAH IRI HATI DAN BURUK SANGKA. Untuk menjaga stabilitas hati & kesehatan jiwa,mentalitas maka menjauhi iri hati dan buruk sangkamerupakan tindakan preventif yang sangat tepat

Berjalan Di Jalan Para Salafunas Sholihin

Jaman berganti jaman hingga jaman kita sekarang ini tidak akan pernah lepas dengan apa yang dinamakan "fitnatuz zaman" (fitnah jaman). Berbagai fitnatuz zaman telah menerpa kita umat Islam, khususnya bagi Bani Alawy yang mempunyai garis keturunan dengan Rasulullah SAW. Fitnatuz zaman tersebut ada yang berkenaan dengan materi dan keduniaan, dan ada juga yang berkenaan dengan agama dan akidah. Fitnatuz zaman yang terakhir inilah yang paling mengkhawatirkan bagi kita. Diakhir-akhir jaman ini, banyak kita jumpai di antara kita, mereka yang terkena fitnatuz zaman berupa agama dan akidah, sehingga mereka berpaling dari apa-apa yang dituntunkan oleh agama. Mereka berani untuk mengambil "jalan" yang berbeda dengan apa-apa yang telah ditempuh oleh orangtua-orangtua mereka yang sholeh. Mereka bahkan dengan bangga menunjukkan jalan yang mereka pilih sendiri, seakan-akan mereka baru saja menemukan jalan baru menuju kepuasan beragama dan berakidah. Ini semua dapat disebabkan karena begitu hebatnya pengaruh lingkungan yang membentuk pemikiran mereka. Mereka bisa jadi orang yang kurang mengenyam pendidikan agama dan akidah, atau bahkan sebalikya, mereka adalah orang-orang yang oleh sebagian orang disebut sebagai "cendikiawan" yang begitu berbangga akan pemikiran-pemikiran barunya. Hanya saja yang pasti mereka kurang mengenal jalan yang ditempuh oleh orangtua-orangtua mereka yang sholeh, sehingga mereka tergelincir mengikuti jalan-jalan yang lain. Mungkin dalam hal ini, kita akan merasa malu jika saja kita bisa melihat bagaimana sejarah dan perjalanan hidup para ulama besar Islam yang begitu tawadhu'. Tidaklah mereka mengamalkan sesuatu melainkan mereka telah melihat itu diamalkan oleh generasi sebelum mereka. Kita dapat menyimak perkataan Al-Hafidz Ibnu Rajab tentang hal ini dalam bukunya Fadhlu Ilmis Salaf Alal Khalaf,"Para imam dan fuqaha ahli hadits sesungguhnya mengikuti hadits shahih, jika hadits tersebut telah diamalkan di kalangan para sahabat atau generasi sesudahnya, atau oleh sebagian dari mereka. Adapun apa yang disepakati untuk ditinggalkan, maka tidak boleh diamalkan, karena mereka tidak akan meninggalkannya kecuali atas dasar pengetahuan bahwa ia memang tidak diamalkan. Umar Ibin Abdul Aziz berkata, 'Ambillah pendapat yang sesuai dengan orang-orang sebelum kalian, karena mereka lebih mengetahui daripada kalian' ". Meskipun mereka, para imam dan fugaha ahli hadits, adalah para ulama besar, tapi mereka tidak pernah bangga akan ketinggian ilmunya. Sebaliknya, mereka begitu tawadhu' dan merasa bukan apa-apa dibandingkan dengan para pendahulunya. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Ibnu Hajar, Ar-Romly, Al-Khatib, Al-Qasthalany, Fakhrur Razy, dan ulama-ulama besar selainnya, dimana mereka berkata, "Tidak ada sesuatu yang merupakan hasil dari usaha keras kami (karena semuanya berkat salaf). Al-Habib Muhammad bin Hadi As-Saqqaf juga pernah berkata,"Demikianlah kami ini yang selalu teledor untuk tidak berjalan mengikuti salaf kami. Kalau saja kami ini berjalan diatas jalan yang telah ditempuh oleh para salaf kami, maka pasti kami akan mendapatkan apa-apa yang mereka dapatkan, dan kami dapat menjadi seperti mereka. Padahal kita tahu bagaimana kedalaman ilmu dan ketinggian maqam dari Al-Habib Muhammad bin Hadi As-Saqqaf. Namun toh demikian, semuanya tidaklah membuat beliau berbangga diri, akan tetapi merasa kecil di hadapan salafnya. Sikap inilah yang senantiasa membawa beliau untuk selalu berjalan di jalan para salafnya. Hal yang senada juga diungkapkan oleh Al-Imam Abubakar As-Sakron,"Kami ini tidak punya apa-apa. Hanya saja mereka (para salafunas sholihin) berjalan dengan kaki mereka, lalu kami ikut berjalan pada bekas tapak kaki mereka. Asy-Syeikh Umar Al-Muhdhor pernah berkata mengenai diri Al-Imam Abdullah Al-'Aidrus, "Tidaklah aku nikahkan Asy-Syeikh Abdullah dengan putriku Aisyah, kecuali aku telah melihat dirinya berusaha dengan keras terhadap ahwal keluarga Ba'alawy semuanya." Itulah sikap yang telah ditunjukkan oleh para salafunas sholihin. Mereka tidak lain kecuali berjalan sesuai apa yang telah ditempuh oleh pendahulunya. Pernah diceritakan oleh Al-Habib Alwi bin Abdullah Al-Attas,"Ketika Syeikh Barakwah datang ke kota Tarim dengan tujuan untuk menarik dan mengajak Saadah Bani Alawy guna mengikuti thariqahnya, maka dalam tidurnya ia bermimpi bertemu dengan Al-Faqih Al-Muqaddam. Di saat itu, Al-Faqih Al-Muqaddam berkata kepadanya, 'Keluar kau dari kota ini, agar keturunanku tidak terpedaya oleh kelakuanmu yang menarik itu.' Maka setelah itu, segera ia lari meninggalkan kota Tarim." Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad pernah berkata,"Tarim..., tidak ada di dalamnya kecuali Allah, Rasul-Nya, Al-Faqih Al-Muqaddam dan thariqah orang-orang yang berendah diri di hadapan Allah. Tidak datang kepada kami kecuali darinya. Dan sungguh para salaf kami telah membuat landasan-landasan bagi kami di dalam berbagai urusan, maka tidaklah kami mengikuti seseorang kecuali mereka."Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad juga pernah berkata dalam kitabnya Tatsbitul Fuad,"Adapun apa-apa yang telah berlalu dari salaf, baik yang sebelum jaman Asy-Syeikh Abdullah Alaydrus, maupun sampai jaman beliau, tidaklah kami ini kecuali terikat dengan mereka dan mengikuti apa-apa telah mereka bawa. Dan begitupun dari jaman beliau sampai jaman kita sekarang ini, tidaklah kami mengikuti kecuali apa-apa telah mereka lalui. Dan barangsiapa yang mengambil jalan baru, maka resiko akan ia tanggung sendiri."Dalam perkataannya tersebut, Al-Habib Abdullah Alhaddad memperingatkan kita untuk tidak mengambil jalan baru, jalan yang tidak ditempuh oleh para salaf kita. Beliau sampai-sampai pernah berkata,"Tidak sepantasnya bagi seorang dari keturunan Bani Alawy untuk memilih jalan di luar jalan yang sudah ditempuh oleh para pendahulunya. Tidak sepantasnya ia berpaling dari thariqah dan siroh mereka. Mereka bahkan harus sebaliknya, mengikuti dan bahkan berusaha menarik orang yang mengaku sudah mendapatkan jalan di luar jalan yang ditempuh olehnya dan oleh keluarga Bani Alawy. Hal ini dikarenakan thariqah mereka telah disaksikan nilai kebenarannya oleh Al-Qur'an, As-Sunnah, jejak-jejak sholihin dan perjalanan para salafus sholeh. Itu semua terjadi karena mereka (keluarga Bani Alawy) menerima thariqah tersebut generasi dari generasi sebelumnya, ayah dari kakeknya, dan terus begitu sampai kepada baginda Nabi SAW. Kedudukan (maqam) mereka bertingkat-tingkat (di sisi Allah), ada yang utama dan ada yang lebih utama, ada yang sempurna dan ada yang lebih sempurna."Dalam kalamnya yang lain beliau juga mengatakan,"Bagus dan memang sudah sepatutnya bagi orang dari keluarga Bani Alawy untuk menyeru manusia dan mengajak mereka kepada jalan yang telah ditempuh oleh pendahulunya. Betapa buruknya kalau ia justru membuang thariqah salafnya dan menyerahkan dirinya untuk mengikuti suatu thariqah yang bukan sebaik-baiknya thariqah. Semoga jangan demikian. Yang seharusnya ia dapat mengambil barakah dengan memegang perjalanan hidup para pendahulunya dan menaruh keyakinan kepada mereka. Berkenaan dengan hal itu, seseorang dari keluarga Bani Alawy tidak akan mendapatkan keberkahan selama-lamanya jika ia membuang thariqahnya dan memakai atribut yang bukan atribut para pendahulunya (semoga Allah meridhoi mereka semua)."Inilah peringatan bagi kita agar kita tidak berjalan menyimpang dari jalan para aslafunas sholihin. Terlebih lagi membuang thariqah salafnya dan menggantikannya dengan thariqah yang lain, serta berbangga karena hal itu. Lebih keras lagi Al-Habib Muhammad bin Ahmad bin Ja'far bin Ahmad bin Zein Alhabsyi memperingatkan,"Qodho (ketetapan) itu tidak dapat dipungkiri, dan syariat harus diikuti tanpa dikurangi dan ditambahi. Para imam kita keluarga Bani Alawy telah melintasi jalur yang mulus dan jalan yang lurus. Barangsiapa yang mencari aliran baru untuk dirinya sendiri atau untuk putra-putrrinya dengan cara tidak menempuh di jalan para datuk-datuknya yang saleh dan mulia, maka pada akhir umurnya ia akan menemui kekecewaan dan kebinasaan."Dan, sebagai penutup, marilah kita camkan sungguh-sungguh pesan dari Al-Habib Ali bin Muhammad Alhabsyi kepada kita semua,"Siapa yang tidak menempuh jalan leluhurnya, pasti akan bingung dan tersesat.Wahai para cucu Nabi, tempuhlah jalan mereka"Semoga kita diselamatkan oleh Allah dari fitnatuz zaman dan diberikan kekuatan untuk dapat berjalan di jalan para salaf kita.
Ya Robbi usluk binaa nahjath thoriiqis sawiyyahfi thoriiqin Nabiy was saadatil AlawiyyahYa Robbistajib wa'jal bi syarbah haniyyah
Wallohu a'lam...

