Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf lahir di desa Besuki ( jawa timur ) sekitar tahun 1864 M. Sejak kecil telah menjadi yatim namun bakat kewaliaan dan kecintaan terhadap ilmu sudah nampak sejak umur 3 tahun. Hati beliau telah mendapat cahaya Ladunni dari alloh SWt ini terbukti ketika beliau masih berumur 3 tahun telah mampu mengingat berbagai peristiwa dan kejadian yang telah menimpa dirinya.
Usia 8 tahun tepatnya tahun 1856 M Habib Abubakar dikirim oleh ibunya ke tanah leluhurnya di Sewun tarim Yaman Selatan. Di sana beliau di asuh dan dididik oleh pamannya Habib Syech bin Umar assegaf seorang Tokoh Ulama termasyhur di kota Sewun. Kecerdasan dan kejernihan Hati yang di miliki habib Abubakar Assegaf mampu menguasai beberapa bidang ilmu walaupun usianya masih relatif muda. Pamannya tak segan-segan mengajak keponakannya untuk menghadiri majlis majlis ilmu di kota Sewun dan menanamkan rasa kecintaan terhadap Alloh SWT dengan mengajari prilaku prilaku shalafus Sholeh seperti Sholat Tahajut dan puasa puasa sunnah.
Di sewun habib Abubakar assegaf belajar juga kepada Habib Ali bin Muhammad Al habsyi ( pengarang Simtut Durror) dan menjadi murid kesayangannya. Pertama kali melihat Habib Abubakar assegaf , Habib Ali bin Muhammad al habsyi telah melihat tanda-tanda kewaliaan dan kelak akan menjadi ulama yang memiliki kedudukan dan derajat yang Mulia. Beliau juga belajar kepada al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Tahun 1881 M habib Abubakar Assegaf kembali ke Tanah air dan Mulai melakukan ritual dakwahnya. Walaupun beliau memiliki Ilmu yang cukup mumpuni namun kerendahan hati untuk menghargai para ulama-ulama Sepuh di tanah air beliau tak segan segan untuk belajar dan minta ijazah serta barokah dari para ulama-ulama sepuh seperti Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abubakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.
Selama beberapa tahun berdakwah datanglah kegundahan hatinya , kerinduan terhadap Alloh dan Rosulnya hingga akhirnya beliau mengasingkan diri dari hirup pikuk dunia dan selama itu pula di habiskan waktunya untuk beribadah mutlak kepada Alloh , hampir 15 tahun lamanya habib Abu bakar Assegaf mengasingkan diri dari dunia ( berkhalwat) hingga akhirnya Gurunya habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi menemuinya dan mengajaknya untuk berhenti berkhalwat dan kembali untuk berdakwah. Demi menghargai sang guru akhirnya Habib Abubakar Assegaf kembali melanjutkan dakwahnya . Dengan di rangkul dan di gandeng oleh gurunya habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi , habib Abubakar Assegaf di kenalkan kepada para Jama’ah dam murid muridnya “Ini al Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia”. Habib Abubakar assegaf membuka Majlis Ta’lim di rumahnya. Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan banyak murid murid yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Beliau selalu mendoakan murid-muridnya tat kala beliau menunaikan sholat malam . habib Abubakar di samping sebagai ahli ilmi juga sebagai ahli berkah yang dapat memberikan keberkahan kepada siapapun yang datang kepadanya. Beliau menjadi rujukan dan referensi ilmu di tanah air. Tahun 1955 dalam usia 91 tahun habib Abubakar bin Muhammad assegaf wafat dan beliau dimakamkan di Kota Gresik jawa timur.
Usia 8 tahun tepatnya tahun 1856 M Habib Abubakar dikirim oleh ibunya ke tanah leluhurnya di Sewun tarim Yaman Selatan. Di sana beliau di asuh dan dididik oleh pamannya Habib Syech bin Umar assegaf seorang Tokoh Ulama termasyhur di kota Sewun. Kecerdasan dan kejernihan Hati yang di miliki habib Abubakar Assegaf mampu menguasai beberapa bidang ilmu walaupun usianya masih relatif muda. Pamannya tak segan-segan mengajak keponakannya untuk menghadiri majlis majlis ilmu di kota Sewun dan menanamkan rasa kecintaan terhadap Alloh SWT dengan mengajari prilaku prilaku shalafus Sholeh seperti Sholat Tahajut dan puasa puasa sunnah.
Di sewun habib Abubakar assegaf belajar juga kepada Habib Ali bin Muhammad Al habsyi ( pengarang Simtut Durror) dan menjadi murid kesayangannya. Pertama kali melihat Habib Abubakar assegaf , Habib Ali bin Muhammad al habsyi telah melihat tanda-tanda kewaliaan dan kelak akan menjadi ulama yang memiliki kedudukan dan derajat yang Mulia. Beliau juga belajar kepada al Habib Muhammad bin Ali Assegaf, al Habib Idrus bin Umar al-Habsyi, al Habib Ahmad bin Hasan al-Atthas, al Habib Abdurrahman al-Masyhur, juga putera beliau al Habib Ali bin Abdurrahman al-Masyhur, dan juga al Habib Syekh bin Idrus al-Idrus dan masih banyak lagi guru beliau yang lainnya.
Tahun 1881 M habib Abubakar Assegaf kembali ke Tanah air dan Mulai melakukan ritual dakwahnya. Walaupun beliau memiliki Ilmu yang cukup mumpuni namun kerendahan hati untuk menghargai para ulama-ulama Sepuh di tanah air beliau tak segan segan untuk belajar dan minta ijazah serta barokah dari para ulama-ulama sepuh seperti Habib Abdullah bin Muhsin al-Atthas, al Habib Abdullah bin Ali al-Haddad, al Habib Ahmad bin Abdullah al-Atthas, al Habib Abubakar bin Umar bin Yahya, al Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi,al Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdlar, dan lain sebagainya.
Selama beberapa tahun berdakwah datanglah kegundahan hatinya , kerinduan terhadap Alloh dan Rosulnya hingga akhirnya beliau mengasingkan diri dari hirup pikuk dunia dan selama itu pula di habiskan waktunya untuk beribadah mutlak kepada Alloh , hampir 15 tahun lamanya habib Abu bakar Assegaf mengasingkan diri dari dunia ( berkhalwat) hingga akhirnya Gurunya habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi menemuinya dan mengajaknya untuk berhenti berkhalwat dan kembali untuk berdakwah. Demi menghargai sang guru akhirnya Habib Abubakar Assegaf kembali melanjutkan dakwahnya . Dengan di rangkul dan di gandeng oleh gurunya habib Muhammad bin Idrus Al Habsyi , habib Abubakar Assegaf di kenalkan kepada para Jama’ah dam murid muridnya “Ini al Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf termasuk mutiara berharga dari simpanan keluarga Ba ‘Alawi, kami membukanya agar bisa menularkan manfaat bagi seluruh manusia”. Habib Abubakar assegaf membuka Majlis Ta’lim di rumahnya. Kedalaman dan kejernihan hati yang dimilikinya telah melahirkan banyak murid murid yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat. Beliau selalu mendoakan murid-muridnya tat kala beliau menunaikan sholat malam . habib Abubakar di samping sebagai ahli ilmi juga sebagai ahli berkah yang dapat memberikan keberkahan kepada siapapun yang datang kepadanya. Beliau menjadi rujukan dan referensi ilmu di tanah air. Tahun 1955 dalam usia 91 tahun habib Abubakar bin Muhammad assegaf wafat dan beliau dimakamkan di Kota Gresik jawa timur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar