Al-Imam Al-Qutub Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas Mereka (Saadatunal Alawiyyin) selalu menafkahkan hartanya, tidak menahannya pada saat harta tersebut pertama kali didapatkannya dan tidak mengumpulkannya pada saat harta tersebut ada pada mereka. Mereka selalu melayani sendiri tamu-tamunya. Mereka seringkali makan bersama pembantu dan budaknya, dan membawa sendiri barang belanjaannya dari pasar. Mereka tak pandang bulu menyalami orang kaya, miskin, orang berkelas ataupun tak berkelas. Mereka selalu memberikan salam kepada siapa saja yang ditemuinya dan mereka tidak memandang ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah, walaupun kedudukan mereka itu sudah begitu tingginya. Bahkan mereka menganggap dirinya pantas untuk menerima siksaan, karena mereka merasa ada sesuatu yang kurang pantas dalam berhubungan dengan Allah. Dan setiap kedudukan mereka semakin tinggi di sisi Allah, mereka justru semakin menganggap bahwa dirinya lebih hina dari makhluk Allah yang lain. Padahal sebaliknya kedudukan mereka sudah mencapai kedekatan dalam menyaksikan kemahabesaran Allah. Itu semua berhasil mereka dapatkan setelah mereka berusaha untuk berakhlak yang luhur dan mempelajari berbagai ilmu. Jika mereka dilihat sedang dalam keadaan berdzikir kepada Allah, maka melihat kepada mereka itu dapat membawa seseorang untuk juga ikut berdzikir. Mengenai sifat-sifat mereka, berkata pengarang kitab Al-Masyra' Ar-Rowiy [1] di dalam menyebutkan jalan tasawuf yang mereka jalani,"Demi Allah, sungguh para salaf kita, Bani Alawy (semoga Allah meridhoi mereka), menjalani jalan tasawuf, mengamalkan ilmu mereka, dan mencurahkan waktunya yang berharga untuk menjauhi hal-hal yang dapat mempersulit mereka di dalam mengikuti sunnah Nabi SAW dan mengamalkannya. Dan setiap kali seseorang itu mengamalkan suatu sunnah, maka Allah akan mempermudahnya untuk mengamalkan sunnah yang lainnya yang belum ia amalkan. Berkata Al-Junaid [2] (semoga Allahmeridhoinya) , “Melakukan suatu kebaikan setelah melakukan kebaikan yang lain adalah termasuk balasan dari kebaikan pertama yang ia kerjakan. Begitu juga berbuat kejahatan setelah melakukan kejahatan yang lain adalah termasuk akibat dari kejahatan pertama yang ia lakukan.” Oleh karena itu mereka (Saadatunal Alawiyyin) berusaha melakukan suatu kebaikan sekuat mungkin dan sesuai dengan karunia-karunia yang Allah telah berikan kepada mereka sebelumnya." Berkata Sayyidina Al-Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad, "Sesungguhnya Sayyidi Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja'far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir (semoga Allah meridhoi mereka semua), ketika melihat berbagai bid'ah, bertebarnya hawa nafsu dan pertentangan pendapat di Irak, mereka memutuskan hijrah dari sana, berpindah-pindah tempat, sampai menginjakkan kakinya di Hadramaut, dan akhirnya memutuskan untuk menetap disana sampai akhir hayatnya.Disanalah beliau banyak menurunkan anak cucunya yang terkenal dengan ilmu, ibadah, kewalian dan makrifahnya mereka kepada Allah. Tidak masuk kepada mereka bid'ah-bid'ah dan pemuasan hawa nafsu, yang kesemuanya itu berkat jasa beliau dan berkat larinya beliau dari tempat asalnya demi untuk menjaga agamanya dari tempat-tempat berjangkitnya fitnah. Semoga Allah membalas jasanya dengan sebaik-baiknya dan meninggikan derajatnya bersama pendahulunya yang mulia di surga yang tertinggi. Serta semoga Allah juga mengumpulkan kita bersama mereka di dalam kebaikan dan afiah, tidak menjadikan kita sebagai orang-orang yang merubah jalan mereka, tidak berbuat fitnah dan selamat dari fitnah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengasih." [Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah binAlawy Al-Atthas] |
