SEKILAS MENGENAI AHBABUL MUSTHOFA

Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf
adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami' Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama'ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .

KEGIATAN AHBABUL MUSTHOFA

Pengajian Rutin (zikir & sholawat)
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba'da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum'at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.

BIOGRAPHY HABIB SYECH BIN ABDULKADIR ASSEGAF

Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf was born in Solo city, Indonesia. When he was young he was the ‘muazzin’ for the Assegaf Mosque in Solo. At times, he read the Qasidah at Masjid Riyadh with the late Habib Anis Al Habsyi. He regularly led the singing and reading of Qasidah and ‘Sholawat’ with Majlis of Ahbaabul Mushthofa with the various Wirid such as Ratib Al Attas, the Diwan and ‘Sholawat’ of Habib Ali Al-Habsyi and the Diwan and Qasidah of the famous Imam Abdullah Al Haddad

para tokoh ulama

para tokoh ulama
Foto bersama KH. Sya'roni Ahmadi dan Habib Alwi Ba'agil

CD QOSIDAH

CD QOSIDAH

NADA SAMBUNG QOSIDAH

NADA SAMBUNG QOSIDAH

ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS

ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS

29 Maret, 2009

Mutiara Kalam Al-Imam Al-Habib Abdullah Bin Alwi Al-Haddad

Hendaklah kamu selalu mengingat nikmat karunia Allah, yang bersifat lahiriah maupun batiniah, yang berkaitan dengan urusan agama maupun dunia, yang dilimpahkan kepadamu. Perbanyaklah rasa syukurmu itu dalam setiap kesempatan, dengan hatimu maupun melalui ucapanmu.
Ungkapan rasa syukur dengan hati adalah dengan menyadari bahwa setiap nikmat yang diperolehnya adalah dari Allah SWT, dan bahwa kegembiraannya ketika menerima suatu kenikmatan yang disebabkan hal itu merupakan salah satu wasilah untuk pendekatan diri kepada-Nya.
Adapun ungkapan syukur melalui lisan adalah dengan memperbanyak puji-pujian kepada Allah, Yang Maha Pemberi kenikmatan. Sedangkan yang melalui anggota-anggota tubuh lainnya adalah dengan mengarahkan semua kenikmatan itu untuk dijadikan sarana mencari keridhoan Allah SWT, disamping menggunakannya sebagai sarana dalam melaksanakan perintah-perintah-Nya.
Jangan sekali-kali memberikan perhatian yang berlebihan dalam urusan rizki, sebab yang demikian itu dapat menghitamkan wajah kalbu dan mengalihkannya dari kebenaran. Hal itu merupakan urusan kaum awam yang diperbudak oleh khayalan-khayalan yang menyesatkan. Hal itu juga merupakan urusan kaum awam yang seluruh pikirannya hanya tertuju kepada cara-cara membuat baik dan memperindah jasmani semata-mata. Sungguh amat sering hal seperti itu dijadikan alat oleh setan yang terkutuk untuk mengalihkan pandangan sebagian orang yang berniat menghadapkan wajahnya kepada Allah SWT, agar mereka berbalik arah dan mengalihkan mereka dari tujuan semula.

Mutiara Hadis:

Salah satu doa Rasûlullâh shallallâhu ‘alaihi wa sallam:


اَللّهُمَّ يَاحَيُّ يَاقَيُّوْمُ، بِرَحْمَتِكَ أَسْتَغِيْثُ، وَ مِنْ عَذَابِكَ أَسْتَجِيْرُ، أَصْلِحْ لِيْ شَأْنِيْ كُلَّهُ، وَ لاَ تَكِلْنِيْ إِلَى نَفْسِيْ، وَلاَ إِلَى أَحَدٍ مِنْ خَلْقِكَ طَرْفَةَ عَيْنٍ.

Artinya:
Ya Allah, wahai yang hidup abadi, yang terus-menerus mengurus makhluk-Nya, dengan rahmat-Mu aku memohon pertolongan, dan dari siksa-Mu aku memohon perlindungan. Bereskanlah segala urusanku, dan jangan Kau pasrahkan aku kepada diriku atau kepada seorang pun dari makhluk-Mu, walau sekejap mata.

Nasehat ;
Tertundanya pengabulan setelah engkau merengek-rengek meminta, jangan sampai membuatmu putus asa. Sebab Allâh telah menjamin akan mengabulkan dengan apa yang Ia pilihkan, bukan yang engkau pilih; pada waktu yang Ia kehendaki, bukan waktu yang kau kehendaki. (Ibn ‘Athâ‘illâh). Sejak dari janin sampai ajal menjemput, manusia selalu berada dalam pengurusan Allâh seakan ia adalah satu-satunya makhluk ciptaan-Nya, tapi dalam menjalani kehidupan ini manusia mengabdi kepada Allâh dengan cara seakan-akan ada tuhan-tuhan lain selain-Nya. Cinta kasih ibu bapak kepada bayinya yang begitu besar tidak ada artinya dibandingkan dengan cinta kasih Allâh kepada hamba-Nya.

27 Maret, 2009

Ayah, Bagaimana keadaanmu…

Dengan rambut terurai yang kusut masai, seorang gadis kecil berlari-lari sambil menangis mengikuti jenazah ayahnya yang diusung menuju tempat pemakaman. Melihat iring-iringan jenazah lewat depan rumahnya. Hasan Basri yang duduk di depan pintu bangkit dan bergabung dalam iring-iringan itu. "Ayah, mengapa begitu singkat umurmu?' ratap gadis kecil itu mengikuti iring-iringan itu. Hasan melihat keadaan gadis itu hatinya merasa terennyuh, perasaannya menjadi iba. Takdir telah menentukan gadis sekecil itu harus kehilangan bapak, padahal gadis seumurnya sangat memerlukan perlindungan dan bimbingan seorang bapak.Esok harinya, ketika Hasan kembali duduk di muka pintu seperti kemarin, gadis kecil itu lewat lagi. Gadis kecil itu berlari-lari kecil sambil meratap dan menangis menuju makam ayahnya. Hal itu membuat Hasan mengikutinya dari belakang. Ia ingin tahu apa yang akan diperbuat gadis kecil itu. Setiba di pemakaman, Hasan melihat gadis kecil itu memeluk makam ayahnya, pipinya diletakan di atas gundukan tanah sambil meratap-ratap.
Dari persembunyiannya Hasan selalu mengikuti apa yang dilakukan gadis kecil itu, dan ia mendengar apa yang diucapkannya. "Ayah,malam ini engkau terbaring sendirian dalam kegelapan kubur, tanpa lampu penerangan dan penghibur. Jika malam kemarin aku masih bisa menyalakan penerangan untukmu. Tapi sekarang siapakah yang menerangimu dan siapa pula yang menghiburmu?. Ayah, malam kemarin aku masih bisa menggelar tikar untuk alas tidurmu, tapi sekarang siapakah yang menggelarkan tikar untukmu?. Jika malam malam kemarin aku masih bisa memijati tangan dan kakimu, sekarang siapakah yang memijatimu?" terdengar memilukan ratap gadis kecil itu. Hasan yang mendengarkan dari tempat persembunyian menjadi trenyuh
"Ayah, jika kemarin malam aku menyelimuti tubuhmu, tetapi sekarang siapakah yang menyelimutimu tadi malam," kembali terdengar suara gadis kecil itu di antara isak tangisnya."kemarin engkau masih bisa memanggilku ayah dan aku menjawab untukmu, tetapi semalam siapa yang engkau panggil dan siapa pula yang menjawabmu?'."Ayah, jika kemarin engkau minta makan dan aku yang melayani, apakah semalam kau minta makan ?, dan siapa pula yang melayanimu?. Dulu aku selalu memasak makanan untukmu, tetapi kemarin siapa yang memasak untukmu?".
Karena tak tahan mendengar ratapan-ratapan mengharukan gadis kecil di atas makam ayahnya, Hasan Basri keluar dari tempat persembunyiannya dan mendekati gadis itu, tak terasa air matanya menetes jatuh karana haru.
"Anakku, janganlah kau berkata seperti itu", kata Hasan Basri setelah berupaya menenangkan hati gadis kecil itu. "Seharusnya kau ucpakan kata-kata seperti ini: Ayah, kau telah kukafani dengan kain kafan yang bagus, masihkah kau memakai kain kafan itu?.Dan kata orang shaleh, bahwa kain kafan orang yang telah meninggal dunia ada yang diganti dengan kain kafan surga dan ada pula yang dari neraka. kain kafan mana yang ayah kenakan sekarang? Ayah, kemarin kemarin aku telah meletakkan tubuhmu yang segar bugar dalam kubur, masih bugarkah tubuhmu hari ini?" Gadis kecil itu terus saja mendengar apa yang dicontohkan Hasan tanpa henti."Ayah, orang-orang alim mengatakan bahwa semua hamba besok ditanya tentang imannya. Di antara mereka ada yang bisa menjawab, tetapi ada juga yang cuma membisu. Yang kupikirkan, apakah ayah bisa menjawab atau hanya membisu?.
Ayah, katanya bahwa kuburan itu bisa dibuat luas atau sempit. Bagaimana kuburan ayah sekarang, bertambah luaskah atau bertambah sempit? Dan kuburan itu merupakan secuil taman dari surga, tetapi bisa juga merupakan sebuah lubang dari neraka. Yang menjadi pikiranku, bagaimana kuburan ayah sekarang? . Taman surga ataukah lubang neraka?.Ayahku, katanya bahwa liang kubur itu bisa menghangati mayat dengan memeluknya seperti pelukan ibu pada anaknya, tapi bisa juga merupakan lilitan erat yang meremukkan tulang-tulang. Bagaimana keadaan tubuh ayah sekarang?. Jangan-jangan ayah terhimpit lubang kubur.Ayah, orang shaleh mengatakan , orang yang dikebumikan itu ada yang menyesal, mengapa dulu semasa hidupnya tak memperbanyak amalan bagus, justru menjadi pendurhaka dan banyak bermaksiat. Apakah ayah termasuk yang menyesali karena perbuatan maksiat atau menyesal karena sedikit melakukan amal kebagusan?.
Ayah, dulu setiap kali aku memanggilmu engkau selalu menjawab, tapi kini kau kupanggil-panggil tak lagi mau menjawab. Kini engkau telah berpisah denganku, dan tak akan berjumpa sampai hari kiamat. Semoga Allah tak menghalangi perjumpaanku denganmu.Demikianlah beberapa nasihat Hasan Basri yang disampaikan pada gadis kecil itu dalam meratapi kematian ayahnya.
"Sungguh baik nasihat bapak, aku sangat berterima kasih sekali," kata gadis kecil itu.Kemudian Hasan Basri mengajak gadis itu pulang meninggalkan makam ayahnya.