PUISI INGGRIS KUNO


Sediakan waktu untuk bekerja; itulah harga sebuah keberhasilan.
Sediakan waktu untuk berpikir; itulah sumber kekuatan.
Sediakan waktu untukbermain; itulah rahasia awet muda.
Sediakan waktu untuk membaca; itulah landasan kebijaksanaan.
Sediakan waktu untuk bermimpi; itulah yang membawa kereta anda ke bintang
Sediakan waktu untuk tertawa; itulah musik jiwa.
Sediakan waktu untuk berteman; itulah jalan menuju kebahagiaan.
Sediakan waktu untuk mencintai dan dicintai; itulah hak istimewa yang diberikan Tuhan Sediakan waktu untuk melihat sekeliling anda; hari anda terlalu singkat untuk mementingkan diri sendiri.

(Sebuah puisi Inggris kuno - Old English Poem)

RUMAH SERIBU CERMIN


Dahulu, di sebuah desa kecil yang terpencil, ada sebuah rumah yang dikenal dengan nama "Rumah Seribu Cermin."Suatu hari seekor anjing kecil sedang berjalan-jalan di desa itu dan melintasi "Rumah Seribu Cermin". Ia tertarik pada rumah itu dan memutuskan untuk masuk melihat-lihat apa yang ada di dalamnya. Sambil melompat-lompat ceria ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu depan. Telinga terangkat tinggi-tinggi. Ekornya bergerak-gerak secepat mungkin. Betapa terkejutnya ia ketika masuk ke dalam rumah, ia melihat ada seribu wajah ceria anjing-anjing kecil dengan ekor yang bergerak-gerak cepat. Ia tersenyum lebar, dan seribu wajah anjing kecil itu juga membalas dengan senyum lebar, hangat dan bersahabat. Ketika ia meninggalkan rumah itu, ia berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sangat menyenangkan. Suatu saat aku akan kembali mengunjunginya sesering mungkin."Sesaat setelah anjing itu pergi, datanglah anjing kecil yang lain. Namun, anjing yang satu ini tidak seceria anjing yang sebelumnya. Ia juga memasuki rumah itu. Dengan perlahan ia menaiki tangga rumah dan masuk melalui pintu. Ketika berada di dalam, ia terkejut melihat ada seribu wajah anjing kecil yang muram dan tidak bersahabat. Segera saja ia menyalak keras-keras, dan dibalas juga dengan seribu gonggongan yang menyeramkan. Ia merasa ketakutan dan keluar dari rumah sambil berkata pada dirinya sendiri, "Tempat ini sungguh menakutkan, aku takkan pernah mau kembali ke sini lagi."Semua wajah yang ada di dunia ini adalah cermin wajah kita sendiri. Wajah bagaimanakah yang tampak pada orang-orang yang anda jumpai?

Sudah Tua Belajar Menghafal Quran

As-Syeikh Al-‘Allamah Muhammad Said Babshil Mufti Syafiiyyah di Mekah AlMusyarrofah bercerita, “Di antara karunia yang diberikan Allah kepadakuadalah ziarahku ke kota Madinah Al-Munawwaroh di masa hidup Syeikh MuhammadAl-‘Azb. Beliau rhm bercerita kepadaku, ‘Habib Alwi bin Zein Al-Habsyiadalah seorang yang saleh dan arif. Aku memperoleh manfaat dan madaddari beliau. Suatu hari beliau memintaku untuk mencarikan seorang yangfaqih, ahli baca Quran dan arif untuk membantu beliau menghapal Quran.Habib Alwi telah lanjut usia dan rabun penglihatannya. Beberapa hari kemudian aku datang ke rumahnya membawa seoranglelaki arif berkebangsaan Turki yang tinggal di kota Madinah sebagaimanayang beliau inginkan. Aku berpesan kepada si orang Turki ini agar beradabbaik, bersikap lembut, tidak membentak dan tidak mempersulit muridnya. Habib Alwi sangat senang dan mulailah beliau menghapal Quran. Beberapahari kemudian aku datang menengoknya. Aku mendengar sang guru membentak danbersikap tidak santun kepada beliau. Aku keberatan dengan sikapnya ini. “Syarat yang kuajukan kepadamu tidak seperti ini. Kelakuanmu Ini tidaksesuai dengan perjanjian kita. Kau seakan-akan tidak mengenal Habib Alwidan kebesarannya. Pergilah, kau tidak pantas mengajarnya,” kataku kepadasang guru. “Syeikh itu tidak menentangku. Aku rela diperlakukan demikian. Akubahkan rela bila syeikh itu memukulku,” kata Habib Alwi. “Maafkanlah aku atas perbuatannya padamu. Tidak ada yang pantasmengajarimu selain aku sendiri,” kataku kepada Habib Alwi Setelah kejadian itu, setiap hari, sebelum melihat bangunanku, akusinggah untuk mengajar beliau. Setiap kali akan mengajar, aku melihat jamuntuk mengatur lama pelajaran, baru kemudian aku menemuinya. Beliau lalumulai menghafal. Dalam waktu singkat beliau telah hafal 4 Mugro’ dengantajwid yang sempurna. Setiap kali meninggalkan beliau, aku selalu melihatjam. Ternyata jarum jam tetap berada di posisi ketika aku masuk, padahaljam itu berjalan seperti biasa, tidak rusak. Sadarlah aku bahwa iniadalah karomah beliau. Waktu menjadi berkah berkat beliau. Tak terasa 6 bulan telah lewat dan Habib Alwi telah hapal Quran. “Aku ingin membayar jerih payahmu mengajarku dan ini harus kulakukan,"kata Habib Alwi. “Tunggu hingga aku bermusyarawah dengan anak-anakku, karena merekaturut membantuku. Aku ingin mereka semua memperoleh keberkahan darimu,”kataku kepadanya. Kejadian ini lalu kuceritakan kepada anak-anakku: Sulaiman, Husein,Muhammad dan Abdul Mu’thi. Kami lalu mengunjungi beliau. Saat itu beliausedang mengadakan jamuan makan. Aku berkata kepada beliau, “Aku dananak-anakku telah tiba.” Kemudian masing-masing anakku menyampaikanhajat-hajat mereka. Ada di antara mereka yang berkata, “Aku ingin kedudukandan diterima oleh orang-orang Syam dan Mesir.” Aku sendiri jugamenyampaikan hajatku. Beliau lalu mengajak kami berziarah ke makam Al-Habib saw. Beliaukemudian membacakan Fatihah dengan niat agar Alloh mengabulkan permintaankami semua. Alhamdulillah, berkat kakek beliau saw dan himmah beliau yangsangat besar, Alloh mengabulkan semua permohonan kami.(dikutip dari kalam Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Juz I hal 111)

16 Mei, 2009

Nasehat Al Habib Ali Bin Muhammad AL Habsyi

Di keheningan Malam, usai tarawih, lantunan syair Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi menggugah jiwa yang terlampau lama terlelap dalam tidurnya.......... Sadarlah