SEKILAS MENGENAI AHBABUL MUSTHOFA
Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf adalah salah satu putra dari 16 bersaudara putra-putri Alm. Al-Habib Abdulkadir bin Abdurrahman Assegaf ( tokoh alim dan imam Masjid Jami' Asegaf di Pasar Kliwon Solo), berawal dari pendidikan yang diberikan oleh guru besarnya yang sekaligus ayah handa tercinta, Habib Syech mendalami ajaran agama dan Ahlaq leluhurnya. Berlanjut sambung pendidikan tersebut oleh paman beliau Alm. Habib Ahmad bin Abdurrahman Assegaf yang datang dari Hadramaout. Habib Syech juga mendapat pendidikan, dukungan penuh dan perhatian dari Alm. Al-Imam, Al-Arifbillah, Al-Habib Muhammad Anis bin Alwiy Al-Habsyi (Imam Masjid Riyadh dan pemegang magom Al-Habsyi). Berkat segala bimbingan, nasehat, serta kesabaranya, Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf menapaki hari untuk senantiasa melakukan syiar cinta Rosull yang diawali dari Kota Solo. Waktu demi waktu berjalan mengiringi syiar cinta Rosullnya, tanpa di sadari banyak umat yang tertarik dan mengikuti majelisnya, hingga saat ini telah ada ribuan jama'ah yang tergabung dalam Ahbabul Musthofa. Mereka mengikuti dan mendalami tetang pentingnya Cinta kepada Rosull SAW dalam kehidupan ini.
Ahbabul Musthofa, adalah salah satu dari beberapa majelis yang ada untuk mempermudah umat dalam memahami dan mentauladani Rosull SAW, berdiri sekitar Tahun1998 di kota Solo, tepatnya Kampung Mertodranan, berawal dari majelis Rotibul Haddad dan Burdah serta maulid Simthut Duror Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf memulai langkahnya untuk mengajak ummat dan dirinya dalam membesarkan rasa cinta kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW .
KEGIATAN AHBABUL MUSTHOFA
Pengajian Rutin (zikir & sholawat)
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba'da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum'at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.
setiap hari Rabu Malam dan Sabtu Malam Ba'da Isyak di Kediaman Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf .
Pengajian Rutin Selapanan Ahbabul Musthofa
- Purwodadi ( Malam Sabtu Kliwon ) di Masjid Agung Baitul Makmur Purwodadi.
- Kudus ( Malam Rabu Pahing ) di Halaman Masjid Agung Kudus.
- Jepara ( Malam Sabtu Legi ) di Halaman Masjid Agung Jepara .
- Sragen ( Malam Minggu Pahing ) di Masjid Assakinah, Puro Asri, Sragen.
- Jogja ( Malam Jum'at Pahing ) di Halaman PP. Minhajuttamyiz, Timoho, di belakang Kampus IAIN.
- Solo ( Malam Minggu Legi ) di Halaman Mesjid Agung Surakarta.
BIOGRAPHY HABIB SYECH BIN ABDULKADIR ASSEGAF
Habib Syech bin Abdulkadir Assegaf was born in Solo city, Indonesia. When he was young he was the ‘muazzin’ for the Assegaf Mosque in Solo. At times, he read the Qasidah at Masjid Riyadh with the late Habib Anis Al Habsyi. He regularly led the singing and reading of Qasidah and ‘Sholawat’ with Majlis of Ahbaabul Mushthofa with the various Wirid such as Ratib Al Attas, the Diwan and ‘Sholawat’ of Habib Ali Al-Habsyi and the Diwan and Qasidah of the famous Imam Abdullah Al Haddad
para tokoh ulama
CD QOSIDAH
NADA SAMBUNG QOSIDAH
ASHAB AHBABUL MUSTHOFA KUDUS
07 Maret, 2009
KAJIAN TENTANG THARIQAH ALAWIYYAH
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Semua bentuk cara jalan menuju Allah /Thorekat adalah baik selama bertujuan untuk mendekatkan diri pada Allah, zikir rahasia zikir para wali
BalasHapusAjaran Thorekat Imam Mahdi yang dibawa oleh Ir. Imam Sibaweh, ST.