Jangan Mengkafirkan Sesama Muslim

“Jika mengkafirkan seorang muslim saja berakibat pada dosa yang besar, bagaimana dengan pengkafiran yang dituduhkan pada seketompok muslimin yang terbanyak, dan menuduh mereka berbuat syirik"
Sering kali kita temukan dalam selebaran, majalah, internet dsb. yang berisi penghujatan dan. pengkafiran terhadap orang-orang yang bertawasul kepada Nabi SAW. Caci maki dan tuduhan syirik ini tidak hanya ditujukan kepada sebagian dari kaum muslimin, Prof. Dr. Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliky bahkan tidak luput dari caci maki dan tuduhan syirik oleh segelintir kaum ini. Lewat sebuah buku yang berjudul Hadzihi Mafahimuna guru besar ulama senusantara ini oleh Ibnu Mani' dituduh sebagai penyebar bid'ah dan orang musyrik. Secara kasar, ia mengeritik Abuya Maliky yang bermazhab Maliki ini - seperti gaya kaum Khawarij yang begitu mudah mengkafirkan lawan yang tak sefaham.
Upacara tahlil, pembacaan Maulid Nabi dan praktek rohaniah lain yang mencair dengan nuansa budaya - seperti Maulid Nabi yang hakikatnya madah (memuji) Rasul yang merupakan ekspresi kecintaan (mahabbah) kepada Nabi direspons Wahabi sebagai syirk dan bid'ah. Oleh mereka amalan yang bersumber 'urf ini, dicari argumentasinya melalui dalil-dali! syara', bukan adat positif yang justru dibenarkan oleh Islam. Mereka menuduh karena di zaman Nabi tidak ada seperti itu, maka haram orang sekarang mengadakan segal hal yang di zaman Nabi tidak ada. Perbedaan furu' lainnya antar mazhab dianggap pertentangan yang tak bisa dikompromi dan paling-paling digauli secara kaku hingga menimbulkan permusuhan. (Baharun, 2006)
Salah satu hal yang sering dimunculkan di permukaan adalah penyebutan bi jaah rasul (dengan kedudukan rasul), bi haqqi rasul (dengan kebenaran rasul), manakala umat Islam berdoa memohon sesuatu kepada Allah. Menurut orang-orang Wahabi itu, hal ini adalah perbuatan bid'ah dan musyrik tidak ada dasarnya baik nabi terdahulu maupun para sahabat melakukan hal itu, sehingga orang yang melakukannya dapat membawa kepada kekafiran.
Pandangan sempit semacam itu sebenarnya sudah di bahas oleh ulama-lama kita baik mutaqaddimin maupun mutaakhirin. Salah satunya adalah sebuah hadits sahih yang terdapat dalam kitab Al Ajwibatu Al Ghaliyah karangan Habib Zain bin Smith (Madinah). Bahwasannya diriwayatkan oleh Al Hakim, Tahbarani dan Al Baihaqi dari Umar bin Khattab ra. secara marfu’:
Artinya: Ketika Adam menyadari akan kesalahannya, ia berkata: "Wahai Tuhan aku memohon kepadaMu dengan Hak (kedudukan) Muhammad ampunilah dosaku." Allah berfirman: "Bagaimana engkau mengenal Muhammad padahal aku belum menciptakannya?". Jawab Adam: "Wahai Tuhan, 'ketika Engkau menciptakan aku dengan tanganMu dan Engkau meniupkan ruhMu kepadaku, makaaku mengangkat kepalaku dan aku lihat di kaki 'Arsy tertulis "Tiada Tuhan melainkan Allah dan Muhammad adalah utusan Allah". Maka aku tahu bahwa Engkau tidak meletakkan nama orang lain di sisi namaMu yang paling Engkau cintai." Allah berftrman: "Apa yang kau katakan benar wahai Adam, sesungguhnya Muhammad adalah makhluk yang paling Aku cintai, ketika engkau memohon kepadaKu dengankak Muhammad, maka Aku segera memberimu ampun, dan andaikata bukan karena Muhammad, Aku tidak menciptakan engkau."
Bagi orang yang munsyif dan berakal, kiranya hadits ini sudah cukup sebagai landasan boleh bertawasul bi-haqqi Muhammad Bahkan masih banyak pembahasan secara panjang lebar dari para ulama, diantaranya terdapat dalam kitab Mafahim Yajib an Tushaha karangan Prof. Dr. Muhammad bin Alwi Al-Maliky, dan Al Ajwibatu Al Ghaliyah karangan Habib Zain bin Smith.Tentunya kajian yang dilakukan harus menggunakan hati yang bersih dengan niatan mencari kebenaran Ilahi. Dengan banyak membaca buku dan kitab-kitab karangan ulama shalih dan ikhlas, akan memberikan pengaruh jiwa kepada kita untuk tidak mudah mengkafirkan atau menuduh orang lain melakukan perbuatan bid'ah dan syirik. Karena seorang yang menganggap dirinya muslim, sangat tidak diperbolehkan mengkafirkan orang lain yang telah mengucapkan kalimat tauhid. Telah disebutkan dalam sebuah hadits sahih bahwa Rasul SAW ber-sabda::
"Jika seseorang mengkafirkan saudaranya, maka tuduhan itu akan menimpa salah satu dari keduanya, jika tuduhan itu memang benar, maka tuduhan itu akan mengenai orang yang dituduh, kalau tidak maka tuduhan itu akan kembali kepada yang menuduh". (HR. Muslim)
Imam Abu Bakar Al Baqillani telah berkata;
"Sesungguhnya memasukkan seribu orang kafir ke dalam Islam di-karenakan satu tanda misteri kelslam-an, lebih ringan dari pada mengkafirkan seorang muslim dengan seribu tanda misteri kekafiran ".
Jika mengkafirkan seorang muslim saja berakibat pada dosa yang besar, bagaimana dengan pengkafiran yang dituduhkan pada sekelompok muslimin yang terbanyak, dan menuduh mereka berbuat syirik hanya dikarenakan mereka melakukan tawasul dan mohon barokah dengan atsar orang-orang sha-leh? Padahal iman mereka kepada Allah amat kokoh, dan mereka terdiri dari ulama'ulama yang memiliki sanad keilmuan sampai pada tabi'in, sahabat dan Rasulullah? Kiranya untuk menjawab pandangan orang-orang semacam ini, kita kemukakan sabda yang menyatakan:
"Sesungguhnya setan telah putus asa untuk disembah oleh' orang-orang yang shalat di Jazirah arab, akan tetapi ia tidak putus asa untuk mengadu domba di antara sesama mereka". (HR. Muslim dan Tirmidzi)
Sudah jelas sekali, ini adalah upaya propaganda setan untuk memecah belah sesama umat Islam. Sekarang tinggal umat Islam itu sendiri, maukah duduk bersama bermusyawarah untuk tafahum saling memahami antar perbedaan furu', ataukah tetap pada sikap ashobiyahnya masing-masing hingga datang kehancuran umat Islam?