Tunjukkanlah kekurangan dan kelemahanmu, Semoga Dia yang Maha Luas luthf-Nya memberimu luthf. Berdirilah di maqâm kehinaan dengan penuh penyesalan. Cukup sudah usia yang berlalu dalam kelalaian. Penuhilah ajakan Tuhan karena Kitab-Nya selalu memanggilmu. Jawab segera seruannya dan minta maaflah kepada-Nya belum tiba saatnya bagi pendosa tuk kembali kepada Tuhannya. Tak tahukah ia? sesungguhnya dosa tercatat dalam lembaran buku..? Hati-hati saudaraku yang suka bermaksiat, sesungguhnya engkau mendatangi Allah Dan Dia tahu semua yang kau sembunyikan.. Sadar dan bangkitlah, sesungguhnya bencana dosa itu berat, pahit dan menyebabkan kematian. Wahai pemuda, telah kau zhalimi dirimu sesungguhnya itu, sifat yang paling buruk. Engkau selalu menunda-nunda hingga petunjuk menjerumuskanmu dalam dosa, Sadar dan berdoalah kepada Dia yang mengampuni semua dosa Ia kan mengasihimu. Wahai yang terikat dan terbelenggu kebodohan tak tahukah kau bahwa kebodohan menyebabkan kehinaan..? Segera tuntutlah ilmu dan carilah petunjuk yang akan menuntunmu menuju kasyf. Jangan seperti mereka yang terbelenggu oleh berbagai kepentingan sehingga menyembah Allah dengan penuh keraguan. Aku telah menasihatimu, dengarkan dan terimalah nasihat ini dengan shidq. Sungguh, telah kuajak kau menuju kebajikan. Nasihat ini tiada lain kutujukan kepada dia yang selalu berbuat dosa seperti diriku yang buta dan diuji dengan berbuat dosa dan kesalahan secara sengaja. Semoga Dia yang Maha Pengampun menyembuhkanku dari bencana

Zawiya Mesjid Riyadh Solo, Selasa 21 Ramadhan 1423 H

13 Mei, 2009

Dokumentasi Kegiatan H.Syech Bin Abdulqodir Assegaf

Habib Syech memulai perjalanannya dengan semangat yang tak kenal lelah. Walau terkadang sakit, beliau selalu menghampiri dan berusaha menyalami semua jamm'ah Ahbabul Musthofa ditiap tiap tempat yang beliau singgahi serta memenuhi undangan Ummat. Dengan sabar beliau menghadapi setiap jamma'ahnya... "Mereka adalah saya, dan saya adalah mereka..."


Dari mulai kalangan tua hingga anak - anak Habib Syech selalu memperlakukan masing - masing dengan kesabaran, tegas, dan penuh perhatian. Beliau juga terkenal pecinta anak - anak kecil.


Bersama Ummat menggemakan sholawat untuk Baginda Nabi Besar Muhammad SAW pada setiap waktu dimanapun, dan kapanpun. Tiada waktu tanpa sholawat, sebagai salah satu wujud kecintaan kepada Rosull SAW.

Tuan Guru M.Zaini Abdul Ghani - Martapura

Syaikhuna al-Alim al-Allamah Muhammad Zaini bin al-Arif billah Abdul Ghani binAbdul Manaf bin Muhammad Seman bin Muhammad Sa’ad bin Abdullah bin al-MuftiMuhammad Khalid bin al-Alim al-Allamah al-Khalifah Hasanuddin bin SyaikhMuhammad Arsyad al-Banjari. Alimul Allamah Asy Syekh Muhammad Zaini Ghani yang selagi kecil dipanggil dengan nama Qusyairi adalah anak dari perkawinan Abdul Ghani bin H Abdul Manaf dengan Hj. Masliah binti H Mulya. Muhammad Zaini Ghani merupakan anak pertama, sedangkan adiknya bernama H Rahmah. Beliau dilahirkan di Tunggul Irang, Dalam Pagar, Martapura pada malam Rabu tanggal 27 Muharram 1361 H bertepatan dengan tanggal 11 Februari 1942 M. Diceriterakan oleh Abu Daudi, Syekh Muhammad Ghani sejak kecil selalu berada disamping ayah dan neneknya yang bernama Salbiyah. Kedua orang ini yang memelihara Qusyairi kecil. Sejak kecil keduanya menanamkan kedisiplinan dalam pendidikan. Keduanya juga menanamkan pendidikan tauhid dan akhlak serta belajar membaca Alquran. Karena itulah, Abu Daudi meyakini, guru pertama dari AlimulAllamah Syekh Muhammad Zaini Ghani adalah ayah dan neneknya sendiri.

Semenjak kecil beliau sudah digembleng orang tua untuk mengabdi kepada ilmu pengetahuan dan ditanamkan perasaan cinta kasih dan hormat kepada para ulama. Guru Sekumpul sewaktu kecil sering menunggu al-Alim al-Fadhil Syaikh ZainalIlmi yang ingin ke Banjarmasin hanya semata-mata untuk bersalaman dan mencium tangannya.
Pada tahun 1949 saat berusia 7 tahun, beliau mengikuti pendidikan “formal”masuk ke Madrasah Ibtidaiyah Darussalam, Martapura. Guru-guru beliau pada masa itu antara lain, Guru Abdul Muiz, Guru Sulaiman, Guru Muhammad Zein, Guru H.Abdul Hamid Husain, Guru H. Rafi’i, Guru Syahran, Guru Husin Dahlan, Guru H.Salman Yusuf. Kemudian tahun 1955 pada usia 13 tahun, beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah Tsanawiyah Darussalam, Martapura. Pada masa ini beliau sudah belajar dengan Guru-guru besar yang spesialis dalam bidang keilmuan seperti al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif, al-Alim al-Fadhil Husain Qadri, al-Alim al-Fadhil Salim Ma’ruf, al-Alim al-Allamah Syaikh Seman Mulya, al-Alim Syaikh Salman Jalil, al-Alim al-Fadhil Sya’rani Arif, al-Alim al-Fadhil al-Hafizh Syaikh Nashrun Thahir, dan KH. Aini Kandangan. Tiga yang terakhir merupakan guru beliau yang secara khusus untuk pendalaman Ilmu Tajwid. Kalau kita cermati deretan guru-guru beliau pada saat itu adalah tokoh-tokoh besar yang sudah tidak diragukan lagi tingkat keilmuannya.

Walaupun saya tidak begitu mengenal secara mendalam tetapi kita mengenal Ulama yang tawadhu KH. Husin Qadri lewat buku-buku beliau seperti; Senjata Mukmin yang banyak dicetak di Kal-Sel. Sedangkan al-Alim al-Allamah Seman Mulya, dan al-Alim Syaikh Salman Jalil, ingin rasanya berguru dan bertemu muka ketika masih hidup. Syaikh Seman Mulya adalah paman beliau yang secara intensif mendidik beliau baik ketika berada di sekolah maupun di luar sekolah. Dan ketika mendidik Guru Sekumpul, Guru Seman hampir tidak pernah mengajarkan langsun bidang-bidang keilmuan itu kepada beliau kecuali di sekolahan. Tapi Guru Seman langsung mengajak dan mengantarkan beliau mendatangi tokoh-tokoh yang terkenal dengan sepesialisasinya masing-masing baik di daerah Kal-Sel (Kalimantan) maupun di Jawa untuk belajar. Seperti misalnya ketika ingin mendalami Hadits dan Tafsir, guru Seman mengajak (mengantarkan) beliau kepada al-Alim al-Allamah Syaikh Anang Sya’rani yang terkenal sebagai muhaddits dan ahli tafsir. Menurut Guru Sekumpul sendiri, di kemudian hari ternyata Guru Tuha Seman Mulya adalah pakar di semua bidang keilmuan Islam itu. Tapi karena kerendahan hati dan tawadhu tidak menampakkannya ke depan khalayak. Sedangkan al-Alim al-Allamah Salman Jalil adalah pakar ilmu falak dan ilmu faraidh. (Pada masa itu, hanya ada dua orang pakar ilmu falak yang diakui ketinggian dan kedalamannya yaitu beliau dan al-marhum KH. Hanafiah Gobet). Selain itu, Salman Jalil juga adalah Qhadi Qudhat Kalimantan dan salah seorang tokoh pendiri IAIN Antasari Banjarmasin. Beliau ini pada masa tuanya kembali berguru kepada Guru Sekumpul sendiri. Peristiwa ini yang beliau contohkan kepada kami agar jangan sombong, dan lihatlah betapa seorang guru yang alim besar tidak pernah sombong di hadapan kebesaran ilmu pengetahuan, meski yang sekarang sedang menyampaikannya adalah muridnya sendiri. Selain itu, di antara guru-guru beliau lagi selanjutnya adalah Syaikh Syarwani Abdan (Bangil) dan al-Alim al-Allamah al-Syaikh al-Sayyid Muhammad Amin Kutbi. Kedua tokoh ini biasa disebut Guru Khusus beliau, atau meminjam perkataan beliau sendiri adalah Guru Suluk (Tarbiyah al-Shufiyah). Dari beberapa guru beliau lagi adalah Kyai Falak (Bogor), Syaikh Yasin bin Isa Padang (Makkah), Syaikh Hasan Masyath, Syaikh Ismail al-Yamani, dan Syaikh Abdul Kadir al-Bar. Sedangkan guru pertama secara ruhani adalah al-Alim al-Allamah Ali Junaidi (Berau) bin al-Alim al-Fadhil Qadhi Muhammad Amin bin al-Alim al-Allamah Mufti Jamaludin bin Syaikh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan al -Alim al-Allamah Muhammad Syarwani Abdan Bangil. (Selain ini, masih banyak tokoh lagi di mana sebagiannya sempat saya catat dan sebagian lagi tidak sempat karena waktu itu beliau menyebutkannya dengan sangat cepat. Sempat saya hitung kira-kira, guru beliau ada sekitar 179 orang sepesialis bidang keilmuan Islam terdiri dari wilayah Kalimantan sendiri, dari Jawa-Madura, dan dari Makkah).

Gemblengan ayah dan bimbingan intensif pamanda beliau semenjak kecil betul-betul tertanam. Semenjak kecil beliau sudah menunjukkan sifat mulia; penyabar, ridha, pemurah, dan kasih sayang terhadap siapa saja. Kasih sayang yang ditanamkan dan juga ditunjukkan oleh ayahnda beliau sendiri. Seperti misalnya suatu ketika hujan turun deras sedangkan rumah beliau sekeluarga sudah sangat tua dan reot. Sehingga air hujan merembes masuk dari atap-atap rumah. Pada waktu itu, ayah beliau menelungkupi beliau untuk melindungi tubuhnya dari
hujan dan rela membiarkan dirinya sendiri tersiram hujan. Abdul Ghani bin Abdul Manaf, ayah dari Syekh Muhammad Ghani juga adalah seorang pemuda yang shalih dan sabar dalam menghadapi segala situasi dan sangat kuat dengan menyembunyikan derita dan cobaan. Tidak pernah mengeluh kepada siapapun. Cerita duka dan kesusahan sekaligus juga merupakan intisari kesabaran, dorongan untuk terus berusaha yang halal, menjaga hak orang lain, jangan mubazir, bahkan sistem memenej usaha dagang beliau sampaikan kepada kami lewat cerita-cerita itu.

Beberapa cerita yang diriwayatkan adalah Sewaktu kecil mereka sekeluarga yang terdiri dari empat orang hanya makan satu nasi bungkus dengan lauk satu biji telur, dibagi empat. Tak pernah satu kalipun di antara mereka yang mengeluh. Pada masa-masa itu juga, ayahnda beliau membuka kedai minuman. Setiap kali ada sisa teh, ayahnda beliau selalu meminta izin kepada pembeli untuk diberikan kepada beliau. Sehingga kemudian sisa-sisa minuman itu dikumpulkan dan diberikan untuk keluarga. Adapun sistem mengatur usaha dagang, beliau sampaikan bahwa setiap keuntungan dagang itu mereka bagi menjadi tiga. Sepertiga untuk menghidupi kebutuhan keluarga, sepertiga untuk menambah modal usaha, dan sepertiga untuk disumbangkan. Salah seorang ustazd kami pernah mengomentari hal ini, “bagaimana tidak berkah hidupnya kalau seperti itu.” Pernah sewaktu kecil beliau bermain-main dengan membuat sendiri mainan dari gadang pisang. Kemudian sang ayah keluar rumah dan melihatnya. Dengan ramah sang ayah menegur beliau, “Nak, sayangnya mainanmu itu. Padahal bisa dibuat sayur.” Beliau langsung
berhenti dan menyerahkannya kepada sang ayah.

Beberapa Catatan lain berupa beberapa kelebihan dan keanehan: Beliau sudah hapal al-Qur`an semenjak berusia 7 tahun. Kemudian hapal tafsir Jalalain pada usia 9 tahun. Semenjak kecil, pergaulan beliau betul-betul dijaga. Kemanapun bepergian selalu ditemani (saya lupa nama sepupu beliau yang ditugaskan oleh Syaikh Seman Mulya untuk menemani beliau). Pernah suatu ketika beliau ingin bermain-main ke pasar seperti layaknya anak sebayanya semasa kecil. Saat memasuki gerbang pasar, tiba-tiba muncul pamanda beliau Syaikh Seman Mulya di hadapan beliau dan memerintahkan untuk pulang. Orang-orang tidak ada yang melihat Syaikh, begitu juga sepupu yang menjadi “bodyguard’ beliau. Beliaupun langsung pulang ke rumah. Pada usia 9 tahun pas malam jum’at beliau bermimpi melihat sebuah kapal besar turun dari langit. Di depan pintu kapal berdiri seorang penjaga dengan jubah putih dan di gaun pintu masuk kapal tertulis “Sapinah al-Auliya”. Beliau ingin masuk, tapi dihalau oleh penjaga hingga tersungkur. Beliaupun terbangun. Pada malam jum’at berikutnya, beliau kembali bermimpi hal serupa. Dan pada malam jum’at ketiga, beliau kembali bermimpi serupa. Tapi kali ini beliau dipersilahkan masuk dan disambut oleh salah seorang syaikh. Ketika sudah masuk, beliau melihat masih banyak kursi yang kosong. Ketika beliau merantau ke tanah Jawa untuk mencari ilmu, tak disangka tak dikira orang yang pertama kali menyambut beliau dan menjadi guru adalah orang yang menyambut beliau dalam mimpi tersebut. Salah satu pesan beliau tentang karamah adalah agar kita jangan sampai tertipu dengan segala keanehan dan keunikan. Karena bagaimanapun juga karamah adalah anugrah, murni pemberian, bukan suatu keahlian atau skill. Karena itu jangan pernah berpikir atau berniat untuk mendapatkan karamah dengan melakukan ibadah atau wiridan-wiridan. Dan karamah yang paling mulia dan tinggi nilainya adalah istiqamah di jalan Allah itu sendiri. Kalau ada orang mengaku sendiri punya karamah tapi shalatnya tidak karuan, maka itu bukan karamah, tapi “bakarmi” (orang yang keluar sesuatu dari duburnya).
Selain sebagai ulama yang ramah dan kasih sayang kepada setiap orang, beliau juga orang yang tegas dan tidak segan-segan kepada penguasa apabila menyimpang. Karena itu, beliau menolak undangan Soeharto untuk mengikuti acara halal bil halal di Jakarta. Begitu juga dalam pengajian-pengajian, tidak kurang-kurangnya beliau menyampaikan kritikan dan teguran kepada penguasa baik Gubernur, Bupati atau jajaran lainnya dalam suatu masalah yang beliau anggap menyimpang atau tidak tepat. Pada hari Rabu, 10 Agustus 2005, jam 05.10 pagi beliau telah berpulang ke rahmatullah pada usia 63 tahun.

Makam Tuan Guru. M.Zaini Abdul Ghani - Sekumpul,Martapura

10 Mei, 2009

Al Habib Syeikh Abu Bakar Bin Salim

“Kamilah raja sejati, bukan yang lain. Demi Allah, selain kami, tak diketemukan raja lain. Kekuasaan pada raja hanyalah istilah belaka. Namun mereka bangga dan membuat kerusakan di dunia. Kemuliaan tanpa Allah adalah kehinaan sejati. Dan merasa mulia dengan Allah adalah kemuliaan yang hakiki” Syeikh Abu Bakar bin Salim
Dipetik dari:
Aurad al-Awliya’ menyambut rangka khaul Al-’Allamah Al-Habib Syeikh Abu Bakar bin Salim.

Syeikh Abu Bakar bin Salim adalah syeikh Islam dan teladan manusia. Pemimpin alim ulama. Hiasan para wali. Seorang yang amat jarang ditemukan di zamannya. Da’i yang menunjukkan jalan Illahi dengan wataknya.
Pembimbing kepada kebenaran dengan perkataannya. Para ulama di zamannya mengakui keunggulannya. Dia telah menyegarkan berbagai warisan pendahulu-pendahulunya yang saleh. Titisan dari Hadrat Nabawi. Cabang dari pohon besar Alawi. Alim Rabbani. Imam kebanggaan Agama, Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi, semoga Allah meredhainya.
Beliau lahir di Kota Tarim yang makmur, salah satu kota di Hadramaut, pada tanggal 13 Jumadi Ats-Tsani, tahun 919 H. Dia kota itu, dia tumbuh dengan pertumbuhan yang saleh, di bawah tradisi nenek moyangnya yang suci dalam menghafal Al-Quran.
Orang-orang terpercaya telah mengisahkan; manakala beliau mendapat kesulitan menghafal Al-Quran pada awalnya. Ayahnya mengadukan halnya kepada Syeikh Al-Imam Syihabuddin bin Abdurrahman bin Syeikh Ali. Maka Syeikh itu bertutur: “Biarkanlah dia! Dia akan mampu menghafal dengan sendirinya dan kelak dia akan menjadi orang besar. Maka menjadilah dia seperti yang telah diucapkan Syeikh itu. Serta-merta, dalam waktu singkat, dia telah mengkhatamkan Al-Quran.
Kemudian dia disibukkan dengan menuntut ilmu-ilmu bahasa Arab dan agama dari para pembesar ulama dengan semangat yang kuat, kejernihan atin dan ketulusan niat. Bersamaan dengan itu, dia memiliki semangat yang menyala dan ruh yang bergelora. Maka tampaklah tanda-tanda keluhurannya, bukti-bukti kecerdasannya dan ciri-ciri kepimpinannya. Sejak itu, sebagaimana diberitakan Asy-Syilly dalam kitab Al-Masyra’ Ar-Rawy, dia membolak-balik kitab-kitab tentang bahasa Arab dan agama dan bersungguh-sungguh dalam mengkajinya serta menghafal pokok-pokok dan cabang-cabang kedua disiplin tersebut. Sampai akhirnya, dia mendapat langkah yang luas dalam segala ilmu pengetahuan.
Dia telah menggabungkan pemahaman, peneguhan, penghafalan dan pendalaman. Dialah alim handal dalam ilmu-ilmu Syariat, mahir dalam sastra Arab dan pandai serta kokoh dalam segenap bidang pengetahuan.
Dalam semua bidang tersebut, beliau telah menampakkan kecerdasannya yang nyata. Maka, menonjollah karya-karyanya dalam mengajak dan membimbing hamba-hamba Allah menuju jalan-Nya yang lurus.
Guru-guru beliau
Para guru beliau antara lain; Umar Basyeban Ba’alawi, ahli fiqih yang saleh, Abdullah bin Muhammad Basahal Bagusyair dan Faqih Umar bin Abdullah Bamakhramah. Pada merekalah dia mengkaji kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah. Syeikh Ma’ruf bin Abdullah Bajamal Asy-Syibamy dan Ad-Dau’any juga termasuk guru-guru beliau.
Hijrahnya dari Tarim
Dia beranjak dari Kota Tarim ke kota lain bertujuan untuk menghidupkan pengajian. memperbarui corak dan menggalakkan dakwah Islamiyah di jantung kota tersebut. Maka berangkatlah beliau ke kota ‘Inat, salah satu negeri Hadramaut. Dia menjadikan kota itu sebagai kota hijrahnya. Kota itu dia hidupkan dengan ilmu dan dipilihnya sebagai tempat pendidikan, pengajaran dan pembimbingan. Tinggallah di sana hingga kini, masjid yang beliau dirikan dan pemakaman beliau yang luas. Syahdan, berbondong-bondonglah manusia berdatangan dari berbagai pelosok negeri untuk menimba ilmunya. Murid-murid beliau mengunjunginya dari beragam tempat: Hadramaut, Yaman, Syam, India, Indus, Mesir, Afrika, Aden, Syihr dan Misyqash.
Para murid selalu mendekati beliau untuk mengambil kesempatan merasai gambaran kemuliaan dan menyerap limpahan ilmunya. Dengan merekalah pula, kota ‘Inat yang kuno menjadi berkembang ramai. Kota itu pun berbangga dengan Syeikh Imam Abu Bakar bin Salim Al-’Alawi. Karena berkat kehadiran beliaulah kota tersebut terkenal dan tersohor, padahal sebelumnya adalah kota yang terlupakan. Tentang hal itu, Muhammad bin Ali bin Ja’far Al-Katsiry bersyair:
Ketika kau datangi ‘Inat, tanahnya pun bedendang
Dari permukaannya yang indah terpancarlah makrifat
Dahimu kau letakkan ke tanah menghadap kiblat
Puji syukur bagi yang membuatmu mencium tanah liatnya
Kota yang di dalamnya diletakkan kesempurnaan
Kota yang mendapat karunia besar dari warganya
Dengan khidmat, masuklah sang Syeikh merendahkan diri
Duhai, kota itu telah terpenuhi harapannya.
Akhlak dan kemuliaannya

Dia adalah seorang dermawan danmurah hati, menginfakkan hrtanya tanpa takut menjadi fakir. Dia memotong satu dua ekor unta untuk para peziarahnya, jika jumlah mereka banyak. Dan betapa banyak tamu yang mengunjungi ke pemukimannya yang luas.
Dia amat mempedulikan para tamu dan memperhatikan keadaan mereka.Tidak kurang dari 1000 kerat roti tiap malam dan siangnya beliau sedekahkan untuk fuqara’. Kendati dia orang yang paling ringan tangannya dan paling banyak infaknya, dia tetap orang yang paling luhur budi pekertinya, paling lpang dadanya, paling sosial jiwanya dan paling rendah hainya. Sampai-sampai orang banyak tidak pernah menyaksikannya beristirahat.
Syeikh ahli fiqih, Abdurrahman bin Ahmad Bawazir pernah berkata: “Syeikh Abu Bakar selama 15 tahun dari akhir umurnya tidak pernah terlihat duduk-duduk bersama orang-orang dekatnya dan orang-orang awam lainnya kecuali ntuk menanti didirikannya saolat lima waktu”.
Syeikh sangat mengasihani orang-orang lemah dan berkhidmat kepada orang-orang yang menderita kesusahan. Dia memperlihatkan dan menyenangkan perasaan mereka dan memenuhi hak-hak mereka dengan baik.
Di antara sekian banyak akhlaknya yang mulia itu adalah kuatnya kecintaan, rasa penghormatan dan kemasyhuran nama baiknya di kalangan rakyat. Selain murid-murid dan siswa-siswanya, banyak sekali orang berkunjung untuk menemuinya dari berbagai tempat; baik dari Barat ataupun Timur, dari Syam maupu Yaman, dari orang Arab maupun non-Arab. Mereka semua menghormati dan membanggakan beliau.

Habib Muhammad bin Husein Al-Idrus

Habib Muhammad bin Husein Al-Aidrus ialah seorang yang pendiam, sedikit makan dan tidur. Setiap orang yang berziarah kepada beliau pasti merasa nyaman dan senang kerana memandang wajah beliau yang ceria dan jernih dengan pancaran nur (cahaya). Setiap waktu beliau gunakan untuk selalu berzikir dan berselawat kepada datuk beliau Rasulullah s.a.w. Beliau juga gemar memenuhi undangan kaum fakir miskin. Setiap pembicaraan yang keluar dari mulut beliau selalu bernilai kebenaran-kebenaran sekalipun pahit akibatnya. Tidak seorangpun dari kaum muslimin yang beliau khianati, apalagi dianiaya.
Setiap hari jam 10 pagi hingga Zuhur beliau selalu menyempatkan untuk menjamu para tamu yang datang dari segala penjuru kota, bahkan ada sebahagian dari mancanegara. Sedangkan waktu antara Maghrib sampai Isyak, beliau pergunakan untuk menelaah kitab-kitab yang menceritakan perjalanan kaum salaf. Setiap malam Jumaat, beliau mengadakan pembacaan burdah bersama para jamaahnya.
Beliau memang sering diminta nasihat oleh warga di sekitar rumahnya, terutama dalam masalah kehidupan sehari-hari, masalah rumahtangga, dan masalah masyarakat lainnya. Itu semua beliau terima dengan senang hati dan tangan terbuka. Dan konon, beliau sudah tahu apa yang akan dikemukakan, sehingga si tamu merasa heran dan puas. Apalagi jika kemudian mendapat jalan keluarnya. “Itu pula yang saya ketahui secara langsung. Beliau adalah guru saya,” tutur Habib Mustafa bin Abdullah Al-Aidrus, menantunya, yang juga pimpinan Majlis Taklim Syamsi Syumus, Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta Selatan. Di antara mujahadah beliau, selama 7 tahun berpuasa dan dan hanya berbuka dan bersahur dengan tujuh biji kurma. Bahkan pernah selama setahun beliau berpuasa dan hanya berbuka dan bersahur dengan gandum yang sangat sedikit. Untuk berbuka puasa dan bersahur selama setahun itu beliau hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itulah pula yang dilakukan oleh Imam al-Ghazali. Satu mud ialah 675 gram. Habib Muhammad pernah berkata, "Di masa permulaan aku gemar menelaah kitab-kitab tasauf. Aku juga senantiasa menguji nafsuku ini dengan meniru perjuangan mereka (kaum salaf) yang tersurat dalam kitab-kitab salaf itu". Digelar Habib Neon Pada suatu malam, ketika ribuan jemaah tengah mengikuti taklim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba bekalan elektrik terpadam. Tentu saja mereka risau, heboh. Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tampak seseorang berjalan menuju masjid. Dia mengenakan gamis dan serban putih, berselempang kain rida warna hijau. Dia ialah Habib Muhammad bin Husein Al-Aidrus. Begitu masuk ke dalam masjid, aneh dan ajaib, mendadak masjid terang-benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah kehairanan. Apa yang terjadi? Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang-benderang itu keluar dari tubuh sang habib. Maka, sejak itu beliau mendapat gelaran Habib Neon.
Pewaris Peribadi Imam Ali Zainal Abidin
Habib Muhammad bin Husein Al-Aidrus ialah pewaris peribadi Imam Ali Zainal Abidin yang haliyahnya agung dan sangat mulia. Beliau juga memiliki maqam tinggi yang jarang diwariskan kepada generasi-generasi penerusnya. Dalam hal ini Habib Abdullah bin Alwi Al-Haddad telah menyifati mereka dalam untaian syairnya:

ثبتوا على قـدم النبى والصحب \ والتـابعين لهم فسل وتتبعومضو على قصد السبيل الى العلى \ قدما على قدم بجد أوزع

Mereka tetap dalam jejak Nabi dan sahabat-sahabatnyaJuga para tabiin. Maka tanyakan kepadanya dan ikutilah jejaknya.
Mereka menelusuri jalan menuju kemuliaan dan ketinggianSetapak demi setapak (mereka telusuri) dengan kegigihan dan kesungguhan.
Habib Muhammad bin Husein Al-Aidrus wafat pada 30 Jamadilawal 1389 H/22 Jun 1969 M dalam usia 71 tahun dan jenazahnya dikebumikan di Taman Pemakaman Umum Pegirikan, Surabaya, di samping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Al-Aidrus, sesuai dengan wasiatnya. Setelah beliau wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh puteranya yang ketiga, Habib Syeikh bin Muhammad Al-Aidrus dengan membuka majlis burdah di Ketapang Kecil, Surabaya. Haul Habib Muhammad diselenggarakan setiap hari Khamis pada akhir bulan Jamadil'awal.

03 April, 2009

DIALOG NABI SAW DENGAN IBLIS

Diriwayatkan oleh Muadz bin Jabal r.a. dari Ibn Abbas r.a., ia berkata : "Kami bersama Rasululah SAW berada di rumah seorang sahabat dari golongan Anshar dalam sebuah jamaah. Tiba-tiba, ada yang memanggil dari luar : " Wahai para penghuni rumah, apakah kalian mengizinkanku masuk, karena kalianmembutuhkanku ". Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabat :" Apakahkalian tahu siapa yang menyeru itu ?". Para sahabat menjawab , " Tentu Allah dan Rasul- Nya lebih mengetahui ". Rasulullah berkata : " Dia adalah Iblis yangterkutuk - semoga Allah senantiasa melaknatnya". Umar bin Khattab r.a. berkata :" Ya, Rasulullah, apakah engkau mengijinkanku untuk membunuhnya?". Nabi SAWberkata pelan :" Bersabarlah wahai Umar, apakah engkau tidak tahu bahwa dia termasuk mereka yang tertunda kematiannya sampai waktu yang ditentukan [harikiyamat]?.Sekarang silakan bukakan pintu untuknya, karena ia sedang diperintahkanAllah SWT. Fahamilah apa yang dia ucapkan dan dengarkan apa yang akan dia sampaikan kepada kalian ! ".Ibnu Abbas berkata : " Maka dibukalah pintu, kemudian Iblis masuk ke tengah- tengah kami. Ternyata dia adalah seorang yang sudah tua bangka dan buta sebelahmata. Dagunya berjanggut sebanyak tujuh helai rambut yang panjangnya sepertirambut kuda, kedua kelopak matanya [masyquqatani] memanjang [terbelahke-atas, tidak kesamping], kepalanya seperti kepala gajah yang sangat besar, gigitaringnya memanjang keluar seperti taring babi, kedua bibirnya seperti bibir macan / kerbau [tsur]. Dia berkata, " Assalamu 'alaika ya Muhammad, assalamu 'alaikum ya jamaa'atal-muslimin [salam untuk kalian semua wahai golongan muslimin]". Nabi SAW menjawab :" Assamu lillah ya la'iin [Keselamatan hanya milik Allah SWT, wahai makhluq yang terlaknat. Aku telah mengetahui, engkau punya keperluan kepada kami. Apa keperluanmu wahai Iblis".Iblis berkata :" Wahai Muhammad, aku datang bukan karena keinginankusendiri, tetapi aku datang karena terpaksa [diperintah]."Nabi SAW berkata :" Apa yang membuatmu terpaksa harus datang kesini, wahaiterlaknat?".Iblis berkata," Aku didatangi oleh seorang malaikat utusan Tuhan Yang MahaAgung, ia berkata kepada-ku 'Sesungguhnya Allah SWT menyuruhmu untuk datangkepada Muhammad SAW dalam keadaan hina dan bersahaja. Engkau harus memberitahu kepadanya bagaimana tipu muslihat, godaanmu dan rekayasamu terhadap Bani Adam, bagaimana engkau membujuk dan merayu mereka. Engkau harus menjawab dengan jujur apa saja yang ditanyakan kepa-damu'. Allah SWT bersabda," Demi kemulia-an dan keagungan-Ku, jika engkau berbohong sekali saja dan tidak berkata benar, niscaya Aku jadikan kamu debu yang dihempas oleh angin dan Aku puaskan musuhmu karena bencana yang menimpamu". Wahai Muhammad, sekarang aku datang kepadamu sebagaimana aku diperintah. Tanyakanlah kepadaku apa yang kau inginkan. Jika aku tidak memuaskanmu tentang apa yang kamu tanyakan kepadaku, niscaya musuhku akan puas atas musibah yang terjadi padaku. Tiada beban yang lebih berat bagiku daripada leganya musuh-musuhku yang menimpa diriku".Rasulullah kemudian mulai bertanya :" Jika kamu jujur, beritahukanlah kepada-ku, siapakah orang yang paling kamu benci ?".Iblis menjawab :" Engkau, wahai Muhammad, engkau adalah makhluq Allah yang paling aku benci, dan kemudian orang-orang yang mengikuti agamamu".Rasulullah SAW :" Siapa lagi yang kamu benci?".Iblis :" Anak muda yang taqwa, yang menyerahkan jiwanya kepada Allah SWT".Rasulullah :" Lalu siapa lagi ?".Iblis :" Orang Alim dan Wara [menjaga diri dari syubhat] yang saya tahu, lagi penyabar".Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".Iblis :" Orang yang terus menerus menjaga diri dalam keadaan suci dari kotoran".Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".Iblis :" Orang miskin [fakir] yang sabar, yang tidak menceritakan kefakirannya kepada orang lain dan tidak mengadukan keluh-kesahnya ".Rasulullah :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia itu penyabar ?".Iblis :" Wahai Muhammad, jika ia mengadukan keluh kesahnya kepada makhluq sesamanya selama tiga hari, Tuhan tidak memasukkan dirinya ke dalam golonganorang-orang yang sabar ".Rasulullah :" Lalu, siapa lagi ?".Iblis :" Orang kaya yang bersyukur ".Rasulullah bertanya :" Bagaimana kamu tahu bahwa ia bersyukur ?".Iblis :" Jika aku melihatnya meng-ambil dari dan meletakkannya pada tempat yanghalal".Rassulullah :"Bagaimana keadaanmu jika umatku mengerjakan shalat ?".Iblis :"Aku merasa panas dan gemetar".Rasulullah :"Kenapa, wahai terlaknat?".Iblis :" Sesungguhnya, jika seorang hamba bersujud kepada Allah sekali sujud saja, maka Allah mengangkat derajatnya satu tingkat".Rassulullah :"Jika mereka shaum (Puasa) ?".Iblis : " Saya terbelenggu sampai mereka berbuka puasa".Rasulullah :" Jika mereka menunaikan haji ?".Iblis :" Saya menjadi gila".Rasulullah :"Jika mereka membaca Al Qur'an ?'.Iblis :' Aku meleleh seperti timah meleleh di atas api".Rasulullah :" Jika mereka berzakat ?".Iblis :" Seakan-akan orang yang berzakat itu mengambil gergaji / kapak dan memotongku menjadi dua".Rasulullah :" Mengapa begitu, wahai Abu Murrah ?".Iblis :" Sesungguhnya ada empat manfaat dalam zakat itu. Pertama, Tuhan menurunkan berkah atas hartanya. Kedua, menjadikan orang yang bezakat disenangi makhluq-Nya yang lain. Ketiga, menjadikan zakatnya sebagai penghalang antara dirinya dengan api neraka. Ke-empat, dengan zakat, Tuhan mencegah bencana dan malapetaka agar tidak menimpanya".Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Abu Bakar?".Iblis :" Wahai Muhammad, pada zaman jahiliyah, dia tidak taat kepadaku, bagaimana mungkin dia akan mentaatiku pada masa Islam".Rasulullah :" Apa pendapatmu tentang Umar ?".Iblis :" Demi Tuhan, tiada aku ketemu dengannya kecuali aku lari darinya".Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Utsman ?".Iblis :" Aku malu dengan orang yang para malaikat saja malu kepadanya".Rasulullah :"Apa pendapatmu tentang Ali bin Abi Thalib ?".Iblis :" Andai saja aku dapat selamat darinya dan tidak pernah bertemu dengannya [menukar darinya kepala dengan kepala], dan kemudian ia meninggalkanku dan aku meninggalkannya, tetapi dia sama sekali tidak pernah melakukan hal itu".Rasulullah :" Segala puji hanya bagi Allah yang telah membahagiakan umatku dan menyengsarakanmu sampai hari kiamat".
Iblis yang terlaknat berkata kepada Muhammad :" Hay-hata hay-hata [tidakmungkin- tidak mungkin]. Mana bisa umatmu bahagia sementara aku hidup dan tidak mati sampai hari kiamat. Bagaimana kamu senang dengan umatmu sementara aku masuk ke dalam diri mereka melalui aliran darah, daging, sedangkan merekatidak melihatku. Demi Tuhan yang menciptakanku dan membuatku menunggu sampai hari mereka dibangkitkan. Akan aku sesatkan mereka semua, baik yang bodoh maupun yang pandai, yang buta-huruf dan yang melek-huruf. Yang kafir dan yang suka beribadah, kecuali hamba yang mukhlis [ikhlas]".

Rasulullah :"Siapa yang mukhlis itu menurutmu ?".Iblis dengan panjang-lebar menjawab :" Apakah engkau tidak tahu, wahaiMuhammad. Barangsiapa cinta dirham dan dinar, dia tidak termasuk orang ikhlasuntuk Allah. Jika aku melihat orang tidak suka dirham dan dinar, tidak suka puji dan pujaan, aku tahu bahwa dia itu ikhlas karena Allah, maka aku tinggalkan ia. Sesungguhnya hamba yang mencintai harta, pujian dan hatinya tergantung pada nafsu [syahwat] dunia, dia lebih rakus dari orang yang saya jelaskan kepadamu. Tak tahukah engkau, bahwa cinta harta termasuk salah satu dosa besar.
Wahai Muhammad, tak tahukan engkau bahwa cinta kedudukan [riyasah] termasuk dosa besar. Dan bahwa sombong, juga termasuk dosa besar. Wahai Muhammad, tidak tahukan engkau, bahwa aku punya tujuh puluh ribu anak. Setiap anak dari mereka, punya tujuh puluh ribu syaithan. Diantara mereka telah aku tugaskan untuk menggoda golongan ulama, dan sebagian lagi menggoda anak muda, sebagian lagi menggoda orang-orang tua, dan sebagian lagi menggoda orang-orang lemah. Adapun anak-anak muda, tidak ada perbedaan di antara kami dan mereka, sementara anak-anak kecilnya, mereka bermain apa saja yang mereka kehendakibersamanya. Sebagian lagi telah aku tugaskan untuk menggoda orang-orang yangrajin beribadah, sebagian lagi untuk kaum yang menjauhi dunia [zuhud]. Setan masuk ke dalam dan keluar dari diri mereka, dari suatu keadaan ke keadaan yanglain, dari satu pintu ke pintu yang lain, sampai mereka mempengaruhi manusiadengan satu sebab dari sebab-sebab yang banyak. Lalu syaithan mengambilkeikhlasan dari mereka. Menjadikan mereka menyembah Allah tanpa rasa ikhlas, tetapi mereka tidak merasa. Apakah engkau tidak tahu, tentang Barshisha, sang pendeta yang beribadah secara ikhlas selama tujuh puluh tahun, hingga setiaporang yang sakit menjadi sehat berkat da'wahnya. Aku tidak meninggalkannyasampai dia dia berzina, membunuh, dan kafir [ingkar]. Dialah yang disebut olehAllah dalam Qur'an dengan firmannya [dalam Surah Al Hasyr] :" (Bujukan orang- orang munafik itu adalah) seperti (bujukan) syaitan ketika mereka berkata padamanusia:"Kafirlah kamu", maka tatkala manusia itu telah kafir ia berkata:"Sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu karena sesungguhnya aku takutkepada Allah, Rabb semesta alam". (QS. 59:16).Apakah engkau tidak tahu wahai Muhammad, bahwa kebohongan itu berasal dariku.Akulah orang yang pertama kali berbohong. Barangsiapa berbohong, dia adalah temanku, dan barangsiapa berbohong kepada Allah, dia adalah kekasihku. Apakahengkau tidak tahu, bahwa aku bersumpah kepada Adam dan Hawa, " Demi Allah akuadalah penasihat kamu berdua". Maka, sumpah palsu merupakan kesenangan hatiku, ghibah, membicarakan kejelekan orang lain, dan namimah, meng-adu dombaadalah buah kesukaanku, melihat yang jelek-jelek adalah kesukaan dan kesenanganku.Barangsiapa thalaq, bersumpah untuk cerai, dia mendekati perbuatan dosa, meskipun hanya sekali, dan meskipun ia benar. Barangsiapa membiasakan lisannyadengan ucapan cerai, istrinya menjadi haram baginya. Jika mereka masih memilikiketurunan sampai hari kiyamat, maka anak mereka semuanya adalah anak-anak hasil zina. Mereka masuk neraka hanya karena satu kata saja.Wahai Muhammad, sesungguhnya diantara umatmu ada yang meng-akhirkan shalatbarang satu dua jam. Setiap kali mau shalat, aku temani dia dan aku goda dia. Kemudian aku katakan kepadanya:" Masih ada waktu, sementara engkau sibuk". Sehingga dia mengakhirkan shalatnya dan mengerjakannya tidak pada waktunya,maka Tuhan memukul wajahnya. Jika ia menang atasku, maka aku kirim satu syaithan yang membuatnya lupa waktu shalat. Jika ia menang atasku, aku tinggalkan dia sampai ketika mengerjakan shalat aku katakan kepadanya,' Lihatlah kiri-kanan', lalu ia menengok. Saat itu aku usap wajahnya dengan tanganku dan aku cium antara kedua matanya dan aku katakan kepadanya,' Aku telah menyuruh apa yang tidak baik selamanya'. Dan engkau sendiri tahu wahai Muhammad, siapa yang sering menoleh dalam shalatnya, Allah akan memukul wajahnya.Jika ia menang atasku dalam hal shalat, ketika shalat sendirian, aku perintahkan dia untuk tergesa-gesa. Maka ia 'mencucuk' shalat seperti ayam mematuk biji-bijian dengan tergesa-gesa. Jika ia menang atasku, maka ketika shalat berjamaah aku cambuk dia dengan 'lijam' [cambuk] lalu aku angkat kepalanya sebelum imam mengangkat kepalanya. Aku letakkan ia hingga mendahului imam. Kamu tahu bahwa siapa yang melakukan itu, batal-lah shalatnya dan Allah akan mengganti kepalanya dengan kepala keledai pada hari kiyamat nanti. Jika ia masih menang atasku, aku perintahkan dia untuk mengacungkan jari- jarinya ketika shalat sehingga dia mensucikan aku ketika ia sholat. Jika ia masih menang, aku tiup hidungnya sampai dia menguap. Jika ia tidak menaruh tangan di mulutnya, syaithan masuk ke dalam perutnya dan dengan begitu ia bertambah rakus di dunia dan cinta dunia. Dia menjadi pendengar kami yang setia. Bagaimana umatmu bahagia sementara aku menyuruh orang miskin untuk meninggalkan shalat. Aku katakan kepadanya,' Shalat tidak wajib atasmu. Shalat hanya diwajibkan atas orang-orang yang mendapatkan ni'mat dari Allah'. Aku katakana kepada orang yang sakit :" Tinggalkanlah shalat, sebab ia tidak wajib atasmu. Shalat hanya wajib atas orang yang sehat, karena Allah berkata :" Tidak ada halangan bagi orang buta, tidak (pula) bagi orang pincang, tidak (pula) bagi orang sakit, .........
Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu memahaminya. (QS. 24:61) Tidak ada dosa bagi orang yang sakit. Jika kamu sembuh, kamu harus shalat yang diwajibkan". Sampai dia mati dalam keadaan kafir. Jika dia mati dan meninggalkan shalat ketika sakit, dia bertemu Tuhan dan Tuhan marah kepadanya. Wahai Muhammad, jika aku bohong dan ngawur, maka mintalah kepada Tuhan untuk membuatku jadi pasir. Wahai Muhammad, bagaimana engkau bahagia melihat umatmu, sementara aku mengeluarkan seper-enam umatmu dari Islam.Nabi berkata :" Wahai terlaknat, siapa teman dudukmu ?".Iblis :" Pemakan riba".Nabi :" Siapa teman kepercayaanmu [shadiq] ?".Iblis :" Pe-zina".Nabi :" Siapa teman tidurmu ?".Iblis :" Orang yang mabuk".Nabi :" Siapa tamumu ?".Iblis :" Pencuri".Nabi:" Siapa utusanmu ?".Iblis :"Tukang Sihir".Nabi :" Apa kesukaanmu ?".Iblis :" Orang yang bersumpah cerai".Nabi :"Siapa kekasihmu ?".Iblis :"Orang yang meninggalkan shalat Jum'at".Nabi :"Wahai terlaknat, siapa yang memotong punggungmu ?".Iblis :"Ringkikan kuda untuk berperang di jalan Allah".Nabi :" Apa yang melelehkan badanmu ?".Iblis:"Tobatnya orang yang bertaubat".Nabi:"Apa yang menggosongkan [membuat panas] hatimu ?".Iblis:" Istighfar yang banyak kepada Allah siang-malam.Nabi:" Apa yang memuramkan wajahmu (membuat merasa malu dan hina)?".Iblis:" Zakat secara sembunyi-sembunyi".Nabi:" Apa yang membutakan matamu ?".Iblis :" Shalat diwaktu sahur [menjelang shubuh]".Nabi:" Apa yang memukul kepalamu ?".Iblis:" Memperbanyak shalat berjamaah".Nabi:" Siapa yang paling bisa membahagiakanmu ?".Iblis :" Orang yang sengaja meninggalkan shalat".Nabi:" siapa manusia yang paling sengsara [celaka] menurutmu?".Iblis:"Orang kikir / pelit".Nabi:" Siapa yang paling menyita pekerjaanmu [menyibukkanmu] ?".Iblis:" Majlis-majlis ulama".Nabi:" Bagaimana kamu makan ?".Iblis:"Dengan tangan kiriku dan dengan jari-jariku".Nabi:"Dimana kamu lindungkan anak-anakmu ketika panas ?".Iblis:" Dibalik kuku-kuku manusia".Nabi:" Berapa keperluanmu yang kau mintakan kepada Allah ?".Iblis:" Sepuluh perkara".Nabi:" Apa itu wahai terlaknat ?".Iblis :" Aku minta kepada-Nya untuk agar saya dapat berserikat dalam diri BaniAdam, dalam harta dan anak-anak mereka. Dia mengijinkanku berserikat dalam kelompok mereka. Itulah maksud firman Allah : “Dan hasunglah siapa yang kamu sanggupi di antara mereka dengan ajakanmu, dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki dan berserikatlah dengan mereka pada harta dan anak-anak dan beri janjilah mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka. (QS. 17:64)