Inti cara pendekatan diri pada yang Maha Mulia adalah dengan tarikan zikir secara ihsan
Dan katakanlah, sesungguhnya inti sholat adalah mengingat Yang Maha Mulia (Allah), yaitu zikir secara ihsan, maka dirikanlah sholat yaitu zikir secara ihsan, baik dikala kamu berkendaraan, berjalan, berlari atau sedang duduk-duduk dan berbaring. Manusia mempunyai sepuluh latifah atau fakultas halus, lima diantaranya berkaitan dengan alam perintah dan lima lagi berkenaan dengan alam ciptaan, dimana yang disebut terdahulu adalah dunia eksistensi yang diciptakan Allah langsung melalui ucapan perintahnya, kun atau jadilah, dan tidak bersifat materiel, berada di atas Arsy singgasana Allah yaitu qalb, ruh, sirr, khafi, akhfa, sementara yang disebut terkemudian adalah segala sesuatu yang diciptakan secara evolusi dan bersifat materiel, ada di bawah singgasana Allah yaitu nafs dan empat unsur; tanah(Fe,Zn..), air (H2O), udara (H, CO2, O2,..) dan api yang disebut ion dan senyawanya.
Yang dimaksud daerah kemungkinan adalah kedua alam ini. Latifah dalam alam perintah berhubungan dengan kehidupan batiniah seorang individu dan dengan sendirinya ada di badan; nafs ada di bawah pusar juga ada di tengah dahi antara alis mata, qalb di sisi sebelah kiri, dibawah puting susu, cahaya yang mengalir ke hati berwarna kuning, ruh disisi sebelah kanan dada, dibawah puting susu, warna latifah ruh adalah merah, akhfa di otak dan akhfa juga di tengah-tengah dada, warna latifah akhfa hijau, dan sirr tepat berada di antara qalb dan ruh, sirr juga di antara qalb dan akhfa dada, berdekatan dengan puting susu sebelah kiri, lebih ketengah dada, sejarak dua jari, warna latifah sirr putih, khafi terletak di dahi dan khafi juga ada di antara ruh dan akhfa dada, berdekatan dengan punting susu sebelah kanan, sejarak dua jari ke arah dada, dan menghadap lathifah as-sirr, warna latifah khafi adalah hitam. Prosedur zikir nama zat adalah dengan menekuk lidahnya keatas sampai menyentuh langit-langit mulut, dan mencamkan makna nama Allah yang maha Mulia yang serba meliputi, merasakan getaran energi mengalir dari latifah yang di tuju baik qalb, ruh, sirr, akhfa, khafi, nafs, dan empat macam unsur. Selama zikir berlangsung keterjagaan hati atau ihsan harus dilakukan bahwa Allah meliputi seluruh tubuh dan badan serta merasakan getaran energi Allah mengalir dari latifah yang di tuju. Fakultas kesadaran dan merasakan kehadiran Allah dianugerahkan kepada manusia dan ada dalam setiap diri manusia secara potensial. Untuk dapat menjadi aktif, Zikir qalb diulang 25000 kali perhari selama 40 hari, setelah itu cukup 5000 kali perhari, dapat dilakukan sambil duduk, berbaring, berjalan dan sesudah wudhu atau tanpa wudhu dan tidak harus menghadap kiblat, boleh dikata zikir ini bersifat tidak teratur, pikiran di arahkan ke hati dan hati kepada Allah, sampai hati menjadi aktif dengan mengingat Allah dengan sendirinya walaupun tubuh sedang bekerja dan lidah sedang bicara, hati akan tetap aktif zikir yaitu merasakan energi panas Allah meliputi hati dan memancarkan energi getaran dan gerakan panas yang dapat dirasakan, gejala merasakan adanya energi panas yang meliputi dan bergerak menyebar di bagian hati dekat dengan denyut nadi inilah yang disebut hati jadi aktif. Cahaya latifah qalb yang mengalir ke hati berwarna kuning. Latifah qalb adalah manifestasi salah satu nama Allah, yaitu al jabbar maha perkasa, asal usulnya adalah sifat Allah yang diistilahkan sebagai menciptakan dan menjadikan. Latifah ini dapat mencapai kesempurnaan apabila lenyap dan tenggelam dalam tindakan Allah, dan mewujud lewat tindakan-Nya semata, dalam keadaan fana al qalb atau kefanaan hati, sang hamba tidak sadarkan diri dan mengacukan segenap perbuatannya kepada Allah saja dan mengetahui bahwa segenap ciptaan berasal dari Allah, Pada hari tatkala kekayaan dan anak-anak tiada berguna, kecuali mereka yang datang kepada Allah dengan hati yang bersih.