24 Maret, 2009

Cerita Dari Seberang

Konon sepenggal cerita ini adalah diambil dari pengalaman pribadi salah satu Ulama Khos yang kebetulan sudah menghadap KekasihNYA yang diceritakan kepada saya sekian tahun yang lalu, semoga saya tidak salah menyadurnya kembali.
Ada seorang pemuda, putra seorang syech yang cukup dikenal karena kefakihanya, ke alimannya. Namun sang Abah sepertinya menaruh hormat pada pada salah satu anak laki2nya itu. Pemuda yang jujur dan lugu yang kadang kalau dipesantren hanya mendengarkan saja, jarang dia menulis. Sikapnya yang sangat tawadu' membuatnya mudah bergaul dengan semua lapisan masyarakat.
Kadang banyak orang bertanya, dan dari istiharahnya pemuda itu menjawab sebisa yang dia tahu dengan seijin Tuhan. Dia menafsirkan mimpi2 orang, membawa isyaroh yang tertulis di jidat orang, tetapi dia selalu mendahuluinya dengan berkata insyaallah nantinya akan demikina dll.
Sampai disuatu saat dia bermimpi setelah sholat malam untuk bertemu seseorang yang ciri2nya antara lain jempol tangannya tidak bertulang. dan dia diminta berguru padanya. dan mimpi itu berulang-ulang sampai 3 kali. akhirnya dengan seijin Ayahnya dia mengembara. Alhamdulillah di suatu daerah tertentu dia ketemu orang yang dimaksud. Aneh.. kejadian ganjil terjadi.... di jidat orang yang dimaksud itu, sang Pemuda itu membaca jelas " Ahlun NAR...!", dia bengong..! kenapa dia harus berguru pada seorang yang di jidatnya ada isyaroh seperti itu. Tetapi dia coba untuk tekan gejolak jiwanya. Dia ikutin orang tua itu. Kadang dia membantu petani miskin, kadang dia jadi kuli batu, dan uang hasil buruhnya selalu diberikan pada orang yang fakir. Sampai suatu saat dia melihat orang tua itu pergi, dia ikuti dari belakang kemana pergi orang tua tersebut, ternyata ke night club, dan disana dia melihat bidadari2 dengan segala gemerlapnya. Secara tidak terduga orang tua itu memanggilnya untuk ikut.
Bagiamana orang tua itu tahu dia ikuti. Tiba2 terlihat kembali tulisan di jidat orang tua itu " Ahlun NAR". mungkin ini yang menyebabkan orang tua itu tertulis dijidatnya tulisan yang sedemikian, ketika dilihatnya orang tua itu spertinya akrab sekali dengan wanita2 yang molek dan bahenol di club malam itu. Sepulang dari sana pemuda itu sudah tidak bisa menahan gejolak ingin tahunya kenapa..? bermilyar pertanyaan ada dan memenuhi pikirannya. dia hampiri orang tua itu tetapi semakin dia cepat berlari orang itu semakin jauh, sampai akhirnya dia harus melewat sebuah sungai dan dia melihat jelas orang tua itu, sedang duduk dan mengambil air diseberang sana. Setelah dengan susah payah dia menyeberangi sungai yang deras sampailah dia di hadapan orang tua tersebut. dia tunggu sebentar karena Orang tua itu sedang sholat, diperhatikannya dengan cermat, dan dalam doanya orang itu menangis tersedu2. Setelah itulah dia hampiri pemuda itu. " Bukankah kamu ingin bertanya kenapa dijidatku tertulis jelas " Ahlun NAR..?" kata orang tua yang jelas membuat pemuda itu terkejut. Kenapa kamu selalu ingin menebak2 sesuatu seperti yang dilakukan ahli nujum..? kamu kan orang santri insyaallah. Tidakkah kamu menghayati kenapa Allah mengutus Rosul, Nabi dan para awliyanya, bukankah untuk membantu sesama untuk lebih menyadarkan diri, bahwa manusia itu tempat khilaf.
Orang tua itu bertanya banyak kepadanya :" Apakah kamu kira saudara2 kita yang di night club itu pasti masuk neraka..? Dan apakah kamu kira orang2 yang "merasa shalih" dan tidak mau berbagi ilmu untuk mengingatkan mereka karena merasa "Suci" dan jijik melihat kekhilafan itu, psti masuk Surga..???? Sedangkan mereka tidak mau berbuat baik hanya karena takut nama baiknya tercemar... dll.
Kenapa pula hatimu menjadi ragu untuk belajar pada orang yang jidatnya ditulis Ahlun NAR..?, apakah kamu merasa tahu apa yang belum terjadi...? apakah engkau pasti tahu siapa saja penghuni Neraka itu (tanpa seijin ALLAH), padahal semua perkaran ghaib itu ada disisi Allah..?, Shalihkan orang yang melakukan sihir...? karena karomatul Auliya sangat berbeda dengan Istidraj.
Ragukah engkau dengan keterangan TuhanMU : "...Padahal Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya syetan-syetan itulah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir kepada manusia." (QS al-Baqarah: 102). Karomah itu untuk membuktikan betapa lemahnya manusia dan betapa Maha Agungnya Allah SWT, bahwa segala sesuatu itu hanya Allahlah tempat bersandar. Kita itu cuma bisa minta.. dan minta.. tidak ada yang pantas buat kita sombong, tidak ada yang pantas buat merendahkan orang lain, Tuhan itu Maha Pengampun...! dan Maha Pemberi Petunjuk..! kita hanya harus memerangi pada mereka yang memang ingin memadamkan kebenaran, pada mereka yang menasbihkan menjadi pengikut setan dan dajjal yang jelas-jelas menyerang kita. Orang yang diijinkan tahu sebelum sesuatu itu terjadi bukan berarti harus buruk sangka, karena belum tentu apa yang dia prediksikan benar. Dan fitnah itu sangat keji.

Adab Di Majlis Para Sholihin

Berkata sayyidina Al-Habib Muhammad bin Hadi Assaggaf pada malam Rabu, 15 Rajab 1346 H: “Jika kamu sekalian hadir di suatu majlis dan di majlis itu dihadiri oleh salah seorang sholihin, maka jagalah adab. Dan jadilah kamu seperti orang mati di hadapan orang yang akan memandikannya, agar engkau tidak tercegah dari mendapatkan kebajikan dan berkah.
Diceritakan bahwa suatu saat ada majlis di rumah Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr yang dihadiri oleh para ulama besar dari Alawiyyin seperti Al-Habib Abdullah bin Husin Bin Thohir, Al-Habib Abdullah bin Husin Bilfagih dan Al-Habib Abdullah bin Umar Bin Yahya. Pada saat itu timbul suatu permasalahan ilmiyyah dan fiqhiyyah. Masing-masing orang mengeluarkan pendapatnya sampai terjadi khilaf dan perdebatan di antara mereka. Kecuali Al-Habib Abdullah bin Husin Bilfaqih yang terdiam tidak mengucap satu kalimat pun disebabkan menghormati majlis tersebut.
Setelah selesai majlis dan yang hadir sudah keluar semua, seseorang mendatangi Al-Habib Abdullah bin Husin Bilfaqih sambil mencelanya dan berkata, "Kenapa anda diam saja di majlis itu sedangkan saat itu terjadi perbincangan mengenai masalah fiqhiyyah dan ilmiyyah?" Beliau pun menjawab, "Sesungguhnya di majlis tadi tercurahkan asraar, anwaar dan istimdaad, khairaat dan barokaat, bukanlah suatu majlis khilafiyah dan perdebatan. Kalau engkau ingin tahu pendapatku tentang masalah tadi maka berkumpullah kamu sekalian dan akan aku jelaskan dalil-dalil dan ta'lil, kesalahan dan kebenaran. Sesungguhnya majlis di tempat Al-Habib Hasan bin Sholeh Al-Bahr tidak sebaiknya engkau men-taqrir suatu masalah. Akan tetapi yang baik adalah taaddub (beradab).

Andaikata Aku Bisa Memberi Lebih Banyak Lagi

Seperti yang telah biasa dilakukan ketika salah satu sahabatnya meninggal dunia, maka Rasulullah SAW mengantar jenazahnya sampai ke kuburan. Dan pada saat pulangnya disempatkannya singgah untuk menghibur dan menenangkan keluarga almarhum supaya tetap bersabar dan tawakal menerima musibah itu.
Kemudian Rasulullah SAW bertanya, “Tidakkah almarhum mengucapkan wasiat sebelum wafatnya?”. Istrinya almarhum menjawab, “Saya mendengar dia mengatakan sesuatu diantara dengkur nafasnya yang tersengal-sengal menjelang ajal”. “Apa yang dikatakannya?” . “Saya tidak tahu, ya Rasulullah SAW, apakah ucapannya itu sekedar rintihan sebelum mati, ataukah rintihan pedih karena dasyatnya sakaratul maut. Cuma, ucapannya memang sulit dipahami lantaran merupakan kalimat yang terpotong-potong.” “Bagaimana bunyinya?” desak Rasulullah SAW. Istri yang setia itu menjawab, “Suami saya mengatakan “Andaikata lebih jauh lagi…andaikata yang masih baru…..andaikata semuanya….” hanya itulah yang tertangkap sehingga kami bingung dibuatnya. Apakah perkataan-perkataan itu igauan dalam keadaan tidak sadar, ataukah pesan-pesan yang tidak selesai?” Rasulullah SAW tersenyum “sungguh yang diucapkan suamimu itu tidak keliru”.
Kisahnya begini. Pada suatu hari ia sedang bergegas akan ke masjid untuk melaksanakan shalat Jum’at. Ditengah jalan ia berjumpa dengan orang buta yang bertujuan sama. Si buta itu tersaruk-saruk karena tidak ada yang menuntun. Maka suamimu yang membimbingnya hingga tiba di masjid. Tatkala hendak menghembuskan nafas penghabisan, ia menyaksikan pahala amal sholehnya itu, lalu iapun berkata “Andaikan lebih jauh lagi”. Maksudnya, andaikata jalan ke masjid itu lebih jauh lagi, pasti pahalanya lebih besar pula.
Ucapan lainnya ya Rasulullah SAW?” tanya sang istri mulai tertarik. Nabi menjawab, “Adapun ucapannya yang kedua dikatakannya tatkala, ia melihat hasil perbuatannya yang lain. Sebab pada hari berikutnya, waktu ia pergi ke masjid pagi-pagi, sedangkan cuaca dingin sekali, di tepi jalan ia melihat seorang lelaki tua yang tengah duduk menggigil, kedinginan. Kebetulan suamimu membawa sebuah mantel baru, selain yang dipakainya. Maka ia mencopot mantelnya yang lama, diberikannya kepada lelaki tersebut. Dan mantelnya yang baru lalu dikenakannya. Menjelang saat-saat terakhirnya, suamimu melihat balasan amal kebajikannya itu sehingga ia pun menyesal dan berkata, “Andaikata yang masih baru kuberikan kepadanya dan bukan mantelku yang lama, pasti pahalaku jauh lebih besar lagi”. Itulah yang dikatakan suamimu selengkapnya.
Kemudian, ucapannya yang ketiga, apa maksudnya, ya Rasulullah SAW?” tanya sang istri makin ingin tahu. Dengan sabar Nabi menjelaskan, “Ingatkah kamu pada suatu ketika suamimu datang dalam keadaan sangat lapar dan meminta disediakan makanan? Engkau menghidangkan sepotong roti yang telah dicampur dengan daging. Namun, tatkala hendak dimakannya, tiba-tiba seorang musafir mengetuk pintu dan meminta makanan. Suamimu lantas membagi rotinya menjadi dua potong, yang sebelah diberikan kepada musafir itu. Dengan demikian, pada waktu suamimu akan menghembuskan nafasnya, ia menyaksikan betapa besarnya pahala dari amalannya itu. Karenanya, ia pun menyesal dan berkata ‘kalau aku tahu begini hasilnya, musafir itu tidak hanya kuberi separoh. Sebab andaikata semuanya kuberikan kepadanya, sudah pasti ganjaranku akan berlipat ganda.
Begitulah keadilan Tuhan. Pada hakekatnya, apabila kita berbuat baik, sebetulnya kita juga yang beruntung, bukan orang lain. Lantaran segala tindak-tanduk kita tidak lepas dari penilaian Allah. Sama halnya jika kita berbuat buruk. Akibatnya juga menimpa kita sendiri. “Kalau kamu berbuat baik, sebetulnya kamu berbuat baik untuk dirimu. Dan jika kamu berbuat buruk, berarti kamu telah berbuat buruk atas dirimu pula.” (QS.Al Isra’: 7)

23 Maret, 2009

AL A’LAMAH AL HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI

Beliau adalah seorang ulama penyusun SIMTUD DUROR , yang mana isi kitab tersebut berupa manaqib tentang rosululloh SAW. SIMTUD DUROR selalu di baca oleh para jamaah majlis-majlis taklim dan pada peringatan maulid nabi SAW.Beliau dilahirkan di HADROH MAUT tepatnya di qosam pada hari jumat 24 syawal 1259H.Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang solihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya - di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Konon menurut cerita diwajah beliau tepatnya dibawah mata ada garis hitam, garis hitam tersebut adalah bekas linangan air mata yang selalu mengalir saat di mengenang dan mengingat baginda rosululloh SAW, karena rasa sangat cintanya kepada Rosululloh SAW beliau menyusun kitab SIMTUD DUROR dengan air mata darah…kerinduan yang begitu memuncak…YA alloh jadikan hamba-hambamu pecinta rosululloh ..agar bisa memperoleh syafaat dari Rosululloh SAW..amin