Setiap harta yang tidak dikeluarkan zakatnya maka saya ikut memakannya. Saya juga ikut makan makanan yang bercampur riba dan haram serta segala harta yangtidak dimohonkan perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk. Setiap orang yang tidak memohon perlindungan kepada Allah dari syaithan ketika bersetubuih dengan istrinya maka syaithan akan ikut bersetubuh. Akhirnya melahirkan anak yang mendengar dan taat kepadaku. Begitu pula orang yang naik kendaraan dengan maksud mencari penghasilan yang tidak dihalalkan, maka saya adalah temannya. Itulah maksud firman Allah :", dan kerahkanlah terhadap mereka pasukan berkuda dan pasukanmu yang berjalan kaki ...... (QS.17:64) . Saya memohon kepada-Nya agar saya punya rumah, maka rumahku adalah kamar-mandi. Saya memohon agar saya punya masjid, akhirnya pasar menjadi masjidku. Aku memohon agar saya punya al-Qur'an, maka syair adalah al-Qur'anku. Saya memohon agar punya adzan, maka terompet adalah panggilan adzanku. Saya memohon agar saya punya tempat tidur, maka orang-orang mabuk adalah tempat tidurku. Saya memohon agar saya punya teman-teman yang menolongku, maka maka kelompok al-Qadariyyah menjadi teman-teman yang membantuku. Dan saya memohon agar saya memiliki teman-teman dekat, maka orang-orang yang menginfaq-kan harta kekayaannya untuk kemaksiyatan adalah teman dekat-ku. Ia kemudian membaca ayat : Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu adalah sangat ingkar kepada Rabbnya. (QS. 17:27)Rasulullah berkata :" Andaikata tidak setiap apa yang engkau ucapkan didukungoleh ayat-ayat dari Kitabullah tentu aku tidak akan membenarkanmu".Lalu Iblis meneruskan :" Wahai Muhammad, saya memohon kepada Allah agar sayabisa melihat anak-cucu Adam sementara mereka tidak dapat melihatku. KemudianAllah menjadikan aku dapat mengalir melalui peredaran darah mereka. Diriku dapat berjalan kemanapun sesuai dengan kemauanku dan dengan cara bagaimanapun.Kalau saya mau, dalam sesaatpun bisa. Kemudian Allah berfirman kepadaku :" Engkau dapat melakukan apa saja yang kau minta". Akhirnya saya merasa senangdan bangga sampai hari kiamat. Sesungguhnya orang yang mengikutiku lebihbanyak daripada yang mengikutimu. Sebagian besar anak-cucu Adam akan mengikutiku sampai hari kiamat. Saya memiliki anak yang saya beri nama Atamah. Ia akan kencing di telinga seorang hamba ketika ia tidur meninggalkan shalat Isya. Andaikata tidak karenanya tentu ia tidak akan tidur lebih dahulu sebelum menjalankan shalat. Saya juga punya anak yang saya beri nama Mutaqadhi. Apabila ada seorang hamba melakukan ketaatan ibadah dengan rahasia dan ingin menutupinya, maka anak saya tersebut senantiasa membatalkannya dan dipamer-kan ditengah-tengah manusia sehingga semua manusia tahu. Akhirnya Allah membatalkan sembilan puluh Sembilan dari seratus pahala-Nya sehingga yang tersisa hanya satu pahala, sebab,setiap ketaatan yang dilakukan secara rahasia akan diberi seratus pahala. Saya punya anak lagi yang bernama Kuhyal. Ia bertugas mengusapi celak mata semua orang yang sedang ada di majlis pengajian dan ketika khatib sedang memberikan khutbah, sehingga, mereka terkantuk dan akhirnya tidur, tidak dapat mendengarkan apa yang dibicarakan para ulama. Bagi mereka yang tertidur tidak akan ditulis pahala sedikitpun untuk selamanya. Setiap kali ada perempuan keluar pasti ada syaithan yang duduk di pinggulnya, ada pula yang duduk di daging yang mengelilingi kukunya. Dimana mereka akan menghiasi kepada orang-orang yang melihatnya. Kedua syaithan itu kemudian berkata kepadanya,' keluarkan tanganmu'. Akhirnya ia mengeluarkan tangannya, kemudian kukunya tampak, lalu kelihatan nodanya. Wahai Muhammad, sebenarnya saya tidak dapat menyesatkan sedikitpun, akan tetapi saya hanya akan mengganggu dan menghiasi. Andaikata saya memiliki hak dan kemampuan untuk menyesatkan, tentu saya tidak akan membiarkan segelintir manusia-pun di muka bumi ini yang masih sempat mengucapkan " Tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Utusan-Nya", dan tidak akan ada lagi orang yang shalat dan berpuasa. Sebagaimana engkau wahai Muhammad, tidak berhak memberikan hidayat sedikitpun kepada siapa saja, akan tetapi engkau adalah seorang utusan dan penyampai amanah dari Tuhan. Andaikata engkau memiliki hak dan kemampuan untuk memberi hidayah, tentu engkau tidak akan membiarkan segelintir orang-pun kafir di muka bumi ini. Engkau hanyalah sebagai hujjah [argumentasi] Tuhan terhadap makhluq-Nya. Sementara saya adalah hanyalah menjadi sebab celakanya orang yang sebelumnya sudah dicap oleh Allah menjadi orang celaka. Orang yang bahagia dan beruntung adalah orang yang dijadikan bahagia oleh Allah sejak dalam perut ibunya, sedangkan orang yang celakaadalah orang yang dijadikan celaka oleh Allah sejak dalam perut ibunya. Kemudian Rasulullah SAW membacakan firman dalam QS Hud : Jikalau Rabbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, (QS. 11:118) kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguh-nya Aku akan memenuhi neraka jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. 11:119) dilanjutkan dengan : Tidak ada suatu keberatanpun atas Nabi tentang apa yang telah ditetapkan Allah baginya. (Allah telah menetapkan yang demikian) sebagai sunnah-Nya pada nabi-nabi yang telah berlalu dahulu. Dan adalah ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti berlaku, (QS. 33:38)".Kemudian Rasulullah berkata lagi kepada Iblis : " Wahai Abu Murrah [Iblis],apakah engkau masih mungkin bertaubat dan kembali kepada Allah, sementara sayaakan menjamin-mu masuk surga".Ia iblis menjawab :" Wahai Rasulullah, ketentuan telah memutuskan dan Qalam-puntelah kering dengan apa yang terjadi seperti ini hingga hari kiamat nanti. Maka Maha Suci Tuhan, yang telah menjadikanmu sebagai tuan para Nabi dan Khatib para penduduk surga. Dia, telah memilih dan meng-khususkan dirimu. Sementara Diatelah menjadikan saya sebagai tuan orang-orang yang celaka dan khatib parapenduduk neraka. Saya adalah makhluq celaka lagi terusir. Ini adalah akhir dariapa yang saya beritahukan kepadamu dan saya mengatakan yang sejujurnya". Segala puji hanya milik Allah SWT , Tuhan Semesta Alam, awal dan akhir, dzahirdan bathin. Semoga shalawat dan salam sejahtera tetap selalu diberikan kepadaseorang Nabi yang Ummi dan kepada para keluarga dan sahabatnya serta paraUtusan dan Para Nabi.