(QS Asy-syu’ara, 26:88-89). Dalam ayat al-qur’an tersebut terdapat isyarat ibadah hati hakiki yaitu hati yang didalamnya tidak ada berbagai perasaan yang mengganggu ketenangan jiwa, dan yang terbebas dari segala sesuatu selain Allah, yang bisa mengalihkan perhatiannya, disebut hati yang bersih, ini disebut pencerahan dari tindakan Allah atau kefanaan dalam hati, tandanya bahwa pengetahuan dan hubungan inderawi dengan segenap sesuatu selain Allah sama sekali terputus, yakni hati benar-benar melupakan segala sesuatu selain Allah, dan lebur dalam suatu keadaan dimana pengetahuan hal-hal lahiriah juga lenyap, yang ada hanya pengetahuan dan tindakan Allah yaitu pengetahuan ghaib yang sedang dilakukan atau akan terjadi atau sudah terjadi baik pada hati manusia maupun alam sekitar, sehingga dapat mengetahui sesuatu yang akan terjadi atau sedang terjadi atau sudah terjadi secara ghaib dari pengetahuan dan tindakan Allah tersebut, jika seorang hamba diberkahi dengan fana al qalb, maka ia termasuk golongan para wali. Barang siapa menjaga hati dari segala sesuatu selain Allah disebut memiliki hati atau telah mencapai kesatuan yaitu seseorang yang memiliki penyingkapan mistis atau seorang wali. Digambarkan dalam hadits qudsi: Bumi dan langit-Ku tidak sanggup memuat-Ku, tetapi hati seorang hamba mukmin yang saleh sanggup memuat-Ku. Kefanaan ini tidak bisa dicapai tanpa melewati daerah kemungkinan dan sepuluh tahap (1.tobat, 2.zuhud, 3.riyadhoh, 4.wara’, 5.qana’ah, 6.tawakal, 7.sabar, 8.syukur, 9.ridha, 10.cinta), jika tidak, maka dimungkinkan sang hamba akan tersesat menjadi dajjal, dikarenakan dia akan mengaku Allah secara sadar, dan mempunyai mata disebelah kiri yaitu di hati yang dapat melihat dan mengetahui kejadian ghaib yang disebut mata hati. Untuk itu, agar tetap diberkahi dengan fana al qalb, maka hati harus tetap bersih yaitu hati yang didalamnya tidak ada berbagai perasaan yang mengganggu ketenangan jiwa, dan yang terbebas dari segala sesuatu selain Allah, yang mengalihkan perhatian, sehingga melahirkan hati yang sadar akan zikir secara ihsan (seakan akan mengetahui dan melihat Allah, bila tidak bisa, serendah rendahnya iman, bahwa Allah selalu mengetahui dan melihat kita). Itulah anugerah Allah yang diberikan-Nya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya, dan Allah maha luas serta maha mengetahui. (QS Al maidah,5:54). Dengan dicapainya hati yang sadar akan zikir secara ihsan sebagai inti semua amalan dan perjalanan menuju Allah, berarti hati terbebas dari segala sesuatu selain Allah, serta memperoleh kekuatan untuk menanggung berbagai cobaan dan segala macam penyakit kehidupan, dan sesuai kehendak Allah, serta mengakhiri berbagai kesenangan inderawi. Jangan menginginkan penyingkapan mistis atau berbagai macam karamah, sebab tindakan-tindakan seperti ini tak lain hanyalah tipuan yang dilakukan oleh tukang-tukang sihir dan para kaum dajjal. Kemudian mengingat Allah dengan segenap raga hingga energi panas zikir meliputi seluruh tubuh dan memancar ke sekeliling tubuh, zikir pun serasa longgar dan terlepas dari setiap utas bulu di badan. Zikir ini menjadi aktif setelah mengaktifkan latifah an Nafs sebagai ujud esensi dan realitas dari empat macam unsur atau ion; air, udara, api, dan tanah. Seluruh nadi, urat syaraf, darah, dan tulang akan aktif zikir sendiri dan menjadi zakir, sehingga akan terdengar suara segala macam makhluk, bebatuan, pepohonan, dinding, pintu, bumi, langit, dan segala sesuatu sampai partikel yang paling kecil sekalipun, ini disebut zikir dari segala zikir atau zikir par excellence atau sulthan al adzkar. Tak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya, (QS Al isra,17;44)