Dipetik dari: Untaian Mutiara - Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi

Managib Al Habib Umar Bin Abdurrahman AL Atthos

Beliau lebih dikenal di negeri kami

Al-Habib Abdurahman ibnu Al Habib Umar bin Abdurrahman Al-attas menceritakan sebuah kejadian: "Ketika aku keluar dari desa Ahrum, aku berjumpa dengan seorang Darwish dari negeri lain yang sedang dalam pengembaraannya. Saat itu ia sedang bersiap menyeberang. Aku memberinya salam, dan dia menjawab: "Salam kembali, wahai Fulan," ia menyebut namaku sembari menunjukkan kegembiraannya bertemu aku, meski pun kami belum pernah saling bertemu sebelumnya. Tak bisa menyembunyikan keheranku, aku pun bertanya kepadanya: "Bagaimana engkau mengetahui namaku, sementara kita belum pernah saling bertemu?"Jawab orang itu: "Bagaimana mungkin aku tak mengenal putra Guru kami - Al Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Sesungguhnyalah, ayahmu sering berkunjung ke negeri kami secara ghaib. Dan nama beliau lebih dikenal di tempat kami daripada disini." Habib Ahmad ibnu Hussein ibnu Umar pun pernah menceritakan sebuah kejadian lain: "Aku pernah diberitahu seseorang yang kejujurannya tak kuragukan, ia mengatakan pernah bertemu dengan seorang Darwish dari negeri Sind yang berkata: "Sesungguhnyalah, Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas sering mengunjungi kami, mengajari kami berbagai ilmu tasawwuf dan tariqah, dan beliau banyak dikenal di negeri kami". Al-Habib Abdullah ibn Alwi Al-Haddad - murid beliau - berkata: "Ketika aku berkenjung pada Habib Umar Al-Attas, aku melihat pada diri beliau sifat-sifat yang dimiliki para datuk beliau hingga pada diri Nabi Muhammad SAW".
Ambillah kitab, mari kita baca bersama

Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas adalah pribadi yang amat mengagungkan ilmu. Beliau disebutkan banyak menghabiskan sebagian waktu untuk ber-mudzakarah dalam berbagai cabang ilmu keagamaan. Di samping malam-malam dimana beliau larut dalam ibadahnya kepada Allah, dalam banyak malamnya yang lain beliau larut pula hingga fajar tiba, menimba ilmu, atau sebaliknya memberikan ilmu kepada orang lain - menerangkan berbagai hakikat Illahiah (haqaik) kepada murid-murid beliau.Adalah kebiasaan beliau bila ada sekelompok orang yang duduk malam hari bersama beliau untuk menimba ilmu, beliau melayani mereka hingga usai. Selepas itu, beliau biasanya akan bertanya kepada Syeikh Ali Baaras: "Wahai Ali, apakah masih ada orang lain selain kita?"Apabila jawab Syeikh Ali Baaras adalah "tidak", beliau pun akan meneruskan: "Ambillah kitab, mari kita baca bersama". Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas pernah berkata: "Ajarkan anak-anakku mendalami kitab Syeikh Abu Amru". Dan beliau pun pernah berkata, ketika sedang memberi wejangan kepada putera dan muridnya dalam suatu perjalanan: "Terimalah dengan lapang setiap ilmu yang mengalir dari sumber yang baik, meskipun tanpa sebuah kitab

Andai... oh, andai kalian mengetahui kedudukannya
Nukilan di bawah sekaligus merupakan contoh bagaimana Aulia kita memberikan rasa hormat kepada sesama Aulia lainnya, sungguh pun mereka sendiri memiliki Magam yang tinggi. Ketika Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas bersama-sama rombongan beliau datang berkunjung ke tempat gurunya Al-Habib Hussein bin Sheikh-Abubakar bin Salim, beliau, dengan mata tak melihat, pakaian yang kusam, berada di belakang anggota rombongan yang lainnya.Al-Habib Hussein bin Syeikh-Abubakar bin Salim melihat hal itu, wajah beliau berubah, beliau pun langsung berkata kepada anggota rombongan: "Wahai, mengapa kalian lebih mengutamakan hal-hal yang lahir saja, hingga kalian lupa mengutamakan seorang yang mulia ini, lalai memberikan tempat terbaik yang memang menjadi haknya? Andai... oh, andai kalian mengetahui kedudukan Al-Habib Umar yang sebenarnya disisi Allah, pastilah kalian akan menundukkan kepala, dan memberi tempat paling mulia untuknya...".Al-Habib Abdullah bin Alawi Al-Haddad menceritakan: ".... betapa pun tigginya magam Al-Habib Umar, di setiap majlis beliau, tak kan dapat orang membedakan antara beliau dengan kawan-kawan duduknya. Beliau tak duduk di tempat khusus, tak mengenakan pakaian khusus. Bila harus meninggalkan tempat oleh suatu sebab, dan kemudian tempat beliau ditempati orang lain, beliau takkan kembali ke tempatnya semula. Beliau akan mengambil tempat yang masih ada, sungguh pun tempat itu berada di belakang. Sampai aku bernah berkata: 'Alangkah tak sopannya kalian kepada Al-Imam'." Ketika memperoleh salam dari Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas melalui murid beliau Sheikh Salim bin Ali ba Ubad, Al-Habib Muhammad bin Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Syeikh Abdurrahman Assegaf, salah seorang Aulia yang bermukim di Makkah, segera menundukkan kepalanya sebagai rasa hormat, kemudian beliau berkata: "Hendaklah setiap orang yang merasa memiliki kepala rela sejenak merunduk untuk menghormatiAl-Habib Umar, dan demi menghormat Kebesaran Allah SWT...".

Wahai ayahku, tenteramkan hatimu...
Ketika seorang ayah merasa sedang menghadapi saat-saat akhir ajalnya, amatlah wajar bila terbersit secercah rasa khawatir terhadap keluarga yang akan ditinggalkannya. Apalagi bila ada di antara mereka yang masih kecil... apalagi bila ada pula yang berlainan ibu....Itulah yang terjadi pada diri Al-Habib Abdurrahman, ayahanda Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Nun jauh di dalam lubuk hati beliau tergurat rasa khawatir itu...Al-Habib Umar mengetahui gundah sang ayahanda secara kasyaf. Beliau mendekati seraya berkata kepada sang ayahanda: "Wahai ayahku, tenteramkan hatimu, Insya Allah, atas perkenan-Nya, aku akan menyayangi semua saudara-saudaraku lebih dari aku menyayangi diriku sendiri...."Disebutkan bahwa Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas menepati janji tersebut, dengan membantu setiap saudaranya berangkat dewasa. Dan tak ternilai bantuannya dalam memberi mereka kemudahan memperoleh ilmu.Habib Umar berkata: "Camkanlah, kebiasaan baik apa yang paling engkau dambakan menemanimu saat engkau menghadapi ajal terakhir? Nah, berteguhlah melakukan kebiasaan baik itu semasa hidupmu. Dan kebiasaan buruk apa paling tak engkau kehendaki melekat dalam dirimu saat engkau menghadapi ajal terakhir? Pastikan pula engkau meninggalkan jauh-jauh kebiasaan buruk itu semasa hidupmu".Al-Habib Abdullah bin Alwi Al-Hadad berkata: "Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas bagaikan nurani sekaligus kebanaran bagi mereka yang pribadinya tak tersentuh oleh nafsu duniawi".

Seluruh Huraidhah adalah milikmu, Tuan Guru

Huraidhah... desa kecil itu... begitu dekatnya dengan Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas. Kisah-kisah perjalanan hidup Al-Habib Umar sebagian adalah juga cerita perihal Huraidhah.Kisah itu sudah dimulai jauh-jauh sebelum beliau pindah dan menjadi bagian dari desa kecil tersebut, bahkan jauh sebelum beliau mencapai usia akil-balig.Disebutkan bahwa Al-Habib Hussein bin Abu Bakar bin Salim sering berkata tentang "keluarga Baalawi di Huraidhah". Saat orang-orang menerangkan bahwa tak ada keluarga Baalawi di Huraidhah, beliau akan menjawab: "kelak disana akan datang anggota keluarga Ba'Alawi, dengan wajah bagaikan bulan, dan akan menyebarkan manfaat bagi penduduknya..."Dan begitulah, saat Al-Habib Umar berangkat akil-balig, dua Guru beliau, Al-Habib Hussein bin Syeikh Abubakar bin Salim serta Al-Habib Hamid bin Syeikh Abubakar bin Salim, memerintahkan Al-Habib Umar yang masih belia untuk mulai berdakwah ke sebuah desa terpencil bernama Huraidhah... Sejak mula Huraidhah telah menyambut beliau dengan tangan terbuka: "Ini rumah adalah rumahmu, Tuan Guru," kata Syeikh Najjaad Adz-dzibyani saat menyambut kedatangan Al-Habib Umar yang pertama kali, menawarkan rumahnya bagi tempat tinggal Al-Habib Umar.Setelah suatu masa dimana Al-Habib Umar melakukan perjalanan pulang-pergi dari desa Lisk, tempat kelahiran beliau, ke Huraidhah, akhirnya pada tahun 1040 H beliau menetap disana. Beliau sempat membawa ayahanda beliau pindah bersama, dimana ayahanda beliau sakit, wafat dan dimakamkan disana.Di Huraidhah pula beliau meminang seorang wanita saleh bernama Sholahah, sebagai balas-budi atas nadzar wanita tersebut untuk memberikan harta dan bagian dari rumahnya bagi kepentingan Al-Habib Umar.Syeikh Abdullah bin Ahmad Al-Afif, seorang tokoh masyarakat yang saleh dan dihormati, memiliki hubungan istimewa dengan Al-Habib Umar. Saat-saat awal kunjungan Al-Habib Umar, Syeikh Al-Afif pernah diminta oleh penduduk berdo'a memohon datangnya air hujan. Saat itu Al-Habib Umar sebenarnya baru saja singgah disana, namun penduduk baru memberitahu beliau setelah upacara do'a usai."Mengapa kalian tak memberitahu kedatangan Al-Habib Umar padaku terlebih dahulu? Mungkin do'a kita takkan diterima karena kelakuan kita ini..." beliau pun bergegas menuju ke tempat Al-Habib Umar, memohonkan maaf bagi dirinya dan bagi penduduk desanya."Wahai Syeikh Abdullah, desa ini adalah desa kalian. Aku disini hanyalah seorang asing, dan kebetulan baru saja singgah..." jawab Al-Habib Umar."Sebaliknya... seluruh Huraidhah ini adalah milikmu, Tuan Guru," kata Syeikh Abdullah. "Aku tak mempunyai hak apa pun lagi atas desa ini, setelah Tuan Guru berada disini..."Huraidhah.... jejak seluruh ibadah, sifat tawadhu' serta berbagai kemuliaan perilaku "keluarga Ba'Alawi yang wajahnya bagaikan bulan" itu hingga kini masih amat terasa disana...Bolehkah aku memperoleh sedikit

Mereka telah memetik hasil dari nasihat-nasihat itu...

Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Attas pernah memohonkan kepada Allah kebaikan bagi Syeikh Umar bin Ahmad Al Hilabi Al-Juaydi serta anak-cucunya. Hal ini beliau lakukan karena kedekatan hubungan antara mereka, karena pekerti luhur serta kepatuhan yang tinggi dari Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi. Disebutkan, tak pernah Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi menyalahkan atau menolak pendapat Al-Habib Umar.Suatu hari, Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi mengunjungi kediaman Al-Habib Umar di Huraidhah, dan memperoleh sambutan hangat seorang sahabat dekat. Saat hendak pulang, Al-Habib Umar berpesan: "Wahai sahabatku, bila engkau sampai di desamu, bersegaralah panen pohon-pohon kurmamu".Nasehat itu terasa aneh, karena saat itu belum lagi masa panen kurma. Namun, sepulang di desanya, tanpa ragu-ragu Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi melaksanakan petunjuk Al-Habib Umar: memanen kurmanya yang belum masanya untuk dipanen.Penduduk desa menegur, menyalahkan, menganggap Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi bodoh karena mau menerima nasehat seperti itu....Lalu datanglah saat itu.... belalang menyerbu habis seluruh pohon kurma penduduk yang belum di panen, sementara pohon-pohon kurma Syeikh Umar bin Ahmad Al-Hilabi selamat dari musibah tersebut..... Pada suatu hari, Syeikh Ma'ruf, putera salah seorang sahabat Al-Habib Umar syeikh Abdullah bin Ahmad Al-Afif, berkunjung dan bermalam di kediaman Al-Habib Umar. Ia tak hendak beranjak ke tempat lain, namun setelah beberapa hari, dan merasa tiba waktunya untuk pulang, ia pun meminta ijin pada Al-Habib Umar. Namun Al-Habib Umar melarangnya.Hal seperti ini terjadi berkali-kali dalam beberapa hari. Hingga di hari terakhir itu, ketika syeikh Ma'ruf kembali meminta ijin, Al-Habib Umar berkata: "Tahukah engkau, wahai syeikh Ma'ruf, aku melarangmu segera pulang, agar engkau terhindar dari tuduhan pencurian yang akan dituduhkan penduduk desamu pada saudara-saudara dan pada keluargamu..."Di desanya syeikh Ma'ruf mengetahui: apa yang dikatakan Al-Habib Umar memang telah terjadi, tuduhan pencurian telah menimpa saudara dan keluarganya, kecuali dirinya. Namun tuduhan tersebut telah ditarik karena pencuri sesungguhnya telah tertangkap......Wajah kekasihku adalah tempat bagiku menatapKepadaNya wajahku senantiasa menghadap Sebagai Kiblatku cukuplah hanya Dia Dan aku pun pasrah diri padaNya Bait Syair Al-Habib Abubakar bin Abdullah Alaydrus Al-Adni yang berulang dibaca oleh Al-Habib Umar pada saat-saat menjelang akhir ajal beliau.

21 Maret, 2009

Yahudi Bukan Bani Israil


Bani Israil disebut di dalam kitab suci Al-Quran sebanyak 42 kali. Nabi Musa disebut sebanyak 129 kali dan Isa Al-Masih disebut sebanyak 23 kali. Sedang nama Islam disebut dalam Al-Quran sebanyak 6 kali dan nama Nabi Muhammad saw disebut 4 kali. Hal ini menunjukan bertapa besar toleransi Islam terhadap agama-agama lainnya.
Syeikh Sya’rawi (almarhum) adalah alim ulama besar, pakar dan rujukan utama di Timur Tengah dalam membahas ilmu tafsir. Beliau dikenal tangkas dan memiliki ciri khas yang mengagumkan dalam mengupas tema-tema yang bersangkutan dengan ilmu tafsir Al-Quran pada ceramah-ceramah beliau yang selalu disajikan di setiap teve teve Arab. Saya masih ingat beliau pernah mengupas di salah satu ceramanya tentang kebiadaban, kekejaman dan kedholiman Yahudi yang dirasakan dan dipaksakan diterima oleh rakyat Palestina. Kedua tentang kembalinya warga Yahudi dari seluruh dunia dan diberikan hak prioritas pada siapa pun dan di mana pun warga Yahudi yang ingin kembali ke Israel walaupun warga Yahudi tersebut sebelumnya tidak pernah menginjakkan kakinya di tanah Palestina. Sehingga, mereka berkumpul dan bercampur-baur membentuk suatu kekuasaan diatas kekuasaan. Pula diberikan pada mereka rekomendasi dari Barat terutama dari Amerika dan Inggris dan hak prioritas penuh untuk mendirikan sebuah negara di tanah Palestina khusus bagi kaum Yahudi yang tercerai-berai di seluruh dunia sesuai dengan yang diangan-angani gerakan zionisme yang didirikan Theodore Herzl pada tahun 1896
Ini semuanya, menurut Syeikh Sya’rawi merupakan suatu hikmah Ilahi dan hal yang sangat penting demi membuktikan janji Allah bagi hamba-hamba Nya yang soleh dan beriman bahwa mereka kelak akan mendapatkan kemenangan yang gemilang. Menurut beliau, jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
Kita sebagai muslim berkeyakinan sesuai dengan ajaran yang telah diterapkan dalam Al-Quran bahwa di akhir zaman sebelum kedatangan Isa Al-Masih, orang orang Yahudi yang telah terusir, bercerai-berai dan berhijrah ke seluruh pelosok dunia akan berkumpul kembali ketempat asal mereka di Palestina. Inilah yang sekarang kita saksikan bahwa seluruh orang-orang Yahudi berkumpul dan bercampur-baur setelah mereka bercerai berai sesuai dengan firman Allah “Dan Kami berfirman sesudah itu kepada Bani Israil “diamlah di negeri ini, maka apabila datang masa berbangkit, niscaya Kami datangkan kamu dalam keadaan bercampur baur” - al Israa’, 104
Keyakinan ini tentu, kalau menurut ajaran kita, bermula dari disaat nabi Musa as dan pengikutnya dari Bani Israel atau yang disebut dalam Al Quran “Ashbath” diusir dan keluar dari Mesir. Dalam bahasa Arab Ahsbath artinya julukan khusus diberikan kepada pengikut-pengikut nabi Musa as yang berasal dari dua belas keturunan nabi Yakub.
Nabi Musa dan pengikutnya (12 kabilah Bani Israil) keluar dari Mesir karena diusir dan dikejar-kejar oleh Firaun. “Kemudian Fir’aun hendak mengusir mereka (Musa dan pengikutnya) dari bumi (Mesir) itu, maka Kami tenggelamkan dia serta orang orang yang bersama-sama dia seluruhnya”- al Isra’ 103. Setelah itu nabi Musa dan pengikutnya menuju kota Sina dan menetap selama empat puluh hari sampai beliau wafat disana.
Kemudian adiknya Harun as melanjutkan perjuangannya sebagai pimpinan Ashbath Bani Israil. Beliau dan rombongan berangkat ke Palestina. Di sana Harun mendirikan dua kerajaan kecil, pertama kerajaan di sebelah selatan Palestina yang terdiri dari dua kabilah Yahudi yaitu kabilah Benyamin dan Yahudha, dan kerajaan yang kedua di sebelah utara terdiri dari sepululuh kabilah Yahudi lainya.
Pada tahun 721 Sebelum Masehi, kerajaan Babilon menyerang bagian utara kerajanan Yahudi dan menguasinya. Mulai saat itu terpecahbelahlah bangsa Yahudi dan berceraiberailah kabilah kabilah Yahudi keseluruh pelosok dunia. Sebagian diantara mereka ada yang dibawa ke Irak dijadikan sebagai tawanan. Yahudi Orthodox sampai sekarang masih beranggapan bahwa kabilah kabilah yang berasal dari kerajaan bagian utara merupakan sebagai kabilah-kabilah Yahudi yang hilang dan mereka kelak akan muncul dan kembali lagi bercampur-baur.
Ahli sejarah beranggapan bahwa dari sepuluh kabilah yahudi yang bercerai-berai, mereka telah berhijrah keseluruh pelosok dunia, diantaranya ke Asia, Afrika, Rusia, dan negara negara Arab. Ada lagi diantara mereka yang menetap di Afrika sampai sekarang ini yaitu kabilah Flasha di Ethiopia dan kabilah Yambah di Zimbabwe dan Afrika Selatan, dan yang lainnya ada yang berhijrah ke Jazirah Arabia seperti ke Bahrain, Khaibar, Madinah, dan Yemen, juga ada lagi yang berhijrah ke Asia seperti ke Iran, Cina, Jepang,dan Burma, dan sebagian ada yang berhijrah ke Rusia dan Eropa.
Nah, sekarang kita bisa melihat sendiri bahwa semua orang Yahudi yang telah berhijrah, bercerai berai, dan hilang, mereka datang kembali dari seluruh dunia, berkumpul di satu tempat dan membentuk satu negara Israel. Perkumpulan dan kembalinya Ashbat Yahudi ke tanah Palestine merupakan suatu hikmah dan hal yang sangat penting demi untuk membuktikan ketepatan janji Allah bagi hambanya yang soleh dan beriman bahwa mereka akan mendapat kemenangan yang gemilang di masa mendatang Insya Allah. Karena jika orang-orang Yahudi tidak kembali berkumpul dan bercampur-baur di satu tempat, maka bagaimana mereka akan dibinasakan sehabis-habisnya dengan apa yang mereka kuasai.
“Dan Apabila datang saat hukuman bagi kejahatan yang kedua (Kami datangkan orang orang lain) untuk menyuramkan muka muka kamu dan mereka masuk ke dalam masjid, sebagaimana musuh-musuh mu memasukinya pada kali pertama dan untuk membinasakan sehabi-habisnya apa saja yang mereka kuasai” - Al Isra’ 7
Itu janji Allah dan Allah jika berjanji, tidak akan menginggkari janjiNya.
Adapun janji Rasulallah saw adalah sesuai dengan sabdanya: ”Tidak akan bangkit hari kiamat sehingga kalian memerangi Yahudi, sampai-sampai batu berkata “wahai Muslim ini orang Yahudi di belakangku bunuhlah dia“ -Hadits.
Wallahua’lam,