Dan barang siapa melakukan zikir ism adz zat, yaitu Allah, 12000 kali setiap hari dengan niat memperoleh keridhaan Allah (5000 kali untuk latifah qalb, 2000 kali latifah ruh, 1000 kali latifah sirr, 1000 kali latifah al khafi, 2000 kali latifah an nafs, 1000 kali latifah akhfa) dan istiqomah, maka disebut shahib al lafzh yaitu orang yang menguasai perbuatan dan perkataannya sendiri, dan mendapatkan apa saja yang diinginkan hatinya. Sebutlah Allah sebanyak-banyaknya agar kamu berjaya (QS Al anfal, 8;45) dan kepada Tuhanmu sajalah kesudahan (QS An Najm, 53;42)
Silsilah Ir. Imam Sibaweh, ST
Siapakah Ir. Imam Sibaweh, ST ? beliau adalah putra Almarhum Bp. KH. Ahmad Syafii. dari desa Kauman Bangsri Jepara. Sedangkan KH. Ahmad Syafii sendiri adalah putra KH. Imron dan KH. Imron sendiri masih keturunan dari Guru besar KH. Umar Banjaran Bangsri yang lebih terkenal dengan sebutan Mbah Umar Banjaran Bangsri, Mbah Umar banjaran sendiri masih keturunan dari KH.Abu Sujak, seorang Guru Besar Thorekat Naksyabandiyah yang sangat legendaries dengan karismanya dimana ketika 7 hari dari waktu pemakamannya setiap burung yang melintasi diatas makam beliau maka burung tersebut akan jatuh dan beberapa saat lagi baru bisa terbang lagi. KH. Abu Sujak lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Mbah Abu sujak, jika ditarik keatas Mbah Abu sujak masih keturunan dari Sunan Kalijaga dari Demak. Sedangkan dari silsilah Ibu, Ir. Imam Sibaweh, ST anak dari Ibu Hj. Mugheniyah Putri dari pasangan KH. Fathoni dan Hj. Masnin (bertempat tinggal di Jepara), KH. Fathoni sendiri masih keturunan dari Guru besar KH. Umar Banjaran Bangsri (Mbah Umar Banjaran), sedangkan mbah putri Hj. Masnin (Mbah Masnin) adalah kakak kandung dari KH. Hasan Mangkli magelang yang terkenal dengan sebutan Mbah hasan Mangkli magelang, yang terkenal dengan sebutan setengah wali, dikarenakan karisma-karismanya yang melegendaris, seperti ketika selesai mengimami jamaah jum’at selesai salam pertama. Pada salam kedua tiba-tiba beliau sudah tidak berada ditempat. Sedangkan Hj.Masnin dan KH. Hasan Mangkli sendiri adalah Putra Guru Besar Thorekat Qodiriyah dan Naksyabandiyah KH. Imam dari Kudus. KH. Imam Meninggal di Jepara. Tepatnya di JL. Kartini I/50 Kauman Jepara yang sekarang rumahnya masih didiami oleh Ir. Imam Sibaweh, ST. Dalam wafatnya mbah Imam meninggalkan banyak kitab-kitab dan tongkat, yang beberapa diminta oleh para kiay besar dari kerabat mbah Imam sendiri seperti keturunan dari Mbah KH. Abdul Ghoni kakak dari mbah Imam, mbah KH. Abdul Ghoni sendiri adalah ayah dari KH. Huddun yang memiliki pesantren di Mantingan. Semasa hidupnya Mbah Imam menghabiskan waktunya untuk menjalankan Thorekat Qodiriyah dan Naksyabandiyah dan mengajarkan kepada para santri-santrinya, salah satu santri kesayangannya adalah almarhum Mbah KH. Arwani menoro Kudus. Kalau ditarik keatas Mbah Imam masih keturunan dari Mbah KH. Umar Banjaran Bangsri juga. Seperti yang disebutkan sebelumnya bahwa Mbah KH. Umar Banjaran Bangsri masih keturunan dari Mbah KH. Abu Sujak Kudus dan Mbah KH. Abu sujak masih keturunan dari Sunan Kalijaga Demak. Memang jaman dulu sebuah keluarga masih kuat menganut faham perjodohan untuk mengikat kembali tali keturunan dan silaturrahmi apabila memiliki kerabat yang bertempat tinggal berjauhan. Itulah silsilah keluarga dari Ir. Imam Sibaweh, ST.