19 Maret, 2009

MAULID NABI SAW DI POLDA D.I.YOGYAKARTA



Yogyakarta,(19 Maret 2009). Ada yang beda saat rombongan H.Syech bin Abdulkadir Assegaf tiba di Gedung Kantor POLDA D.I.Yogyakarta. Halaman Mapolda Yogya tersebut tertutup oleh tenda yang luas dengan panggung yang lebar namun minimalis penataannya. Pada beground panggung tertulis kalimat "DENGAN MENTELADANI KEPRIBADIAN NABI BESAR MUHAMMAD SAW, KITA TINGKATKAN PROFESIONALITAS POLRI GUNA MENDUKUNG SUKSESNYA PAM PEMILU 2009". Hari ini POLDA D.I.Y mengadakan acara peringatan Maulid Nabi Basar Muhammad SAW dengan mengundang umat Islam se Yogyakarta. Acara tersebut dihadiri seluruh setaf kepolisian setempat dan para tokoh agama yang ada serta para habaib, juga para jamaah muslim yang memadati areal halaman MAPOLDA D.I.Y. Hajatan ini memang diprakarsai oleh Kapolda D.I.Y yaitu Bapak Brgjen Pol. Drs. Sunaryono SH, yang didukung segenap jajaran kepolisian Polda D.I.Y. Suasana yang meriah dan penuh keakraban tersebut membuat kita berfikir bahwa ternyata Polisi dan Santri adalah sebuah kesatuan yang kompak jika kita mau saling hormat dan mencintai. Banyak Anggota Polwan yang saat itu mengenakan pakaian muslim menerima tamu serta membagikan konsumsi kepada jammah yang datang. Ada juga beberapa anggota yang mengamankan acara dengan penuh ramah dan senyum. Beberapa anggota yang lain sibuk menjemput para jamaah muslim yang tidak memiliki alat transpotasi, dengan mobil dan truk milik Polda D.I.Y. Habib Syech diterima Bapak Sunaryono dengan penuh keakraban dan penuh Ahlaq yang membuat kita perlu mencontoh agar tercipta hubungan yang baik antara warga dan Polisi. Semoga Allah SWT menjaga, melindungi, dan terus merahmati Kepolisian Indonesia, serta melimpahkan ridhoNya kepada seluruh anggota Kepolisian Indonesia...... Salut buat POLDA Daerah Istimewa Yogyakarta..!!!

18 Maret, 2009

Safari Maulid H.Syech bin Abdulkadir Assegaf



Cilacap (10 Maret 2009). Alhamdulillah, bulan Maulid telah tiba. Kebahagiaan yang tiada tara datang menjelma. Bulan dimana kekasih yang terkasih, pemimpin ummat, Habibbullah, cahaya mata yang berbinar, baginda nabi besar Muhammad SAW dilahirkan telah tiba. Banyak cara ummat menunjukan kebahagiaan tersebut dengan mengadakan beberapa kegiatan. Diantaranya mengdakan pembacaan Maulid / sejarah Nabi untuk kita ambil hikmah serta tauladan beliau yang tiada bisa ditandingi oleh mahluq apapun dan sampai kapanpun. Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf melaksanakan Safari Maulid secara marathon dibeberapa kota di pulau jawa. Acara diawali di ibu kota Jakarta yang terpusatkan di kediaman H.Abdurrahman bin Abdulkadir Assegaf (kakak dari H.Syech) yang berlokasi dikomplek perumahan Bank Mandiri Jl.Sriwijaya - Kebayoran Baru - Jakarta Selatan. Setelah itu acara dilanjutkan keesokan harinya dikediaman H.Anis Al-Jufriy di daerah Cinere - Jakarta. Acara berlanjut besoknya di kota Bandung. Dari Bandung rombongan melanjutkan safari ke kota Kudus, Cilacap, Jogjakarta, Semarang, dan Jepara. Dalam posting ini kami mengucapkan bayanyak terimakasih kepada para ASHAB yang telah membantu kelancaran Safari Maulid ini yang diantaranya; Mas Hendar, Beb Cecek, Ustd Hakim, Dillah Ning, Ifa Bom2, Helmi Segaf, dan masih banyak lagi yang tak dapat kami ucapkan satu persatu.

13 Maret, 2009

JANGAN MEREMEHKAN PERINTAH ALLAH

Kalam: Al-Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi

Setiap apa-apa yang menimpa dirimu ataupun orang lain dari hal-hal yang menyimpang atau kesulitan-kesulitan, gangguan-gangguan dan cobaan-cobaan, semua ini penyebabnya adalah mereka meremehkan perintah Allah, tidak menganggap dan tidak perduli atas hak-hak Allah yang seharusnya dipenuhi oleh hambanya. Sebagaimana yang telah engkau saksikan, seseorang itu apabila istrinyatidak melaksanakan shalat maka ia diam saja tanpa memberi tindakan padanya. Tetapi apabila sang istri merubah rasa masakan yang biasa dimakannya atau tidak mencucikan pakaiannya, maka seketika itu juga timbul amarahnya kepada istrinya.Inilah masalah yang sering terjadi di depan mata kita, maka seharusnyalah manusia itu supaya secepatnya bertaubat setiap pagi, siang, sore dan malam hari, bahkan kalau perlu bertaubat setiap saat selama hidupnya, karena manusia itu setiap saat tidaklah selamat dari dosa yang diperbuatnya, kecuali orang-orang yang telah diselamatkan oleh Allah Ta'ala dan itupun sedikit sekali.
Semoga Allah selalu menjadikan kita dan kaum muslimin sebagai orang-orang yang selalu berjalan diatas jalan yang sesuai dengan orang-orang yang mendapat petunjuk. Amiiin…

12 Maret, 2009

KRONOLOGI DAN PERISTIWA KELAHIRAN ALI BIN ABI THALIB as

Ibunda Amirul Mukminin di dalam Ka’bah

Malam jum’at 13 Rajab, seorang wanita mulia istri Abu Thalib, ia mulai merasakan sakit di bagian perutnya, namun setelah dibacakan beberapa nama-nama khusus, akhirnya secara perlahan rasa sakitpun mereda. Ketika Abu Thalib berkehendak memanggil beberapa wanita Quraisy untuk membantu persalinan Fathimah binti Asad, tiba-tiba terdengar suara dari sudut rumahnya, seraya berkata: Wahai Abu Thalib, bersabarlah karena tidak sepantasnya tangan-tangn yang kotor itu menyentuh dan mengusap wali Allah swt.
Pagi hari, ketika Fathimah binti Asad mendengar suara seraya memanggil: Wahai Fathimah datanglah ke rumah kami, kemudian Abu Thalib dan Rasulullah membawa beliau ke Masjidil Haram, Abbas bin Abdul Muthalib yang kala itu duduk di masjid bersama sekelompok jamaah, melihat Fathimah masuk ke dalam Masjidil Haram, dan berhenti dihadapan tembok Ka’bah, dan memandang ke langit seraya berkata: “Wahai pencipta Alam semesta, aku beriman kepadamu, kepada nabi-nabi dan kitab-kitab yang datang dari sisimu. Aku percaya dan membenarkan perkataan kakekku Ibrahim Khalil, dan dulu dialah yang telah membangun rumah ini. Aku bersumpah kepadamu dengan kedudukan seorang yang telah membangun rumah ini, dan dengan kedudukan anak yang aku kandung dalam perutku, yang dengannya aku berbicara dan dengan perilakunya aku mulai merasakan kenyamanan, aku yakin bahwa salah satu tanda ayat-ayatmu adalah kelahiran ini akan engkau permudah”. Tiba-tiba orang-orang yang hadir di Masjidil Haram menyaksikan salah satu bagian tembok Ka’bah terbelah dan Fathimah binti Asad pun masuk kedalam Ka’bah. Kemudian mereka berusaha sedemikian mungkin untuk masuk ke dalam Ka’bah dengan membuka pintu Ka’bah dengan kunci yang mereka miliki, namun usaha itu sia-sia mungkin karena hal ini adalah kehendak Yang Maha Kuasa.Segala yang terjadi pada nabi akhir zaman dan penghulu para nabi, terjadi kembali pada diri Ali as, walaupun Fathimah binti Asad ketika itu hadir dan menyaksikan langsung persalinan Nabi dan memberitakan kejadian itu kepada Abu Thalib, dan Abu Thalib yang sebelumnya pernah mendengar perkataan yang dikatakan padanya, bahwa: “Bersabarlah 30 tahun lagi, Allah akan memberimu seorang anak yang kelahirannya sama dengan Nabi akhir zaman, kecuali dalam kenabian namun ia adalah penerima wasiatnya dan akan menjadi penolongnya”.

Hari Kelahiran Amirul Mukmini as
Hari jumat, Ali bin Abi Thalib as bagaikan matahari yang terbit di ufuk batu merah dalam sudut sebelah kanan Ka’bah. Ketika beliau menginjakkan kakinya ke tanah permukaan Ka’bah, beliau langsung bersujud dan menengadakkan tangnnya ke langit dan berkata: “Aku bersaksi bahwa tiada Tuahn selain Allah dan aku besaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, dengan Muhammad Allah mengakhiri dan menutup kenabian, dan denganku Allah menutup wasiatnya, dan Aku adalah penghulu kaum mukminin”. Kemudain bersabda: “kebenaran telah datang maka kebatilan harus pergi”.Ketika beliau dilahirkan berhala-berhala berjatuhan, langit-langit bercahaya dan setan berteriak: “celakalah berhala-berhala dan para penyembahnya dengan dilahirkannya anak ini”.

Ucapan Amirul Mukminin Ali as Setelah Kelahirannya
Setelah beliau dilahirkan, beliau langsung memberikan salam kepada wanita-wanita surga dan menanyakan keadaan mereka. Dan ketika wanita-wanita surga itu mulai mengendongnya, Ali as pun berkata kepada mereka. Ketika beliau berada dalam pelukan Hawa istri Nabi Adam as, Ali as berkata: Salam atasmu wahai ibunda Hawa, Hawa pun menjawab: Salam atasmu wahai putraku, Ali bin Abi Thalib menanyakan keadaan Nabi Adam, Hawa pun menjawab: ia tenggelam dalam kenikmatan Tuhannya dan berada disisi Tuhannya yang maha pemurah. Pada saat itu ketika beliau(Ali as) berada di dalam Ka’bah, Abu Thalib berteriak di jalan gang dan pasar, seraya berkata: Kabar gembira untuk kalian bahwa wali Allah telah dilahirkan, dengannyalah wasiat dikukuhkan dan disempurnakan.Setelah wanita-wanita surga itu pergi, berdatanganlah para nabi Allah diantara mereka yang hadir adalah Nabi Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa dan Nabi Isa (kepada mereka sholawat dan salam). Amirul Mukminin melihat kedatangan mereka menggerak-gerakkan anggota badannya dan tersenyum, dan para nabi mengucapkan salam kepada beliau seraya berkata: “Salam atasmu wahai wali Allah dan Khalifah Rasulullah.”Beliau menjawab salam mereka: “ Salam Atas kalian dan rahmat Allah dan Berkahnya semoga tercurah kepada kalian”. Kemudian satu persatu dari mereka mengendong dan mencium beliau dan mengucapkan pujian-pujian atasnya dan kemudian pergi. Kemudian para malaikat berdatangan dan membawa beliau ke atas langit, dan kemudian dikembalikan lagi ketempatnya, dan sesekali mengungkapkan keutamaan-keutamaan beliau.Fathimah binti Asad berkata: Untuk kedua kalinya Ali dibawa oleh malaikat ke langit dan kemudian dikembalikan namun kali ini beliau sudah terbungkus dengan kain sutra putih yang diambil dari surga, dan mereka berkata kepadaku: “Jagalah ia dari penglihatan orang-orang karena dia adalah wali Allah swt. Ketahuilah seseorang tidak akan masuk surga kecuali ia menerima, mengakui dan membenarkan wilayah, imamah dan kepemimpinannya. Beruntunglah bagi orang yang mengikutinya dan celakalah bagi orang yang berpaling darinya. Siapa saja yang bergabung dengannya dia akan selamat dan barang siapa yang diam dan tidak bergabung dengannya maka ia akan jatuh tenggelam”. Kemudian mereka membisikkan sesuatu ditelinganya yang aku sendiri tidak memahaminya. Kemudian mereka menciumnya dan berdiri kemudian pergi, aku tidak tahu dari mana mereka keluar.

Tiga Hari di Ka’bah
Fathimah binti Asad setelah tiga hari menjadi tamu Allah, bersiap-siap untuk keluar dari dalam Ka’bah sambil menggendong anaknya yang baru lahir itu, tiba-tiba terdengar suara ghaib seraya berkata: “Wahai Fathimah, berilah nama bayi yang baru lahir ini dengan nama Ali, karena aku adalah Tuhan yang yang maha tinggi(aliul a’la), aku memberinya nama yang kuambil dari namaku, dan aku mengajarkannya adab, dan padanya aku serahkan perkaraku, dan aku beri tahukan kepadanya kesukaran dan kerumitan ilmuku, dia lahir di rumahku, dialah orang pertama yang mengumandangkan azan disebagian belahan rumahku, dan menghancurkan berhala-berhala, dan dialah yang menjatuhkan mereka dari atas Ka’bah ke tanah. Beruntunglah bagi orang-orang yang mencintainya, mentaatinya dan menjadi penolongnya. Dan celakalah bagi orang-orang yang membencinya dan berpaling darinya, dan mengucilkannya serta mengingkari hak dan tanggungjawabnya”.Dalam tiga hari ini semua orang membicarakan tentang bayi yang lahir di dalam Ka’bah, apalagi tentang tidak dapat terbukanya kunci yang dipasang di pintu Ka’bah, dan terbelahnya sebagian tembok Ka’bah di siang hari dan disaksikan oleh orang-orang kafir.

Cahaya Ali Terbit dipelukan Rasulullah saw
Suatu pagi hari rabu di hadapan khalayak yang menunggu sambil duduk, tiba-tiba tembok Ka’bah terbelah kembali dari tembok sebelumnya dengan kadar yang mencukupkan Fathimah dan anaknya bisa keluar dari dalam Ka’bah. Dan seluruh masyarakat memandangnya dan sebelum ada seorangpun yang bertanya kepadanya, Fathimah binti Asad mengungkapkan segala peristiwa yang terjadi di dalamnya, mulai dari keangungan bayi yang dilahirkannya, tentang makanan surga yang dihidangkan padanya dan nama bayi yang dilahirkannya adalah Ali itupun dikarenakan panggilan dari langit.Abu Thalib dan Rasululluh mendatangi Fathimah binti Asad yang sedang menggendong bayinya, Ali as berkata: Salam atasmu wahai ayahku, semoga rahmat dan berkahnya tercurah kepadamu, Abu Thalib menjawab: “Salam atasmu wahai anakku, semoga rahmat dan berkahnya tercurah padamu, dan kemudian mengendongnya. Amirul Mukminin as membuka kedua mata sucinya dan memandang wajah suci rasulullah saw kemudian tersenyum dan mengerak-gerakkan anggota badannya, seraya berkata: “Salam atasmu, semoga rahmat Allah dan berkahnya tercurah padamu, gendonglah aku”Rasulullah saww setelah menjawab salamnya langsung mengambil dan mengendongnya, dan diletakkan ditangannya. Ketika itu Amirul Mukminin meletakkan tangan kanannya ke telinganya dan mengumandangkan azan dan iqamah, dan bersaksi akan keesaan Tuhan dan kenabian nabi Muhammad saww. Kemudian meminta izin kepada Rasul untuk membacakan kitab-kitab samawi, setelah diizinkan beliau meratakan dadanya dan membaca sesuatu yang tercantum di dalam suhuf Adam, Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa. Kemudian membaca salah satu ayat dari Alquran yaitu surah almukminun “qod aflahal mukminun…” yang ketika itu belum diturunkan. Kemudian dalam pelukan Rasulullah beliau dibawa ke rumah Abu Thalib as.Fathimah binti Asad berkata: Hari ketika aku keluar dari Ka’bah, dan anakku aku berikan kepada Rasululullah, beliau membuka mulut Ali as dengan lidahnya dan memberikan air ludah suci beliau dan mengumandangkan azan di telinga kanannya dan iqamah ditelinga kirinya kemudian beliau bersabda: “Bayi ini lahir dengan fitrahnya”. Kemudian Abu Thalib mengadakan walimah atau selamatan besar-besaran, atas kelahiran anaknya Ali bin Abi Thalib, dan mengundang seluruh warga untuk bertawaf tujuh kali dan kemudian memberikan salam kepada Ali as.

KEMULIAAN

"Letak kemuliaan seseorang bukanlah pada harta ataupun jabatan sebagaimana yang selalu menjadi barometer sebagian manusia, tetapi kemuliaan ada pada hati seseorang. Bagaimanapun keadaan seseorang, baik kaya atau miskin, baik punya jabatan atau tidak, tak menjadi sebab dalam memuliakan dirinya." Dari situlah Rasulullah saw menegaskan dalam hadisnya, "Bukanlah disebut saudagar bagi yang punya harta banyak, tetapi saudagar adalah orang yang hati dan jiwanya lapang dan penuh 'izzah (kemuliaan)" Seseorang yang mempunyai harta menjadi mulia apabila selalu menghormati yang miskin, serta selalu menyantuni mereka sebelum mereka meminta. Sebaliknya yang miskin menjadi mulia apabila berat tangannya untuk meminta kepada orang lain. Al-Imam Alwi bin Faqihil Muqoddam pernah berkata, "Apabila saudagar atau pejabat kau temui di depan pintu orang miskin, maka merekalah paling mulianya saudagar atau pejabat dan juga paling mulianya orang miskin" Karena hal ini menunjukkan bahwa para saudagar tak lupa untuk menyantuni orang miskin, dan si miskin mempunyai 'izzah hingga malu untuk datang ke rumah orang-orang kaya. Adapun sebaliknya, beliau berkata, "Apabila orang miskin kau temui di pintu-pintu rumah orang kaya, saudagar atau pejabat, maka merekalah seburuk-buruknya orang kaya dan orang miskin" Karena hal ini menunjukkan lalainya para saudagar dalam tafaqqud ahwalil masakin (memperhatikan kebutuhan wong cilik), dan si miskin yang tidak mempunyai 'izzah atau perasaan malu untuk meminta.
Tetapi ahlu zaman sekarang sudah berbalik. Sebuah aib bagi orang kaya untuk datang ke rumah orang-orang miskin, dan justru bangga apabila rumahnya disesaki para fuqoro, merasa risih untuk menghadiri undangan orang-orang miskin dan enggan jika undangannya dihadiri orang miskin. Begitu pula orang-orang miskin yang menjadikan minta-minta di jalanan sebagai profesi, tanpa mempunyai rasa malu sedikit pun. Alhasil, apa yang dikatakan oleh Sayyidina Alwi tersebut singkat, tapi betul-betul menjadi suatu qoidah tentang mulia tidaknya suatu masyarakat atau golongan. Semoga kita termasuk golongan orang-orang mulia tersebut di dunia dan akherat. Amin...

09 Maret, 2009

Habib Abubakar Gersik



Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di desa Besuki ( jawa timur ) sekitar tahun 1864 M. Sejak kecil telah menjadi yatim namun bakat kewaliaan dan kecintaan terhadap ilmu sudah nampak sejak umur 3 tahun. Hati beliau telah mendapat cahaya Ladunni dari alloh SWt ini terbukti ketika beliau masih berumur 3 tahun telah mampu mengingat berbagai peristiwa dan kejadian yang telah menimpa dirinya.
Usia 8 tahun tepatnya tahun 1856 M Habib Abubakar dikirim oleh ibunya ke tanah leluhurnya di Sewun tarim Yaman Selatan. Di sana beliau di asuh dan dididik oleh pamannya Habib Syech bin Umar assegaf seorang Tokoh Ulama termasyhur di kota Sewun. Kecerdasan dan kejernihan Hati yang di miliki habib Abubakar Assegaf mampu menguasai beberapa bidang ilmu walaupun usianya masih relatif muda. Pamannya tak segan-segan mengajak keponakannya untuk menghadiri majlis majlis ilmu di kota Sewun dan menanamkan rasa kecintaan terhadap Alloh SWT dengan mengajari prilaku prilaku shalafus Sholeh seperti Sholat Tahajut dan puasa puasa sunnah.
Di sewun habib Abubakar assegaf belajar juga kepada Habib Ali bin Muhammad Al habsyi ( pengarang Simtut Durror) dan menjadi murid kesayangannya. Pertama kali melihat Habib Abubakar assegaf , Habib Ali bin Muhammad al habsyi telah melihat tanda-tanda kewaliaan dan kelak akan menjadi ulama yang memiliki kedudukan dan derajat yang Mulia. Beliau juga belajar kepada al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Tahun 1881 M habib Abubakar Assegaf kembali ke Tanah air dan Mulai melakukan ritual dakwahnya. Walaupun beliau memiliki Ilmu yang cukup mumpuni namun kerendahan hati untuk menghargai para ulama-ulama Sepuh di tanah air beliau tak segan segan untuk belajar dan minta ijazah serta barokah dari para ulama-ulama sepuh seperti Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abubakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.
Selama beberapa tahun berdakwah datanglah kegundahan hatinya , kerinduan terhadap Alloh dan Rosulnya hingga akhirnya beliau mengasingkan diri dari hirup pikuk dunia dan selama itu pula di habiskan waktunya untuk beribadah mutlak kepada Alloh , hampir 15 tahun lamanya habib Abu bakar Assegaf mengasingkan diri dari dunia ( berkhalwat) hingga akhirnya Gurunya habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi menemuinya dan mengajaknya untuk berhenti berkhalwat dan kembali untuk berdakwah. Demi menghargai sang guru akhirnya Habib Abubakar Assegaf kembali melanjutkan dakwahnya . Dengan di rangkul dan di gandeng oleh gurunya habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi , habib Abubakar Assegaf di kenalkan kepada para Jama’ah dam murid muridnya “Ini al Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia”. Habib Abubakar assegaf membuka Majlis Ta’lim di rumahnya. Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan banyak murid murid yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Beliau selalu mendoakan murid-muridnya tat kala beliau menunaikan sholat malam . habib Abubakar di samping sebagai ahli ilmi juga sebagai ahli berkah yang dapat memberikan keberkahan kepada siapapun yang datang kepadanya. Beliau menjadi rujukan dan referensi ilmu di tanah air. Tahun 1955 dalam usia 91 tahun habib Abubakar bin Muhammad assegaf wafat dan beliau dimakamkan di Kota Gresik jawa timur.

Profil Singkat Dan Nasehat Habib Lutfi Bin Yahya


Al-Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya Ba’Alawy Pekalongan, Ketua Jam'iyyah Ahlut Tariqah Al-Mu'tabarah An-Nahdliyyah (JATMN), organisasi di bawah NU yang mengkoordinasi jemaah tarekat Mu'tabarah.
Seorang muslim agar mendapatkan keselamatan Insya ALLAH, di dalam agama, dunia dan akhirat haruslah memegang teguh beberapa prinsip ini.
Pegang teguh teladan salaf shalihin
Baik itu thariqah-nya, akhlaknya, amal salehnya. Pegang teguh dan kuat mantap, walaupun kamu sampai sulit dan kere (sangat miskin) tetaplah teguh memegang teladan Salaf Shalihin. Gigit kuat dengan gerahammu, jangan dilepas jika kamu ingin selamat dan mendapat ridho-Nya. Jadikanlah keimanan sebagai Imam bukan akal yang menjadi ujung tombaknya. Hati-hati di akhir jaman ini, akan dan sudah banyak muncul paham dan orang-orang yang lebih mengedepankan akal-rasio-logika dibandingkan imannya. Seharusnya Iman menjadi imamnya, akal & logika menjadi makmumnya, mengikuti iman. Tinggalkan pendapat orang-orang yang mengedapankan akalnya dibanding imannya. Percuma dan sia-sia waktumu jika menanggapi orang-orang yang demikian, kamu akan rugi dunia akhirat. Karena bagaimana mungkin akal manusia bisa menerima seluruh kebesaran khazanah kerajaan Allah SWT, hanya keimanan yang dapat menerima kebesaran AllahSWT. Ziarah shalihin.
Baik yang sudah wafat maupun yang masih hidup, dan kuatkan tali ikatan silaturahim. Berziarah (mengunjungi) kaum shalihin jangan hanya ketika ada maunya, kalau ada perlunya saja. Hal itu baik tidak terlarang, tetapi kurang kemanfaatannya untuk jangka panjang. Hanya untuk kebutuhan-manfaat sesaat belaka, sungguh sangat disayangkan. Tetapi alangkah baiknya kita berziarah sholihin itu karena mahabbah ilaa mahbub, kecintaan kepada yang dicintai. Kalau hal ini dijalin dengan baik maka ia akan mendapat limpahan madad (pertolongan), sirr asrar (rahasia) dan jaah (essence, intisari) dari ziarahnya. Dan sering silaturahmi itu menimbulkan kecintaan dan keridhoan Allah SWT kepada orang yang menjalin hubungan silaturahmi, sehingga rahmat dan berkah serta maghfirah Allah SWT terlimpah kepadanya. Jauh dari bala’, musibah, penyakit dan diberi kelancaran rezeki. Insya Allah.

07 Maret, 2009

KAJIAN TENTANG THARIQAH ALAWIYYAH

Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas
Mereka (Saadatunal Alawiyyin) selalu menafkahkan hartanya, tidak menahannya pada saat harta tersebut pertama kali didapatkannya dan tidak mengumpulkannya pada saat harta tersebut ada pada mereka. Mereka selalu melayani sendiri tamu-tamunya. Mereka seringkali makan bersama pembantu dan budaknya, dan membawa sendiri barang belanjaannya dari pasar.
Mereka tak pandang bulu menyalami orang kaya, miskin, orang berkelas ataupun tak berkelas. Mereka selalu memberikan salam kepada siapa saja yang ditemuinya dan mereka tidak memandang ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah, walaupun kedudukan mereka itu sudah begitu tingginya. Bahkan mereka menganggap dirinya pantas untuk menerima siksaan, karena mereka merasa ada sesuatu yang kurang pantas dalam berhubungan dengan Allah. Dan setiap kedudukan mereka semakin tinggi di sisi Allah, mereka justru semakin menganggap bahwa dirinya lebih hina dari makhluk Allah yang lain. Padahal sebaliknya kedudukan mereka sudah mencapai kedekatan dalam menyaksikan kemahabesaran Allah. Itu semua berhasil mereka dapatkan setelah mereka berusaha untuk berakhlak yang luhur dan mempelajari berbagai ilmu.
Jika mereka dilihat sedang dalam keadaan berdzikir kepada Allah, maka melihat kepada mereka itu dapat membawa seseorang untuk juga ikut berdzikir. Mengenai sifat-sifat mereka, berkata pengarang kitab Al-Masyra' Ar-Rowiy [1] di dalam menyebutkan jalan tasawuf yang mereka jalani,"Demi Allah, sungguh para salaf kita, Bani Alawy (semoga Allah meridhoi mereka), menjalani jalan tasawuf, mengamalkan ilmu mereka, dan mencurahkan waktunya yang berharga untuk menjauhi hal-hal yang dapat mempersulit mereka di dalam mengikuti sunnah Nabi SAW dan mengamalkannya. Dan setiap kali seseorang itu mengamalkan suatu sunnah, maka Allah akan mempermudahnya untuk mengamalkan sunnah yang lainnya yang belum ia amalkan. Berkata Al-Junaid [2] (semoga Allahmeridhoinya) , “Melakukan suatu kebaikan setelah melakukan kebaikan yang lain adalah termasuk balasan dari kebaikan pertama yang ia kerjakan. Begitu juga berbuat kejahatan setelah melakukan kejahatan yang lain adalah termasuk akibat dari kejahatan pertama yang ia lakukan.” Oleh karena itu mereka (Saadatunal Alawiyyin) berusaha melakukan suatu kebaikan sekuat mungkin dan sesuai dengan karunia-karunia yang Allah telah berikan kepada mereka sebelumnya."
Berkata Sayyidina Al-Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, "Sesungguhnya Sayyidi Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir (semoga Allah meridhoi mereka semua), ketika melihat berbagai bid'ah, bertebarnya hawa nafsu dan pertentangan pendapat di Irak, mereka memutuskan hijrah dari sana, berpindah-pindah tempat, sampai menginjakkan kakinya di Hadramaut, dan akhirnya memutuskan untuk menetap disana sampai akhir hayatnya.Disanalah beliau banyak menurunkan anak cucunya yang terkenal dengan ilmu, ibadah, kewalian dan makrifahnya mereka kepada Allah. Tidak masuk kepada mereka bid'ah-bid'ah dan pemuasan hawa nafsu, yang kesemuanya itu berkat jasa beliau dan berkat larinya beliau dari tempat asalnya demi untuk menjaga agamanya dari tempat-tempat berjangkitnya fitnah. Semoga Allah membalas jasanya dengan sebaik-baiknya dan meninggikan derajatnya bersama pendahulunya yang mulia di surga yang tertinggi. Serta semoga Allah juga mengumpulkan kita bersama mereka di dalam kebaikan dan afiah, tidak menjadikan kita sebagai orang-orang yang merubah jalan mereka, tidak berbuat fitnah dan selamat dari fitnah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengasih."
[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah binAlawy Al-Atthas]